Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Herawaty
"ABSTRAK
Keluarga dengan pola asuh yang cenderung otoriter (parent-center), menerapkan
mengharapkan kepatuhan langsung dari anak; kontrol yang sangat ketat; tingkah laku dan
sikap anak dievaluasi menurut standar mutlak yang ditetapkan otoritas tertinggi dalam
keluarga; dituntut hormat pada otoritas yang merupakan tradisi dan sistem struktur
tracisional dalam keluarga; tidak mengijinkan terjadinya diskusi antara orang tua dengan
anak dalam membahas suatu hal; anak harus menerima bahwa apa yang dikatakan orang
tua adalah benar dan lain-lain (Baumrind, dalam Berns, 1997;Ormrod,2000).Rachel Elder
(da am Bigner,1979) dalam risetnya menemukan bahwa konsep secara tradisional adalah
ayah berperan sebagai kepala keluarga dan berkuasa atas keputusan penting keluarga. Hal
ini bertentangan dengan tugas perkembangan anak usia dewasa muda yakni otonomi diri
yang menyebabkan kemungkinan terjadinya konflik antara ayah dan anak usia dewasa
muda. Peneliti tertarik meneliti dewasa muda yang memiliki status mahasiswa karena
keunikannya. Salah satunya adalah lebih peduli dengan hal-hal yang menarik bagi dirinya,
leb.h responsif pada beberapa situasi yang menekan yang mungkin bagi individu lain tidak
mempengaruhi tindakan mereka (Sear, dalam Wrightsman,1993).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran isu konflik yang terjadi antara ayah
dan anak dan penghayatan anak terhadap isu konflik yang menekan serta strategi coping
yang digunakannya. Peneliti menggunakan pembagian strategi coping yang dikembangkan
oleh Carver, Scheier, dan Weintraub (1989). Lima strategi Problem Focus Coping (active
coping, pianning, suppression ofcompeting activities,restrain coping, seeking sociai support
fot instrumental reason). Lima strategi Emotiona/ Focus Coping (seeking sociai suppoit for
emotiona/ reason,positif reappraisal,denial, acceptance, turning to reiigion). Tiga strategi
coping yang maladaptif {Focusing on and venting of emotion, behaviorai dan mental
dit .iengagement).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan
data adalah wawancara mendalam pada 2 mahasiswa perempuan dan 2 mahasiswa laki-laki.
Metode pengambilan responden yang digunakan adalah non probability sampling yakni
in, :endentai purposif sampling.
Hasil penelitian ini menemukan isu konflik yang sering muncul adalah otonomi diri
sebagai individu dewasa muda, pekerjaan rumah tangga, perbedaan prinsip dengan ayah
dan sifat ayah, perencanaan arah hidup, pemilihan bidang kerja, dan terlibat dalam aktifitas
masyarakat.
Isu-isu konflik dengan ayah yang dirasa menekan oleh hasiswa dewasa mdua
penelitian ini meliputi 5 hal yakni otonomi responden yakni ayah masuk kamar responden
tanpa seijin responden; ayah yang menuntut prestasi tertentu di bidang kuliah yakni harus
luius SI 4 tahun; pekerjaan yakni ayah yang tidak setuju responden bekerja di luar bidang
studi kuliahnya dan bekerja sebelum lulus kuliah; terlibat hubungan asmara dan pemilihan
pncar; perijinan aktivitas. Perasaan yang umumnya dirasakan mahasiswa usia dewasa muda saat
mengalami konflik dengan ayah mengenai masalah yang menekan adalah tertekan,
sedih, merasa tidak terima; marah; benci dan jijik; merasa frustrasi, tidak berguna, dan
Tuhan pun tak dapat menolong; menyesal yang dalam akan ketidakmampuannya berani
mengambil sikap di waktu lampau; dendam dan kecewa.
Strategi coping yang digunakan responden untuk mengatasi isu-isu konflik yang
dirasa menekan adalah mental disengagement,fbcusing on and venting emotion, restrain
coping, dan active coping, turning to reiigion, deniai, planning, dan seeking socia!support
fcr intrumental reason,seeking socia/ support for emotional reason, acceptance,
suppression ofcompeting activfaes dan behavioral disengagement.
Bahan diskusi penelitian ini. adalah ada kemungkinan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan strategi coping mahasiswa sebagai anak yakni kondisi keluarga,
selain faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping yang ada dalam penelitian
Holahaan dan Moos (1987) dan Carver, Scheier, dan Weintraub (1989). Selain itu, tiaptiap
karakteristik kepribadian yang ada dalam faktor karakteristik kepribadian, ternyata
seling berkaitan dan mempengaruhi sehingga sulit menentukan strategi coping individu
berdasarkan karakteristik kepribadian.
Saran untuk anak dan orang tua adalah mengembangkan komunikasi yang
terbuka antara ayah dan anak dalam mengunkapkan kebutuhan masing-masing dan
juga mengembangkan empati di kedua belah pihak. Selain itu, untuk anak sebaiknya
nrengggunakan restrain coping saat konflik verbal dengan ayah dan juga menggunakan
turning to reiigion disamping menggunakan strategi coping yang adaptif lain.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melihat konflik antar ayah dan anak
duri dua belah pihak dan coba melihat penyebab orang tua menerapkan pola asuh yang
o oriter serta strategi coping anak saat konflik dengan orang tua mengenai pemilihan
jurusan SI, menggali data lebih dalam saat pengambilan data,membatasi tahap stress."
