Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratri Ainulfa
"Latar belakang: Gonore (GO) merupakan salah satu jenis IMS yang sering ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada wanita diperkirakan 50% infeksi GO di serviks bersifat asimtomatik dan bila tidak diobati secara adekuat dapat menimbulkan penyakit radang panggul. Pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan secara luas untuk diagnosis GO. Terdapat beberapa fasilitas kesehatan menggunakan pewarnaan biru metilen untuk mendeteksi GO karena dianggap lebih mudah dan lebih cepat.
Tujuan: Membandingkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan biru metilen dengan pewarnaan Gram untuk mendeteksi servisitis gonore.
Metode: Penelitian uji diagnostik dengan rancangan studi potong lintang pada wanita penjaja seks (WPS). Dua spesimen apusan serviks dari subyek yang sama diwarnai, yang satu dengan biru metilen dan lainnya dengan Gram. Sebagai baku emas dibuat biakan yang dilanjutkan uji identifikasi dan konfirmasi.
Hasil: Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi terpilih 296 WPS sebagai subyek penelitian. Diperoleh sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan biru metilen untuk mendeteksi servisitis gonore berturut-turut sebesar 21,5% dan 97,8%; dibandingkan dengan pewarnaan Gram sebesar 39,3% dan 97,4%. Kesesuaian kedua jenis pemeriksaan adalah 0,5.
Kesimpulan: Sensitivitas pewarnaan biru metilen dalam mendeteksi servisitis gonore lebih rendah dibandingkan sensitivitas pewarnaan Gram, meskipun spesifisitasnya sebanding dengan Gram. Nilai kesesuaian hasil pewarnaan Gram dan biru metilen tergolong sedang, sehingga pewarnaan biru metilen tidak dapat menggantikan pewarnaan Gram untuk mendeteksi servisitis gonore.

Background: Gonorrhea (GO) is one of STI, that is often found around the world, including Indonesia. It was estimated that 50% gonococcal cervicitis in women are asymptomatic and if not treated adequately may lead to pelvic inflammatory disease. Gram staining is laboratory examination that widely used for GO diagnosis. A number of health facilities used methylene blue staining to detect the gonococcus because it was considered easier and faster.
Purpose: To compare the sensitivity and specificity of methylene blue staining with Gram staining in detecting gonococcal cervicitis.
Method: Diagnostic test research was conducted with a cross-sectional study design on female sex workers (FSW). Two cervical smear specimen from the same FSW were stained, one with methylene blue and the other with Gram. Culture for Neisseria gonorrhoeae was done as gold standard.
Result: Based on the inclusion and exclusion criterias, 296 FSW were selected as research subjects. Sensitivity and specificity of methylene blue staining to detect gonococcal cervicitis is 21.5% and 97.8% respectively, compared with 39.3% and 97.4% for Gram staining.The value of agreement between both examination was 0.5.
Conclusion: Sensitivity of methylene blue staining in detecting gonococcal cervicitis is lower than Gram staining, although the specificity was comparable. The value of agreement between Gram and methylene blue staining is moderate, therefore methylene blue can not be use to replace Gram staining in detecting gonococcal cervicitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah
"Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Nesseria gonore yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher Rahim dan rectum. Pada wanita Gonore bisa naik kesaluran kelamin menginfeksi selaput didalam panggul sehingga 49 % timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi serta menjadi factor resiko penting dalam tranmisi HIV (Kemenkes RI ). Di Indonesia Gonore merupakan jenis IMS yang tertinggi berdasarkan data yang ada pada WPS. Prevalensi Gonore pada WPS 49 % (IBBS 2007 ). Gonore merupakan indikasi biologis tentang perilaku seks beresiko dan banyak terjadi di industry seks komersial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Konsistensi Penggunaan kondom dengan kejadian infeksi Gonore pada Wanita penjaja Seks Langsung (WPSL). Penelitian ini mengunakan desain studi cross sectional.Sumber data hasil Survey terpadu Bilogis dan Prilaku tahun 2011. Populasi adalah wanita penjaja seks langsung (WPSL) Di 11 Provinsi Indonesia. Jumlah sampel adalah 3.324..Hasil Penelitian prevalensi Gonore pada WPSL adalah 37,69 %.Sebagian WPSL tidak Konsisten mengunakan kondom 72,4%.Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan PR 1.072 ( 95 % CI 0,917-1,253). Peningkatan Konsistensi penggunaan kondom dan perubahan prilaku.

