Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doni Iswandani
"Bawang-bawangan, termasuk bawang prei,•sudah digunakan
selarna 3000 tahun,baik sebagai p enainbah rasa pada
makanan maupun sebagai obat tradisional.
Penelitian Inengenai efek farmakologi bawang mi beluin
banyak dilakukan.
Telah dilakukan percobaan mengenai efek antihepatotoksik
bawang prei (Allium fistulosum Linn). Fada
peroobaan mi tikus betina yang digunakan dibagi dalam
tiga kelompok secara acak. Keloinpok I adalah keloinpok
normal. Kelompok II, adalah kelompok yang diberi karbon
tetrakiorida dengan dosis 0,55mg/g BB. Sedangkan pada
kelompok III, tikus diberi sari-air bawangprei dosis
20g/kg BB selama 8 hari berturut-turut. Lalu 2 jam
kemudian diberi Cd4. Selanjutnya efekantihepatotoksik
bawang prei diperiksa melalui perubahan aktivitas GPT
p lasma dan dengan mengukur derajat kerusakan hati.
Melaluj kedua cara p emeriksaan yang dilakukan,
• ternyata kelompok III memperlihatkan perbedaan yang
berinakna dengan kelompok II. Haka dapat disimpulkan
bahwa sari-air baw,ang prei mengandung suatu senyawa
Yang dapat menghambat' kerusakan sel-sel hati yang
disebabkan oleh karbon tetrakiorida.

Allium vegetables, including welsh onions, have
been used for 3000 years as flavor-enhancing foods and
folk medicines. Little information is available,
however, on its pharmacologic effects.
Here in, the experiment about antihepatotoxic
effects of welsh onions (Allium fistuloswzz Linn) have'
been done,. In this experiment, the female rats were
divided randomly into three groups. One is normal
group. Group II was given an oral of carbon tetrachoride
with dose of 055 mg/g body weight. And the group
III was given an oral of an aqueous-extract of welsh
onions daily with dose of 20 g/kg body weigh for eight
days. And two hours later, by CC14. The antihepatotoxic
effect of welsh onions was examine through canges in
GPT plasma activity and observation on the extent or
damage in the liver.
From both the examination, group III showed
significantly differences with group II. It conclude
that the aqueous-extract of welsh onions contains
substances, which could inhibit liver cells damage
caused by carbon tetrachloride.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Kumalawati Santosoatmodjo
"Tetralogi Fallot (TF) merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik terbanyak. Terapi definitifnya berupa koreksi total melalui operasi jantung terbuka, namun usia terbaik koreksi masih menjadi perdebatan. Operasi saat usia < 3 tahun disebut koreksi dini. Angka kesintasan jangka panjang pasien TF pasca-operasi mencapai 90%. Masalah baru yang muncul adalah gangguan neurodevelopmental yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Tujuan: Mengetahui sebaran pasien TF pasca-operasi jantung terbuka, serta membandingkan perkembangan, kognitif dan kualitas hidup pasien TF pasca-operasi jantung terbuka yang menjalani koreksi dini dibandingkan koreksi terlambat.
Metode: 29 subjek kelompok koreksi dini dan 34 subjek kelompok koreksi terlambat dipilih secara konsekutif. Penilaian perkembangan menggunakan Denver II. Tingkat kognitif dinilai dengan the Capute scales dan uji intelegensi Wechsler. Kualitas hidup dinilai dengan laporan PedsQLTM. Perbedaan antar kedua kelompok subjek dianalisis dengan menggunakan uji Kai kuadrat, uji Fischer, dan uji t tidak berpasangan.
Hasil: Median usia operasi kelompok koreksi dini adalah 1,8 tahun dan kelompok koreksi terlambat adalah 5,3 tahun. Sebesar 54% subjek menjalani koreksi terlambat. Mikrosefal terjadi pada 15% keseluruhan subjek. Pada kedua kelompok subjek ditemukan masalah perkembangan. Sebesar 75% subjek kelompok koreksi dini memiliki developmental quotient normal. Kelompok koreksi dini memiliki nilai verbal intelligence quotient (IQ) (p 0,002; IK 95% 5,8-24,6) dan full-scale IQ (p0,003; IK 95% 4,7-21,3) yang lebih tinggi dibandingkan kelompok koreksi terlambat. Laporan PedsQLTM anak menunjukkan rendahnya kualitas hidup pada fungsi emosi (p=0,02) dan sekolah (p=0,03) pada kelompok koreksi terlambat.
Simpulan: Pasien TF yang menjalani koreksi dini memiliki dan kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan kelompok koreksi terlambat, sehingga diperlukan sosialisasi usia operasi koreksi dini.

