Tren pertumbuhan sektor pariwisata di dunia dan juga di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Walaupun Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan pada satu dekade terakhir, namun jumlah wisman yang datang ke Indonesia masih jauh tertinggal dengan Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu faktor yang diduga menghambat kedatangan wisman ke Indonesia adalah cultural distance (CD). CD berpengaruh negatif karena wisman cenderung berkunjung ke tempat wisatawan yang mempunyai kesamaan kultural dengan negara asalnya. Namun, CD juga dapat berpengaruh positif karena mencerminkan selera dari wisatawan mancanegara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi salah satu faktornya secara khusus yaitu pengaruh dari jarak kultural antara negara asal dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan panel data dan pendekatan model gravitasi, dengan menganalisis 25 negara wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dari tahun 2004-2018, dengan menggunakan estimasi Random Effect dan Index Hofstede. Penelitian yang dilakukan pada kedatangan turis Indonesia ini menemukan bahwa jarak kultural kurang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia, begitupula dengan faktor harga relatif dan dummy krisis moneter 2008 Disamping itu, faktor seperti PDB per kapita dan jarak lebih menjelaskan dengan baik determinan dari permintaan pariwisata Indonesia.
The tourism sector in the world and in Indonesia is experiencing rapid growth. However, the number of foreign tourists coming to Indonesia is still far behind Malaysia, Thailand, and Singapore. One factor that induces to hinder the arrival of foreign tourists to Indonesia is the cultural distance (CD). The CD has a negative effect because tourists tend to visit tourist places that have cultural similarities with their home country. However, CDs can also have a positive impact because they reflect the tastes of foreign tourists. This study investigates one of its factors, specifically, the influence of CD between the origin country and Indonesia. This study uses a panel data and gravity model approach by analyzing the top of 25 foreign tourist countries that came to Indonesia from 2004-2018, using the estimation of the Random Effect and the Hofstede Index. Research conducted on Indonesian tourist arrivals found that cultural distance is less able to explain its effect on foreign tourist arrivals in Indonesia, as well as relative price factors and the dummy of the 2008 monetary crisis. Besides, factors such as GDP per capita and distance explain better determinants of demand for Indonesian tourism.
"
Abstrak
Studi ini fokus pada dampak eWOM (elektronik dari mulut ke mulut) pada kedatangan wisatawan di 5 negara ASEAN, yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam. eWOM atau elektronik dari mulut ke mulut adalah persepsi kolektif orang sebagai akibat dari pengaruh orang lain di internet. Untuk mendapatkan hasilnya, ulasan tentang tempat-tempat wisata ASEAN 5 dari 34 negara dan 1 wilayah diambil dari Tripadvisor. Data yang diekstraksi kemudian dianalisis menggunakan metode analisis sentimen, di mana skor berkisar dari -1 (persepsi negatif) hingga +1 (persepsi positif). Dalam hal skor persepsi rata-rata, Singapura memimpin dengan +0,64366337, diikuti oleh Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Menggunakan model gravitasi yang dimodifikasi dengan kedatangan wisatawan sebagai variabel dependen dan estimasi FGLS, ditunjukkan bahwa eWOM memiliki dampak signifikan terhadap kedatangan wisatawan. Selain itu, hasilnya juga menunjukkan ada hubungan yang saling melengkapi (komplementer) antara persepsi masing-masing negara ASEAN 5 dan persepsi rata-rata negara tetangganya. Penelitian ini menunjukkan pentingnya data tidak terstruktur dari internet untuk memecahkan masalah kehidupan nyata dan pemasaran digital dalam hal pariwisata untuk kasus pariwisata di ASEAN 5.
Abstract
This study focus on the impact of eWOM (electronic word-of-mouth) on tourist arrival in ASEAN 5 countries, which consist of Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, and Vietnam. eWOM or electronic word-of-mouth is a collective perception of people as a result of the influence of other people’s on the internet. To obtain the result, reviews of ASEAN 5’s tourist attractions from 34 countries and 1 region are scraped from Tripadvisor. The extracted data then analyzed using the sentiment analysis method, where the score range from -1 (negative perception) to +1 (positive perception). In terms of average perception score, Singapore led with +0,64366337, followed by Malaysia, Indonesia, Thailand, and Vietnam. Using a modified gravity model with tourist arrival as a dependent variable and FGLS estimation, it is shown that eWOM has a significant impact on tourist arrival. Additionally, the result also shows there is a complementary relationship between the perception of each ASEAN 5 countries and the average perception of its neighboring country. This research suggests the importance of unstructured data from the internet to solve real-life problems and digital marketing in terms of tourism for the case of tourism in ASEAN 5.
"