2002
S3093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Ruslianti
"Spider Boys, written by Ming Cher, sets in colonial Singapore and shows a conflict between generations and a life of sub cultural group with the growth and development of the main characters, Yeow and Kwang, from schoolboys to teenagers. It touches the colonial and post-colonial history of Singapore. Cher examines the purpose of sub cultural group and its spider game in social and historical context.
In Spider Boys one is made aware of the conflict generated by the transition from childhood to young adult and by being caught between the sub cultural group's life of street kids in its relation with their parents culture as well as the dominant culture of the British government. Being the member of the Spider Boys is only the beginning of their life as street kids subculture.
Spider Boys shows pessimism and identity crisis undergo by a group of young Chinese immigrant in Singapore. They have such a sub cultural life within the community of adult Chinese immigrant. This sub cultural group constructs its own identities, among others through language and their way of interaction. These identities are taken as an adaptation to some of their parents' culture.
Not only the in heritage culture of their parents was adopted; some of them are also resisted. They select this parent?s culture in such a way that gives them the most convenience and confidence in their group.
Meanwhile, they also adopt the dominant culture of the British government to give a way for their sub cultural style. On the other hand, they resist the political culture of the British government insisting (Standard) English usage at school. As a result, some of them are incapable in communicating Standard English. Their resistance gives a way to the emergence of new variant of English, known as Singlish. The uniqueness of Singlish shows the combination of both dominant culture and that of their parents' culture. Their English does not pay any attention to the rule of Standard English. This absence of rule in their English, both in dialogue and in narration, enrich the atmosphere of the street kids life. As a group's identity, Singlish becomes their symbol of identification."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carter, Neil
London: Routledge, 1995
351.81 Car h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Grace Suryadi
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S2165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ajeng Rahayu Tjaraka
"Kesenjangan generasi kerap kali memicu konflik akibat adanya perbedaan pandangan dan sikap yang dimiliki oleh setiap generasi. Isu tersebut ditampilkan dalam film Ngeri-Ngeri Sedap (2022) karya Bene Dion Rajagukguk yang menjadi korpus dalam penelitian ini. Pemaksaan kehendak generasi tua terhadap generasi muda agar menjalankan hidup sesuai dengan aturan budaya Batak menjadi pemicu konflik antargenerasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk menganalisis aspek naratif dan sinematografis film. Teori sinema Petrie dan Boggs, konsep pembingkaian Entman, dan teori kesenjangan generasi Davis dan Falk dan Falk digunakan untuk menganalisis pembingkaian kesenjangan perspektif antargenerasi suku Batak dalam film. Konsep patriarki Walby digunakan untuk menganalisis posisi film di antara kedua kelompok generasi suku Batak. Melalui analisis struktur naratif, penelitian ini menemukan bahwa pembingkaian kesenjangan perspektif antargenerasi dalam film ditampilkan melalui penyebab kesenjangan perspektif antargenerasi suku Batak dan perbedaan perspektif antargenerasi terhadap budaya Batak. Penelitian ini juga menemukan bahwa melalui strategi yang ditampilkan para tokoh, film menunjukkan keberpihakannya kepada generasi muda. Film tersebut berusaha untuk menyampaikan kritik terhadap perspektif patriarki generasi tua yang ditampilkan melalui tokoh Pak Domu dan teman-temannya yang terlalu memegang teguh budaya sukunya dan memaksakan generasi muda untuk melakukan hal serupa.

Generation gap often triggers conflicts due to differing views and attitudes accros generations. This issue is depicted in the film Ngeri-Ngeri Sedap (2022) by Bene Dion Rajagukguk, which is the corpus for this research. The older generation's imposition on the younger generation to live according to Batak cultural rules becomes the source of intergenerational conflict in the film. This research uses content analysis to examine the film's narrative and cinematographic aspects. Petrie and Boggs's cinema theory, Entman's framing concept, and Davis and Falk and Falk’s generation gap theory are used to analyze the framing of intergenerational perspective gap among the Batak people in the film. Walby's patriarchy concept is used to analyze the film's stance between the two Batak generational groups. Through narrative structure analysis, this research finds that the framing of intergenerational perspective gap in the film is presented through the causes of these gaps and the differing perspectives on Batak culture. The study also finds that, through the characters' strategies, the film aligns itself with the younger generation. It attempts to critique the older generation's patriarchal perspective, depicted through Mr. Domu and his friends, who rigidly adhere to cultural traditions and impose them on the younger generation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haneberg, Lisa
"Coaching up and down the Ggnerations looks at the key processes of transferring knowledge, developing teams, and collaborating, and examines how different age groups can better learn from each other and even experience major breakthroughs that will improve their progressdespite disparate backgrounds."
Alexandria, VA: American Society for Training & Development, 2010
e20440990
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sankaran, Lavanya
New York: The Dial Press, 2006
823.92 SAN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wendover, Robert W.
"A recent survey reveals that customer satisfaction with the weather is at an all-time low. It's up to Wally, director of the Weather Consumer Satisfaction Bureau, to sort things out. In this witty fable, the root of the problem is a disagreement between old and new clouds."
New York: American Management Association, 2006
e20441751
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>