Gonorrhea is sexually transmitted disease caused by Neisseria gonorrhea that infect the inner lining of uretra,cercix and rectum.In women gonorrhea can infect the genital tract up to the membrane in the pelvis so that the 40 % and pelvic pain and reproductive problems as well as being an important risk factor in HIV transmission(Kepmenkes RI). In Indonesia ,gonorrhea is the highest type of STI prevalence data based on 49 % of gonorrhea in the FSW (IBBS 2007) and 37,8 % ( IBBS 2011),Gonorrhea is considered as an indication of biological resources in risky sexual behavior and still a lot happening in the commercial sex industry.
This study aims to determine the relationship the consistency of condom use with the incidence of gonorrhea infection in female sex workers directly (WPSL).This study uses cross-sectional study design.Data is collected secondary data results of integrated Biological and Behavior Survey in 2011.Population is female direct sex workers in 11 Province Indonesia .Number sampel is 3.324.The Study found that prevalensi of gonorrhea infection in female sex workers directly (WPSL) by 37,69 % .most of the WPSL is inconsistent use of condom 72,4%.The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the consistency of condom use with the prevalence of gonorrhea infection PR 1.072 ( 95 % CI 0,917-1,253).increase particularly the consistent use of condom and increased opportunities use condoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suria Djuanda
"Gonorrhoea merupakan penyakit kelamin yang masih banyak terdapat dan merupakan salah satu jenis penyakit yang sukar diberantas dibagian dunia manapun. Walaupun tidak memberi akibat seluas syphilis, gonorrhoea setiap tahun menyerang beribu-ribu penderita baru. Dengan demikian penyakit ini bukan hanya merupakan satu masalah medik, tetapi juga satu masalah sosio-ekonomik.
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang kita tidak boleh ketinggalan mengadakan penelitian dalam bidang penyakit kelamin. Langkah pertama telah dimulai dengan mendirikan Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin (sekarang Lembaga Kesehatan Nasional) di Surabaya pada tahun 1951. Penyelidikan dalam tesis ini dimaksudkan sebagai satu sumbangan dalam bidang yang disebut diatas.
Maka tujuan tesis ini ialah mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai penyakit gonorrhoea :
1. menilai korelasi antara pendapat klinik pada satu pihak dan hasil pemeriksaan laborarorium pada pihak lain. Untuk tujuan ini dicari terlebih dulu cara pembiakan Neisseria gonorrhoea yang dapat dipercayai;
2. meninjau kepekaan Neisseria gonorrhoea yang diasingkan terhadap beberapa macam chemotherapeuricum;
3. mempelajari khasiat penicillin pada penderita gonorrhoea,
4. mencari berapa banyak orang yang menderita gonorrhoea mempunyai percobaan serologi positif terhadap syphilis; kemudian mencari apakah ada sesuatu hubungan antara gonorrhoea dan hasil percobaan tersebut;
5. mengumpulkan berbagai keterangan sosial (social data) mengenai para penderita gonorrhoea dan mengenai wanita tuna-susila."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1968
D112
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qatra Dini Seprida
"Infeksi menular seksual hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, balk di negara maju maupun di negara berkembang. Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi bersifat lokal di tempat inokulasi. Waria merupakan kelompok risiko tinggi untuk terkena gonore faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi somber penularan.
Penelitian ini merupakan survei potong lintang analitik, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi gonore faring dan gonore rektum pada populasi waria, serta hubungan antara perilaku seksual dengan kedua infeksi di atas. Diagnosis gonore faring dan rektum ditegakkan berdasarkan pemeriksaan PCR.
Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan Juli 2006. Pemeriksaan dilakukan terhadap 43 SP, yaitu waria yang berkunjung ke klinik PKBI Jakarta Timur yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen dari daerah faring dan rektum untuk pemeriksaan gonore dengan PCR. Setelah itu dilakukan pencatatan, perhitungan, dan analisis statistik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Hanifati
"Latar belakang: Gonore merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dan sebagian besar infeksi gonore pada perempuan bersifat asimtomatik. Dibutuhkan sebuah tes cepat untuk mendiagnosis servisitis gonore dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Tujuan: menentukan nilai diagnostik dari ENCODE Gonorrhea Rapid Test (GRT) dalam mendiagnosis servisitis gonore pada perempuan risiko tinggi di Jakarta. Metode: Studi potong lintang ini melibatkan perempuan risiko tinggi, baik simtomatik maupun asimtomatik, yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dan Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya selama bulan Agustus hingga Oktober 2018. Apusan endoserviks diambil dari tiap subjek dengan urutan acak untuk pemeriksaan ENCODE GRT, pewarnaan Gram, dan biakan. Hasil: Sebanyak 44 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini. Prevalensi gonore dalam penelitian ini sebesar 9,1%. Sensitivitas dan spesifisitas ENCODE GRT adalah 75% (IK 95%: 19,41% sampai 99,37%) dan 100% (IK 95%: 91,19% sampai 100%), dengan nilai duga positif dan negatif sebesar 100% and 97,56% (IK 95%: 87,99% sampai 99,54%). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa ENCODE Gonorrhea Rapid Test dapat menjadi alternatif dalam mendiagnosis servisitis gonore pada perempuan risiko tinggi di Jakarta.

Background: Gonorrhea is one of health problems in Indonesia and most infections in women are asymptomatic. Thus, a rapid test with good sensitivity and specificity is needed to aid gonorrhea cervicitis. Objective: To determine the diagnostic value of ENCODE GRT in diagnosing gonorrhea cervicitis among high-risk women in Jakarta. Methods: This cross-sectional study included symptomatic and asymptomatic high risk women visiting Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dan Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya during August-October 2018. Endo-cervical swabs from each participant were taken in random sequence for ENCODE GRT, Gram staining, and culture. Results: A total of 44 participants were enrolled. Gonorrhea prevalence was 9.1% in this study. The sensitivity and specificity for ENCODE Gonorrhea Rapid Test were 75% (19.41% to 99.37%) and 100% (91.19% to 100%). Positive and negative predictive value were 100% and 97.56% (87.99% to 99.54%). Conclusion: ENCODE GRT may become alternative diagnostic test among high-risk women in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sinta Dewi
"Gonore adalah masalah kesehatan masyarakat yang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam beban global infeksi menular seksual. Menurut Kementerian Kesehatan RI, wanita pekerja seks langsung WPSL adalah kelompok berisiko penyumbang kasus gonore terbanyak di Indonesia di tahun 2007, 2011, dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia tahun 2015. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2015 dengan jumlah sampel penelitian ini sebesar 2654 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Prevalensi gonore pada WPSL dalam penelitian ini sebesar 21,3. Faktor risiko infeksi gonore pada WPSL adalah usia muda PR 1,56; 95 CI: 1,35-1,81, konsisten menggunakan kondom PR 1,18; 95 CI: 1,02-1,38, melakukan bilas vagina PR 1,41; 95 CI: 1,04-1,91, baru menjadi WPSL PR 1,59; 95 CI: 1,37-1,85, berhubungan seks pertama kali saat berusia muda PR 1,24; 95 CI: 1,07-1,45, memiliki banyak pelanggan PR 1,33; 95 CI: 1,15-1,54, kurangnya pemberian informasi dan rujukan oleh petugas lapangan PR 1,55; 95 CI: 1,02-2,37, dan mengidap IMS lain PR 3,21; 95 CI: 2,73-3,78. Sedangkan faktor protektif infeksi gonore pada WPSL adalah sudah kawin PR 0,67; 95 CI: 0,56-0,79. Oleh karena itu disarankan untuk lebih memasifkan, mengintensifkan, serta menggunakan metode yang efektif dalam melaksanakan program skrining rutin bagi WPSL berusia muda, baru menjadi WPSL, memiliki banyak pelanggan, dan mengidap IMS lain pelatihan cara bernegosiasi dengan pelanggan untuk mau menggunakan kondom bagi WPSL berusia muda dan baru menjadi WPSL; serta pemberian informasi, khususnya tentang konsistensi penggunaan kondom dan larangan membilas vagina, serta dan rujukan oleh petugas lapangan.