Background: Tetralogy of Fallot (TF) is the most common cyanotic congenital heart disease. The definitive treatment is complete repair thru open heart surgery. At present, the most effective age category for repair is still being debated. Complete repair for children who are younger than 3 years is called early repair. Recent technological advancement has allowed the early repair to be performed earlier and improve the survival rate of the patients. However, these survivors risk having neurodevelopmental disorder which affect their health-related quality of life.
Objective: To describe the characteristics of post open heart surgery TF patients and compare the TF patients who undergo early correction to ones who undergo late correction within the aspects of development, cognitive outcomes, and health-related quality of life.
Design : Twenty nine subjects from early correction group and 34 subjects from late correction group were compared in development (Denver development screening II), cognitive outcomes (The Capute scales and Wechsler test), and health-related quality of life (PedsQLTM).
Result : Median age of the subjects in early correction group is 1,8 years and in late correction group is 5,3 years. Fifty five percent undergo late correction. The prevalence of microcephaly is 15%. Developmental delay is found in both group. Seventy five percent of subject who undergo early correction have normal developmental quotient. Early correction group have higher verbal intelligence quotient (IQ) (p=0.002; CI 95% 5.8-24.6) and full scale IQ (p=0.003; CI 95% 4.7-21.3). Child report PedsQLTM showed lower quality of life in late correction group.
Conclusions : Tetralogy of Fallot patients who undergo early correction have higher IQ and better health-related quality of life compared to late correction group. The age of early complete repair (< 3 years) needs to be disseminated.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Rochayati
"Latar belakang. Peningkatan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) kritis berkaitan dengan diagnosis yang terlambat. Skrining pulse oksimetri sebelum bayi baru lahir pulang dari rumah sakit dapat membantu menegakkan diagnosis dini. Pulse oksimeter fingertip diharapkan menjadi alternatif pilihan alat pemeriksaan oksimetri karena murah, mudah, dan dapat digunakan secara luas.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP), rasio kemungkinan negatif (RKN), pre-test probability, dan post-test probability pemeriksaan pulse oksimetri fingertip dibandingkan oksimetri generasi baru untuk deteksi dini PJB kritis pada bayi baru lahir sebelum pulang dari rumah sakit.
Metode. Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang dilakukan di Ruang Rawat Gabung RSCM pada semua bayi baru lahir bugar dengan usia gestasi ≥37 minggu dan berusia 24-72 jam. Pemeriksaan pulse oksimetri fingertip dan pulse oksimetri generasi baru dilakukan di tangan kanan (preduktal) dan kaki (postduktal). Subjek dengan saturasi oksigen <95% atau beda saturasi oksigen >3% antara tangan kanan dan kaki memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Ekokardiografi dikerjakan untuk diagnosis pasti.
Hasil. Penelitian dilakukan selama enam bulan pada 442 bayi baru lahir bugar. Mayoritas subjek diperiksa pada usia 24-48 jam (59%), median usia gestasi 38 minggu. Terdapat enam subjek dengan kelainan kongenital. Tidak ada subjek dengan riwayat keluarga menderita PJB, didiagnosis PJB saat antenatal maupun melalui pemeriksaan fisis. Perolehan saturasi oksigen preduktal menggunakan dua jenis pulse oksimetri bervariasi secara statistik (Uji Bland-Altman) namun tidak bermakna secara klinis (hasil deteksi negatif 100%). Tidak ada subjek dengan hasil deteksi positif dan didiagnosis PJB kritis melalui pemeriksaan oksimetri. Pemeriksaan pulse oksimetri fingertip pada bayi baru lahir dipengaruhi gerakan bayi (67,6%) dan faktor alat (sinyal tidak terbaca dan hasil tidak stabil) 24,8%.
Simpulan. Uji diagnostik pulse oksimetri fingertip dibandingkan generasi baru untuk deteksi dini PJB kritis pada penelitian ini belum dapat dinilai. Pemeriksaan kedua jenis pulse oksimetri tersebut memberikan hasil deteksi yang sama.

Background. Late diagnosis in the newborn with critical congenital heart disease (CCHD) is associated with increased morbidity and mortality. Pulse oximetry screening of newborn before hospital discharge can help early diagnosis. Fingertip pulse oximeter is expected to be an alternative option oximetry screening tool because it is affordable, easy, and can be widely used.
Objective. To estimate sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), pretest odds, positive likelihood ratio (LR+), negative likelihood ratio (LR-), post-test odds, and post-test probability of fingertip pulse oximetry screening compared to a new generation to detect CCHD in the newborn before hospital discharge.
Methods. This is a diagnostic study held in newborn nursery of Cipto Mangunkusumo Hospital involving asymptomatic newborns aged 24-72 hours and gestational age ≥37weeks. Examination of fingertip and new generation pulse oxymetri was done in right hand (preductal) and foot (postductal). Subject had oxygen saturation <95% or difference of oxygen saturation between right hand and foot >3% requires further investigation. Echocardiography was performed for definitive diagnosis.
