Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Kholisoh
"Penanggulangan terorisme masih menjadi tantangan global termasuk Indonesia, tahun 2014 Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mendeklarasikan sebagai Khilafah Islamiyah yang mentriger agresi Warga Negera Indonesia (WNI) baik laki-laki maupun perempuan, Di sisi lain, regulasi terkait penanganan tindak pidana terorisme di Indonesia belum bisa menjawab pola-pola kejahatan baru terorisme tersebut, sehingga hal ini menghambat upaya hukum dalam penanganan WNI eks pro ISIS yang dipulangkan dari Suriah termasuk rombongan keluarga yang melibatkan suami, istri dan anak-anak. Dalam pola terorisme lama, perempuan hanya diberikan peran sebagai support system. Sedangkan, perkembangan terbaru perempuan justru menjadi aktor utama. Tesis ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kasus untuk menggambarkan dimensi gender dalam proses penanganan dan pengaruhnya dalam proses hukum penanganan keluarga returnee. Dimensi gender sebagai pendekatan untuk melihat perang, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terlibat kelompok ekstrem, dalam kasus penanganan returnee persoalan mekanisme penanganan yang tidak jelas serta kekosongan hukum berpengaruh pada subjektivitas penegak hukum yang masih menggunakan logika kemanusiaan dan pandangan yang bias gender dalam menanangan kasus perempuan dan laki-laki eks pro ISIS.

Counter terrorism is still challenges in global area, In 2014, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) was declared Khilafah Islamiyah (Islamic State) which triggered aggression of Indonesian citizens (WNI) decide to move to Suriah. On the other side, regulations relating to combatting terrorist acts in Indonesia have not been able to answer the new patterns of terrorism crime, so this is hampering legal efforts in addressing ex-ISIS Indonesian citizens repatriated from Syria including family groups involving husbands, wives and children. Thus, the handling pattern is different from the previous models of terrorism crimes. In the old pattern of terrorism, women were only given a role in the domestic sphere and ensured the regeneration of their groups. Meanwhile, the latest development of women has become the main actor and recruitment agent for new group members. This thesis uses a descriptive analysis method using a case approach to describe the gender dimension is related to handling and how it influences the views of gender in the legal process of handling family returnees. The gender dimension as an approach to see war, functions and responsibilities of men and women involved in extreme groups, in the case of handling returnees the problem of unclear handling mechanisms and legal vacuum affect the law enforcement subjectivity that still uses humanitarian logic and gender biased views in tackling the case of women and men ex-ISIS. Therefore, in the future law enforcers must use agenda theory in which each individual, both men and women have their respective roles involved in extreme groups"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Wisnu Pratama
"Konsep gender dipahami sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Di mana digambarkan bahwa laki-laki merupakan seorang yang diunggulkan, peran yang lebih menentukan dalam berbagai proses sosial dan memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada kaum perempuan. Berbagai polemik ketimpangan gender masih umum terjadi. Perempuan masih terbelenggu budaya dan norma yang lebih menempatkan mereka pada pekerjaan domestik dibanding pekerjaan di sektor publik. Karena itulah banyak pekerja perempuan yang mencoba untuk melakukan pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh pekerja laki-laki seperti pada perusahaan yang bergerak di bidang teknik. Beberapa perusahaan mungkin dikatakan tidak anti terhadap pekerja perempuan, meskipun kenyataannya masih ada beberapa perusahaan yang belum berani menempatkan perempuan dalam pekerjaan operasional teknik. Dalam memahami hubungan tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap para pekerja operasional teknik bergender perempuan di PT Telkom Akses Jakarta Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi stereotip gender di dalam suatu organisasi, dengan menggunakan bingkai studi kasus diharapkan di samping isu gender, ditekankan bahwa kondisi ekonomi, ras, dan orientasi seksual adalah tambahan identitas budaya yang dapat membawa seseorang di antara masyarakat atau justru mengucilkan mereka dari lingkungannya. Peneliti mendapati peran perempuan dalam pekerjaan opersional teknik tidak hanya sekedar pelengkap, tapi juga menjadi peran penting di dalam sebuah perusahaan.

The concept of gender is understood as an inherent trait of men and women who are socially and culturally constructed. Where it is described that men are superior, have more decisive roles in various social processes and have greater power than women. Various polemics on gender inequality are still common. Women are still shackled by culture and norms that place them more in domestic work than in work in the public sector. That's why many female workers try to do jobs that are generally done by male workers, such as in companies engaged in engineering. Some companies may be said to be not anti-women, even though in reality there are still some companies that have not dared to put women in technical operational work. In understanding this relationship, the researcher observed the female technical operational workers at PT Telkom Akses Jakarta Utara. The purpose of this study is to identify gender stereotypes within an organization, using a case study frame. It is hoped that in addition to gender issues, it is emphasized that economic conditions, race, and sexual orientation are additional cultural identities that can bring a person into society or exclude them from society. environment. Researchers found that the role of women in technical operational work is not only complementary, but also an important role in a company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Nursyahbani
"Penelitian ini mengkaji kesetaraan gender pada hubungan romansa dalam salah satu drama Korea terlaris di 2021, yaitu Hospital Playlist season 2. Penelitian ini menggunakan konsep – konsep tercapainya kesetaraan gender yang didefinisikan oleh Badan Perancanaan Pembangunan Nasional serta Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Indonesia. Teknik pemilihan dan pengumpulan data atau adegan yang ada di dalam drama dilakukan menggunakan beberapa kriteria adegan – adegan romansa yang sering muncul pada drama televisi dan didefinisikan oleh Galician (2004). Fase – fase tersebut adalah natural connect, traditional role assignment dan supremacy of love. Setelah data dikumpulkan, maka data dianalisis menggunakan level denotasi dan konotasi pada semiotika Roland Barthes. Kemudian, data dianalisis melalui semiotika, dan data didiskusikan serta dikaitkan dengan gender dalam drama Hospital Playlist season 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya adegan – adegan dalam drama Hospital Playlist season 2 yang tidak mewakilkan kesetaraan gender dalam hubungan romansa melalui pemenuhan mitos – mitos Galician (2004). Hal yang cukup terlihat adalah penampilan, status jabatan, pekerjaan dari karakter perempuan yang masih lebih rendah dibandingkan laki – laki. Akan tetapi, di samping itu drama Hospital Playlist season 2 menunjukkan kriteria kesetaraan gender dalam mengakses sumber daya, pendidikan, politik dan sebagainya, serta kesetaraan perempuan dalam menentukan pilihan hidupnya.

This study examines the representation of gender equality in romantic relationships in one of the most-popular Korean dramas in 2021, named Hospital Playlist season 2. This study use the concepts of gender equality defined by the Badan Perancanaan Pembangunan Nasional and Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak in Indonesia. The technique of selecting and collecting data in the drama is done by using several criteria for romantic scenes that often appear in television dramas and defined by Galician (2004). These phases are natural connect, traditional role assignment and supremacy of love. After the data were collected, the data were analyzed using the denotative and connotative levels of Roland Barthes' semiotics. After the data were analyzed, the data will be discussed and interpreted with semiotics and gender equality in Hospital Playlist season 2. The results of the study indicate that there are still scenes in Hospital Playlist season 2 that do not indicate gender equality in romantic relationships through the fulfillment of Galician myths (2004). What is quite visible with gender inequality is the appearance, position status, occupation status of the female characters still lower than the male characters. However, in addition, the drama Hospital Playlist season 2 shows the gender equality criteria. These criteria are women in accessing educational resources, politics and so on, as well as women in determining their life choices."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library