Gonorrhea is a public health issue that becomes one of the biggest contributors to STIs global burden. According to Indonesian Ministry of Health, direct female sex workers FSWs are risk group who contribute most of the gonorrhea cases in Indonesia. This research aims to determine factors associated with gonorrhea infection among direct female sex workers in 16 districts cities in Indonesia in 2015. The data used is 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey with samples of 2654 respondents. The design study used in this research is cross sectional. The prevalence of gonorrhea in direct female sex workers in this research is 21,3. Risk factors for gonorrhea in direct FSWs are young age PR 1,56 95 CI 1,35-1,81, use condom consistently PR 1,18 95 CI 1,02-1,38, doing vaginal douching PR 1,41 95 CI 1,04-1,91, new as direct FSW PR 1,59 95 CI 1,37-1,85, first sex at young age PR 1,24 95 CI 1,07-1,45, has many clients PR 1,33 95 CI 1,15-1,54, lack of information and referral given by field officer PR 1,55 95 CI 1,02-2,37, dan has another STIs PR 3,21 95 CI 2,73-3,78. While the protective factor for gonorrhea in direct FSWs are already married PR 0,67 95 CI 0,56-0,79. Therefore, it is recommended to be more massive, intensive, and use an effective method to do daily screening for direct FSWs who young, new as direct FSW, has many clients, and has another STIs training on how to negotiate with clients to use condom for direct FSWs who young and new as direct FSW provision of information specifically about use condom consistently and prohibition of vaginal douching, as well as referral by field officer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Febri Lestari
"Gonore masih menjadi salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan terjadi 82 juta infeksi baru gonore .Prevalensi Gonore dan IMS lainnya tinggi pada populasi berisiko seperti pada Wanita Pekerja Seks (WPS). Menurut hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2018-2019 diketahui sebanyak 11,4% WPS terinfeksi gonore. Penggunaan kondom secara konsisten terbukti mengurangi risiko IMS, namun demikian prevalensi penggunaan kondom pada kelompok WPS masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom oleh semua pasangan WPS dengan status infeksi gonore pada WPS di 6 Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulai Mei-Juni 2023 dengan menggunakan data STBP 2018/2019. Sampel penelitian ini sebanyak 1.026 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti melakukan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang semua pasangannya tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,42 kali untuk terinfeksi gonore dibandingkan responden yang pasangannya konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi menjual seks, ketersediaan kondom dan konsumsi alkohol (PR=1,42;95%CI=0,98-2,08;p value=0,07). Disarankan agar pemberlakuan peraturan daerah terkait kewajiban penggunaan kondom di tempat hiburan dan lokalisasi ditegakkan dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.

