Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amran Lee Abdullah
Petaling Jaya: Sutrapadu (M) SDN. BHD., 2007
R 796 AMR a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Rahaswanto
"Latar Belakang
Masalah olahraga (senam) pada masa nifas masih merupakan sesuatu yang jarang dilaksanakan oleh ibu-ibu. Hal ini disebabkan oleh adanya kebiasaan dan anjuran yang menyatakan bahwa sebelum 40 hari tidak boleh melakukan kegiatan yang agak berat, termasuk olah raga dan tidak boleh keluar rumah. Kelelahan yang sangat akibat persalinan karena tidak pernah olah raga atau latihan pada masa sebelum, sedang dan sesudah hamil merupakan hal yang perlu diperhatikan.(1)
Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa berolah raga adalah suatu kesanggupan dan kemampuan tubuh, untuk melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.(2,3)
Kehamilan, persalinan dan nifas adalah proses normal dalam siklus seorang ibu; tetapi perubahan organ-organ tubuh pada keadaan tertentu, dapat menimbulkan penyulit yang berbahaya untuk ibu atau kehamilan itu sendiri . (1--10 )
Sebagai akibat persalinan terjadi kelemahan-kelemahan ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvika dan otot serta fasia dasar panggul, sehingga prolaps genitalis sering terjadi segera sesudah melahirkan atau pada masa nifas. Frekuensi prolaps genitalis lebih sering dijumpai pada wanita-wanita yang telah melahirkan, wanita berusia lanjut dan wanita dengan pekerjaan berat.
Bila tidak ada kontra indikasi, latihan senam panggul pada masa nifas diharapkan dapat membimbing ibu yang telah melahirkan; meningkatkan kekuatan otot-otot perut, punggung dan dasar panggul sehingga lekas kembali kepada keadaan semula. Hal ini merupakan prophilaksis terhadap terjadinya prolaps genitalis, dan upaya perbaikan dalam sistem pernapasan dan peningkatan kerja jantung. (2-5, 9, 11-14,16)
Hipotesa nol :
Senam panggul yang dilakukan secara teratur pada periode masa nifas akan meningkatkan secara cepat kekuatan m.levator ani.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Meningkatkan kesegaran jasmani dan mengembalikan bentuk tubuh kepada keadaan semula dari post partum.
Tujuan Khusus : Menguji kebenaran bahwa senam panggul ('pelvic fitness program') akan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul (m.levator ani).
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahat, Camalia S.
"Pasien asma akan terjadi bronchospasme dan bronchokontriksi ini dapat menyebabkan otot pernapasan mengalami kelemahan dan penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma di perkumpulan senam asma RSU Tangerang. Desain penelitian ini Kontrol Group pretest-postes desain. Sampel berjumlah 50 pasien (25 pasien kelompok intervensi dan 25 pasien kelompok kontrol). Teknik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Kelompok intervensi melakukan tindakan senam asma selama 8 minggu, frekuensi 3 kali seminggu pada hari Rabu, Jum?at dan Minggu. Hasil penelitian, rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi senam asma. Rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol berbeda bermakna secara signifikan. Terdapat hubungan berat badan terhadap kekuatan otot pernapasan (P=0.05) dan fungsi paru (P=0.03). Terdapat hubungan senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) pasien asma di perkumpulan senam asma RSU Tangerang, setelah dikontrol berat badan dan tinggi badan. Rekomendasi penelitian ini adalah senam asma sebaiknya menjadi program intervensi keperawatan pada manajemen asma untuk meningkatkan peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma.