Results. The study was conducted during six months in 442 asymtomatic newborns. The majority of subjects were examined at age 24-48 hours (59%) and gestational age 38 weeks. There were six subjects with congenital abnormalities. No subjects with a family history of CHD nor diagnosed through antenatal and physical examination. Obtaining preductal oxygen saturation using two types pulse oximetry varied statistically (Bland-Altman test) but not clinically significant (100% negative detection results). No subject had positive detection result and was diagnosed CCHD through screening oximetry. Newborn examination using fingertip pulse oximetry were affected by movement (67.6%) and tool factors (signal unreadable and unstable results) 24.8%.
Conclusion. Diagnostic test of fingertip compared with new generation pulse oximetry in early detection of CCHD in this study can not be assessed. These two modalities show the same result of detection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Mei Lestari
"Tindakan bedah perlu dilakukan pada semua penderita Tetralogi Fallot (TF) untuk melakukan koreksi kelainan anatomi. mengatasi simptom serta memperbaiki status hemodinamik. Keberhasilan bedah total koreksi tidak hanya terlihat pada berkurangnya tekanan pada ventrikel kanan, tidak adanya defek residual, tapi juga preservasi miokardium yang merupakan hal penting untuk morbiditas dan mortalitas. Timbulnya radikal bebas pada saat iniuri reperfusi adalah salah satu penyebab menurunnya fungsi ventrikel yang terjadi sewaktu pembedahan pada penderita TF. Pada percobaan binatang terdapat hubungan antara diet asam lemak tak jenuh dengan produksi radikal bebas. Timbul pemikiran apakah ada hubungan antara komposisi asam lemak tak jenuh atau rasio asam arakidonat (AA) dan asam ekosapentanoat(EPA) plasma dengan produksi radikal bebas dan fungsi ventrikel pascabedah jantung TF Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 26 penderita TF yang menjalani bedah koreksi di RS Jantung Harapan Kita periode Mei s/d November 1997, dari jumlah ini 6 orang dikeluarkan dari penelitian oleh karena telah menjalani bedah pirai sebelumnya dan saturasi oksigen> 85%. Terdapat 20 penderita terdiri 10 laki-laki dan 10 wanita dengan usia 74,20±56,20 bulan. Analisa stasistik dilakukan dengan cara Wilcoxon dan Spearman rank Correlation. Hasil penelitian didapatkan kadar AA 17,34±11,15 µg. kadar EPA 1,25±0,9 pg dan rasio AA/EPA 16,62±9,42. Terdapat peningkatan yang bermakna dari lipid peroksida selama tindakan operasi ( 0,29±1,03 vs 0,61±0,28 µM, p= 0,0001) Tidak terdapat hubungan antara rasio AA/EPA dengan peningkatan radikal bebas Terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (r-0,45 dan t= 2,4) Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara rasio AA/EPA plasma dengan peningkatan radikal bebas, dan terdapat hubungan antara peningkatan radikal bebas darah dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia, PA: Wolters Kluwer, 2015
616.120 75 ECH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hraska, Viktor
"Approximately 120 different surgical procedures are used to correct congenital heart diseases, and the burden that this places on the surgeon is compounded by the exceptional complexity of the techniques and the rarity of many of the lesions. Training is problematic, not least because of legal issues, and currently available texts, drawings, and images are no substitute for real ‘live’ surgery.
Against this background, the authors have set out to create an interactive multimedia manual that covers many aspects of congenital heart surgery. Each heart defect is addressed in an individual chapter, elaborating specific surgical anatomy and indication for surgery of heart defect first, followed by video clips depicting the operative approach and technique. The clips are accompanied by a clear descriptive narrative, and patient history and diagnostic images are available to provide a clear backdrop to the operation. "
Berlin : Springer, 2012
e20425967
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Myung K.
"Park's Pediatric Cardiology for Practitioners is the essential medical reference book for the ever-changing field of pediatric cardiology. Comprehensive in its content, it provides the practical guidance you need to diagnose and manage children with congenital and acquired heart disease. From history and physical examination through preventative treatment and the management of special problems, the fully revised 6th edition incorporates all of the latest concepts in cardiology, distilled in a way that is understandable to pediatricians, family practitioners, NPs, and PAs alike. Apply the latest knowledge and methods with coverage of surgical techniques in pediatric cardiology, the application of interventional non-surgical techniques, blood pressure standards, and cardiac arrhythmia treatments. Easily grasp the latest techniques with helpful line drawings throughout. Select the best approaches for your patients with extensive coverage of special problems, including congestive heart failure and syncope.
Clinical reference on the diagnosis and management of congenital and acquired heart disease in children."
Philadelphia, PA : Elsevier , 2014
618.921 2 PAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library