Gonorrhea is still one of the most sexually transmitted infections (STIs) worldwide. WHO estimate 82 million new infections of gonorrhea occured in 2020. According to the results of the Integrated Biological and Behavioral Survei (STBP) 2018/2019, it was found that 11.4% of FSW were infected with gonorrhea. Consistency of condom use has been shown to reduce the risk of STIs, however, the prevalence of condom use in the FSW group is still low. This study aims to determine the relationship between the consistency of condom use by FSW’s partners and the status of gonorrhea infection in FSW in 6 districts/cities. This study used a cross-sectional study design which was conducted from May to June 2023 using STBP 2018/2019 data. The sample for this study was 1,026 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. This study conducted univariate analysis, bivariate analysis with the chi square test and multivariate analysis with the Cox regression test. The results showed that respondents whose partners did not consistently used condoms had a 1.42 times risk of getting infected with gonorrhea compared to respondents whose partners consistently use condoms after adjusted by age, marital status, education level, location of selling sex, availability of condoms and alcohol consumption (PR:1.42, 95%CI:0.98-2.08, p value:0.07). It is suggested that regional regulations related to the obligation to use condoms in entertainment venues and localization be enforced by involving community leaders in their implementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarwindo Sumardi
"ABSTRAK
Latar belakang : Gonore masih menjadi masalah kesehatan yang cukup signifikan terutama pada
laki-laki dengan perilaku seksual risiko tinggi. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis gonore
adalah biakan dan tes amplifikasi asam nukleat. Namun, kedua tes tersebut sulit dilakukan pada
tempat dengan keterbatasan fasilitas serta sumber daya manusia. ENCODETM gonorrhea rapid
test (GRT) merupakan salah satu point of care test (POCT) yang relatif mudah untuk digunakan
dan dapat memberikan hasil dalam waktu singkat. Jenis POCT ini diperkirakan dapat menegakkan
diagnosis gonore lebih praktis, cepat, dan akurat di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari
GRT dalam diagnosis gonore pada duh tubuh uretra laki-laki risiko tinggi di Jakarta
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap laki-laki risiko tinggi dengan
keluhan duh tubuh uretra yang mengunjungi dua klinik IMS di Jakarta selama Bulan September-November 2018. Jenis POCT gonore yang digunakan adalah ENCODETM GRT untuk menguji
sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif dan positifnya. Pemeriksaan baku emas yang
digunakan adalah biakan.
Hasil : Telah berhasil diseleksi sebanyak total 54 subyek penelitian. Sensitivitas dan spesifisitas
GRT diperoleh sebesar 96,77% (95% IK 83,3-99,92%) dan 82,6% (95% IK 61,22-95,05%).
Nilai prediksi positif didapatkan sebesar 88,24% (95% IK 75,43-94,82%) sedangkan nilai
prediksi negatif sebesar 95% (95% IK 73,25-99,25%).
Kesimpulan : ENCODETM GRT menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik
untuk diagnosis gonore pada laki-laki risiko tinggi dengan keluhan duh tubuh uretra.
Pengunaannya cukup praktis, sehingga dapat disarankan untuk tempat dengan keterbatasan
fasilitas.

ABSTRACT
Background : Gonorrhea still becomes a significant health problem especially in men with highrisk
sexual activities. The gold standard diagnostic tests are culture and nucleic acid amplification
test. However, both of the tests were difficult to perform in the setting of limited resources. Other
tests require trained analyst to perform, which may also not available in rural areas. ENCODE
gonorrhea rapid test (GRT) is a point of care test (POCT) which is relatively easy to use and can
provide result quickly. This POCT may provide more practical, faster, and more accurate
diagnosis of gonorrhea in Indonesia.
Objective : To know the sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive
value of gonorrhea rapid test in diagnosing gonorrhea urethritis on high risk men in Jakarta.
Methods : This is a cross-sectional study including men with symptomatic gonococcal urethritis
who visited two STI clinics in Jakarta during September-November 2018. ENCODETM GRT was
performed to evaluate its sensitivity, specificity, positive and negative predictive value. The gold
standard diagnostic test was culture.
Result : There were 54 men recruited in this study. The sensitivity and specificity for ENCODE
gonorrhea rapid test are 96.77% (95% CI 83.3-99.92%) and 82.6% (95% CI 61.22-95.05%).
Positive and negative predictive values respectively are 88.24% (95% CI 75.43-94.82%) and
95% (95% CI 73.25-99.25%).