Patient with asthma will experience bronchospasme and bronchocontriction condition. It will cause reduction of lung function ability and breathe muscles fatigue. This research aimed to identify the influence of asthma gymnastics to lung function and breathe muscles power improvement of patien with asthma in Asthma Gymnastics Group in Tangerang State Hospital. Design of the research in control group, pre test ? post test. A 50 sample ( 25 patient of intervention group and 25 patient of control group) is chosen by using purposive sampling method. The intervention group experience asthma gymnastic for 8 weeks, three times a week on Wednesday, Friday, and Sunday. The research show that the average values of breathe muscle power (p=0.0005) and lung functions (p=0.0005) between before asthma gymnastic intervention and after asthma gymnastic intervention is significant difference (p=0.0005). Average value of breathe mucles power (p=0.0005) and average value of lung function (p=0.0005) after intervention between weight and breathe muscles power (p=0.0005) and between asthma gymnastics and lung functions and breathe muscles power improvement for patient with asthma in Asthma Gymnastics Group in Tangerang State Hospital, controlled by weight and height. Base on the research , it is recommended that asthma gymnastic become nursing intervention program for asthma treatment management to improve breathe muscles power and lung function."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Olahraga jantung jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan perbaikan pada denyut
jantung dan tekanan darah. Penelitian terdahulu masih menggunakan denyut jantung
sebagai tolak ukur, belum ada penjelasan tentang bagaimana pengaruhnya terhadap
tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi dan tempo
senam, mengidentifikasi pengaruh frekuensi, tempo dan efek senam terhadap tekanan
darah sistole. Desain penelitian yaitu korelasi uji hubungan yang dilakukan pada 42
responden dengan cara purposive sampling. Data dikumpulkan dari penyebaran kuesioner
dan data sekunder hasil pengukuran tekanan darah. Hasil analisis dengan uji “t”
dependent menunjukkan adanya pengaruh frekuensi dan tempo senam terhadap tekanan
darah sistole. Pengaruh yang diberikan adalah pengaruh buruk. Bagi penderita hipertensi
sebaiknya tidak melakukan senam yang berlebihan; perawat komunitas dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai untuk klien penyakit jantung pada tahap
rehabilitasi; bagi penelitian lainnya perlu memperbanyak sampel, waktu, memperbaiki
instrumen, dan menggunakan desain kuasi eksperimen; bagi institusi Yayasan Jantung
Indonesia seharusnya memberikan pelatihan pengukuran tekanan darah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5340
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Manusia usia lanjut ( usila ) adalah kelompok penduduk yang mengalami penurunan fungsi pada sistem - sistem tubuhnya, termasuk sistem pergerakan. Arthritis rheumatoid merupakan salah satu masalah pergerakan yang sering dialami usila. Gangguan pergerakan ini belum diketahui penyebabnya, namun dapat dikurangi gejalanya dengan melakukan latihan - latihan fisik tertentu, misalnya dengan senam. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan keluhan arthritis rheumatoid pada usila yang mengikuti senam jantung sehat dan usila yang tidak mengikuti senam jantung sehat. Sampel yang diambil sebanyak 21 orang dan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif perbandingan dengan menggunakan metode analisa t test unpaired. Hasil penelitian yang didapat menyatakan bahwa terdapat perbedaan keluhan arthritis rheumatoid pada usila yang mengikuti senam jantung sehat dan usila yang tidak mengikuti senam jantung sehat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4990
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Silviabudi Anggarwati
"Kualitas tidur semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia manusia. Latihan fisik berupa senam lansia menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kerutinan mengikuti senam lansia dan kualitas tidur pada lansia wanita. Desain penelitian ini adalah analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 98 lansia wanita yang mengikuti senam lansia di wilayah Kelurahan Depok Jaya, Depok yang dipilih dengan teknik cluster sampling pada komunitas senam lansia. Kerutinan dalam mengikuti senam lansia diukur dengan daftar hadir senam lansia dan kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data dianalisis dengan uji t – independen. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan skor PSQI lansia wanita yang rutin mengikuti senam dengan yang tidak sebesar 2,11 (p<0,001). Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk melakukan advokasi ke posbindu yang belum menerapkan kegiatan senam lansia pada wilayahnya dan mendorong para lansia untuk mengikuti senam lansia secara rutin.