Conclusion : ENCODE GRT has a good sensitivity and specificity rates for diagnosing gonorrhea
in high risk men with urethral discharge. Its use is recommended especially in rural areas or areas
with limited resources due to its practicality."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhalina Afriana
"Latar Belakang : Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim dan rectum. Pada wanita Gonore bisa naik kesaluran kelamin menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga 40% timbul nyeri panggul dan dan gangguan reproduksi serta menjadi faktor risiko penting dalam transmisi HIV ( Kemkes RI ). Di Indonesia gonore merupakan jenis IMS yang tertinggi berdasarkan data yang ada pada WPS. Prevalensi Gonore pada WPS 49% (IBBS 2007), Gonore merupakan indikasi biologis tentang perilaku seks berisiko dan banyak terjadi di industri seks komersial Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada WPS yaitu umur, pendidikan, lama menjadi WPS, Masa kerja, Umur pertama hubungan sek, pemakaian kondom dan status HIV.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong Lintang. Data diperoleh dari Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011. Data dianalisis secara bivariat untuk mendapatkan nilai Crude Odds Ratio dari faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore, serta analisis multivariate untuk melihat variabel paling dominan kejadian infeksi gonore dilihat dari nilai Adjusted Odds Ratio.
Hasil : faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore. umur OR (0,95%CI); 1.41 (1.98 ? 1,65), jumlah pelanggan OR (0,95%CI);1.29 (1.09 ? 1.51) , lama menjadi WPS OR (0,95%CI); 136 (1.15 ? 1.59) dan status HIV OR (0,95%CI); 1.72 ( 1.33 - 2.22) merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi gonore.

Background : Gonorrhea is a sexually transmitted disease caused by Neisseria gonorhoeae that infects the inner lining of the urethra, cervix and rectum. In women gonorrhea can infect the genital tract up to the membrane in the pelvis so that the 40% and pelvic pain and reproductive problems as well as being an important risk factor in HIV transmission (Kemkes RI). In Indonesia, gonorrhea is the highest type of STI prevalence data based on 49% of gonorrhea in the FSW (IBBS 2007), Gonorrhea is considered as an indication of biological resources in risky sexual behavior and still a lot happening in the commercial sex industry The aim of this study to determine factors associated with the incidence of gonorrhea infection in the FSW: age, education, length of work FSW, number of client, age at sex debut, condom use, HIV status.
Methods : The study design is cross sectional. Data was obtained from Integrated Biological and Behaviour Survey (IBBS) in 2011. Data in the bivariate analysis to obtain the value of Crude Odds Ratio of factors associated with gonorrhea infection, and multivariate analysis to see the most dominant variable incidence of gonorrhea infection in view of the Adjusted Odds Ratio.
Results : The factors related with gonorrhea infection. age OR1.41 0.95% CI 1.98 - 1.65), number of clients OR 1.28 95%CI 1.09 ? 1.51), length of work FSW OR 1:26 0.95% CI 1.15 to 1.59 and HIV status OR 1.72 0.95% CI 1:33 to 2:22 is the most dominant factor related with the incidence of gonorrhea infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Gonore (GO) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Neisseria gonorrhoeae. GO pada pria menyebabkan uretrits akut dengan keluhan subjektif gatal, panas di bagian uretra, keluar nanah kadang disertai darah. Gonore merupakan faktor yang memperberat HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko GO pada komunitas gay di kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah komunitas gay kota Tasikmalaya yang terdaftar di MCR (Mitra Citra Remaja) sebanyak 500 orang, jumlah sampel sebanyak 84 orang. Hasil penelitian lebih dari separuh komunitas gay yang terpilih sebagai sempel positif menderita GO. Hampir semua responden aktif berhubungan seksual selama menjadi gay pada frekuensi 2-3 kali seminggu. Kurang dari separuhnya responden memakai kondom dalam melakukan hubungan seksual. Sebanyak 47,6% responden sering berganti-ganti pasangan. Oral seks lebih besar (90,5%) dibandingkan dengan anal seks. Kesimpulan penelitian, variabel yang berhubungan dengan kejadian GO adalah perilaku seksual responden sedangkan variabel lain tidak berhubungan. Disarankan melakukan screening tiap tiga bulan sekali agar komunitas gay mau memeriksakan kesehatan reproduksinya di klinik secara rutin. "
JUKEKOI 7 : 2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library