Sleep quality decreases along with the increase of the age of a person. Exercise is one of the ways to increase sleep quality among elderly. The purpose of this was to examine the relationships between elderly exercise routines and sleep quality among elderly women. The design of this research was Analytic Comparative with Cross Sectional approach. The research involved 98 elderly women that undertook elderly exercise at the administrative village of Depok Jaya, Depok. The respondents were selected with cluster sampling technique in the community of elderly exercise. The routine of elderly exercise was measured by the attendance list and the sleep quality was measured by Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The data were analyzed by t- independent. The results showed there is a difference in PSQI scores between elderly women who undertook routine elderly exercise and non-routine for about 2,11 (p<0,001). This research recommends the health practitioner to provide advocacy at posbindu, particularly those that has not implemented elderly exercise and to encourage the elderly to undertook routine elderly exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahat, Camalia S.
"Pasien asma mengalami bronchospasme dan bronchokontriksi yang dapat menyebabkan penurunan fungsi pernapasan. Penelitian
bertujuan mengidentifikasi pengaruh senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma
di perkumpulan senam asma. Desain penelitian yaitu kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol. Sampel berjumlah 50
pasien, diambil dengan purposive sampling, dan terdiri atas kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan antara senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan (p= 0,0005; α= 0,05) dan fungsi paru (p= 0,0005;
α= 0,05) pasien asma di perkumpulan senam asma, setelah dikontrol berat badan dan tinggi badan. Rekomendasi agar senam
asma menjadi program intervensi keperawatan pada manajemen asma untuk meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan fungsi
paru pasien asma.
Patients with asthma have bronchospasm and bronchoconstriction that can cause a decrease in respiratory function. The
research aims to identify the effect of exercise asthma to increased respiratory muscle strength and pulmonary function in
asthma patients with asthma. The study design is a pretest-Post test Control Group design. Samples numbered 50 patients,
taken with purposive sampling, and consists of intervention and control groups. The results of the study, there is a relationship
between exercise asthma to increased respiratory muscle strength (p= 0.0005; α= 0.05) and pulmonary function (p= 0.0005;
α= 0.05) in patients with asthma, after controlling weight and height. Recommendations for exercise asthma into nursing
intervention program on asthma management to improve respiratory muscle strength and lung function of asthma patients."
STIKES Kota Sukabumi ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Utama Pribadi
"Introduction: Indonesian Asthma Gymnastics (IAG) exercise has been associated with reducing asthmatic symptoms and increase lung function in asthmatic patient. This study aims to understand the correlation between the duration of IAG exercise and other factors that might affect to the Asthma Control Test (ACT) score amongst RSUP Persahabatan Asthma Club members.
Method: The data is obtained by asking 28 asthmatic RSUP Persahabatan Asthma Club members to answer two questionnaires which are the ACT questionnaire and their personal information questionnaire regarding their duration of exercise, age, gender and smoking history.
Result and Discussion: The duration of IAG exercise, with median of 33 months (1-360), is significantly correlated by positive association with ACT score (p=0.022). Other factors that are significantly correlated as well with ACT score are age (p=0.020), also positively correlated, and gender (p=0.002) with males having better ACT score than females. Smoking history does not exhibit a significant correlation with ACT score (p=0.816) as there is no subject who is an active smoker.
Conclusion: Among RSUP Persahabatan Asthma Club members, the median of their ACT score is 20(12-23) which is translated to partially controlled. Their IAG exercise duration is significantly and positively correlated with ACT score that indicates people who have been engaging IAG exercise longer shows better ACT score. Besides, ACT score is also higher as the subject is older. Males has better ACT score compared to females. Smoking history, however, which comprised only of non-smoker and former smoker does not show significant correlation with ACTP
Pengantar: Senam Asma Indonesia (SAI) sudah diketahui mampu menurunkan gejala-gejala asma dan meningkatan fungsi paru pada penderita asma. Studi ini bertujuan untuk mempelajari korelasi antara durasi SAI dan faktor lainnya yang mempengaruhi skor Asthma Control Test (ACT) pada anggota Klub Asma RSUP Persahabatan.
Metode: Data penelitian didapatkan dengan meminta 28 penderita asma yang juga anggota Klub Asma RSUP Persahabatan untuk menjawab dua kuesioner yaitu kuesioner ACT dan informasi personal mereka mengenai lama durasi SAI, umur, jenis kelamin, dan riwayat merokok.
Hasil dan Diskusi: Durasi SAI, dengan median 33 bulan (1-360), berkorelasi bermakna positif dengan skor ACT (p=0.022). Faktor lainnya yang berkorelasi bermakna juga dengan skor ACT adalah umur (p=0.020), berasosiasi positif juga, dan jenis kelamin (p=0.002) dengan laki-laki memiliki skor ACT yang lebih baik. Riwayat merokok tidak menunjukan korelasi yang bermakna dengan skor ACT (p=0.816) karena tidak ada subjek perokok aktif.
Konklusi: Di antara anggota Klub Asma RSUP Persahabatan, median dari skor ACT mereka adalah 20(12-23) yang berarti bahwa mereka terkontrol sebagian. Durasi SAI mereka berkorelasi secara positif dengan skor ACT, orang yang sudah lebih lama melakukan SAI memiliki skor ACT yang lebih baik. Selain itu, ditemukan semakin tua subjek semakin baik skor ACT subjek tersebut. Subjek laki-laki didapatkan memilik skor ACT yang lebih baik dari perempuan. Riwayat merokok yang hanya terdiri dari bukan perokok dan mantan perokok tidak berpengaruh terhadap skor ACT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Research'sain is to know the influence of baby gym to the development of rude motorik and soft motorik in baby's age 4-12 months, in Kelurahan Mataram Timur, the reason is there is no research before. The research is by using quasi experimental approach with "Pretest-Post test with Control Group Design". Target population of health babies on 4-12 months that fill the vriteria inclusi and record in 5 posyandu. The result of selection from 162 babies, 38 respondence which is devide into 19 babies group of treatment and 19 babies group control. Collecting independent data by plan observation with checklist, and depedent data observation by DDST. Analysis that used is t-test in sample and one sample test in free with level P<0.05. The research are 19 babies intervention group and 19 babies control group, there is influence of baby gym and development of rude motorik baby who exercise and do not exercise with t-test. The result test P=0.000. There is influence in development of soft motorik baby who exercise and do not exercise with t-test. The result test P=0.001. There is deference between development of rude motorik and soft motorik in post intervention group and control group with the valve of P=0.000 which is meaningfil. From this research we hope for all of official medic can give socialization about healty gyn for all mothers who have bany onclude bursing student"
BULHSR 14:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Triani
"Fungsi kognitif pada usia lanjut akan menurun sejalan dengan proses penuaan yang terjadi secara alami. Senam lansia merupakan salah satu cara untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden lansia di kelurahan Depok Jaya, dipilih menggunakan teknik cluster sampling pada setiap posbindu. Keaktifan mengikuti senam lansia diukur menggunakan kuesioner untuk menilai keaktifan mengikuti senam selama tiga bulan dan tingkat fungsi kognitif diukur dengan Mini-Mental State Examination MMSE . Uji analisis bivariat menggunakan uji chi square, hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan tingkat fungsi kognitif.

Cognitive function in the elderly will decrease along with the natural aging process. Physical exercise such as elderly gymnastic is one way to prevent cognitive decline in elderly. This study aimed to determine the relationships between elderly gymnastics liveliness and cognitive function level. The design of this research was correlative analytic with cross sectional approach, with 85 elderly as respondents in Depok Jaya village, selected using cluster sampling technique at each senior center. The liveness of elderly gymnastics was measured by using questionnaire that assessed the level of gymnastics liveness during three months and cognitive function measured by Mini Mental State Examination MMSE . The bivariate analysis test using chi square test, disclosed that there was significant correlation between the liveness of elderly gymnastics with cognitive function level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>