Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Nina Karina
"Didalam menjalankan usahanya PT Decorus Mitra Selaras adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan furniture dan penyediaan perlengkapan kantor dan menjadi agen dari berbagai macam produk furniture yang berasal dari manca negara. Saat ini di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan iklim investasi yang kondusif yang menyebabkan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia sehingga semakin meningkatnya kebutuhan akan perlengkapan kantor yang merupakan barang komplementer dari penyediaan dan kebutuhan akan ruang perkantoran. Meja Ad Hoc adalah salah satu perlengkapan kantor yang merupakan salah satu produk baru dan inovatif yang banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri dalam melengkapi ruang kantornya, tetapi hal ini tidak terjadi di Indonesia, hal ini mungkin disebabkan karena budaya masyarakat Indonesia yang belum terbiasa dengan disain ruang kantor yang terbuka yang mana tidak terdapat pembatas antara satu meja dengan meja yang lainnya, hal ini diharapkan tidak berlangsung lama dikarenakan saat ini di Indonesia banyak terdapat perusahaan-perusahaan asing dan tenaga kerja Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan dan pernah bekerja di luar negeri yang dapat menerapkan desain ruang kantor yang terbuka. Dalam memasarkan produk Meja Ad Hoc ini, DECORUS selaku asen penjualan produk ini menawarkan Meja Ad Hoc kepada pihak-pihak yang selama ini menjadi pelanggan dari DECORUS dan juga kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap memiliki potensi yang besar untuk membeli produk ini dengan melakukan resepsi dan cocktail party pada peluncuran perdana produk ini, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kebiasaan dalam bekerja bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dengan perusahaan-perusahaan yang berada di luar negeri seperti yang tertulis diatas dan selain itu juga disebabkan karena harga dari Meja Ad Hoc ini cukup mahal sehingga memiliki kesan yang eksklusif. Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi kasus yang data-datanya diperoleh dari riset lapangan dengan melakukan observasi langsung terhadap obyek yang diteliti dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang langsung terlibat dengan pemasaran meja Ad Hoc dan juga melakukan riset kepustakaan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat didalam melakukan penelitian. Dari upaya pemasaran yang dilakukan oleh DECORUS dalam memasarkan produk ini dapat dilihat beberapa hal yang masih kurang untuk itu kiranya agar produk meja Ad Hoc dapat dipasarkan dengan baik maka perlu dibuatnya advertorial di media masa agar masyarakat dapat mengetahui desain kantor yang terbuka adalah desain yang terbaik didalam suatu ruang perkantoran dan selain itu juga agar masyarakat lebih mengenal manfaat dan keunikan dari meja Ad Hoc dengan lebih baik, selain itu juga agar harga penjualan meja tersebut tidak terlalu mahal maka hendaknya beberapa bagian dari meja tersebut dapat di buat di dalam negeri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Yovani
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sistem cluster yang merupakan kebijakan pemerintah baru untuk mengembangkan unit usaha dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, inovasi dan ekpansi usaha sebagai penentu daya saing setiap UK di sentra kayu Klender. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah inter-firm linkage dan dukungan serta peran pemerintah merupakan faktor yang esensial sebagai pendorong tingkat produktivitas, inovasi dan pembentukan usaha baru yang tinggi di dalam sentra usaha kecil UK-UK yang terletak di dalam sebuah sentra seperti sentra mebel kayu Pd.Bambu-Klender.
Pendekatan penelitian ini pada dasarnya adalah pendekalan kuantitatif dengan data sekunder dan data primer yang dikumpulkan melalui dengan jumlah responden 50 orang. Untuk memperoleh informasi-informasi yang tidak dapat trrsaring mrlalui survei maka peneliti menggunakan in-depth interview (wawancara mendalam). Analisa statistik yang digunakan merupakan analisa univariat tiap-tiap variabel dengan menggunakan mean, median. modus dan ukuran statistik deskriptif lainnya. Estimasi yang digunakan merupakan estimasi interval dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa Bivariat dengan menggunakan tabel silang merupakan analisa yang digunakan untuk menguji ada tidaknya asosiasi antar variabel dengan ukuran statistik Chi-kuadrat (Pearcon Chi-Square).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio produktivitas baik itu produktivitas kapital maupun modal kecil, tingkat inovasi para UK-UK juga rendah dan pembentukan usaha baru terjadi di sentra ini. Pembentukan usaha baru tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah UK di dalam sentra tersebut secara cepat. Jumlah UK yang terus bertambah semata-mata hanya karena Klender sudah memiliki label sebagai industri furniture kayu, sehingga sebagian besar masyarakat Jakarta akan mengambil furniture dari area ini. UK-UK yang terus bertambah tersebut bukan merupakan UK-UK yang memiliki kemampuan usaha yang baik. Untuk variabel interfirm-linkage, ditemukan dari penelitian ini, bahwa ternyata mayoritas UK di dalam sentra mebel kayu Pondok-Bambu-Klender ini mengambil bahan-bahan baku dan mesin untuk produksinya dari luar sentra Klender karena harga yang anehnya justru lebih murah di luar sentra daripada di dalam sentra itu sendiri. Hanya beberapa komponen pendukung seperti engsel mebel, lem dan komponen lain yang diambil dari dalam Klender.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peran pemerintah dan interfirm linkages merupakan faktor esensial bagi produktivitas, inovasi dan PUB sentra ini. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan-hubungan asosiasi yang terbukti secara statistik bahwa produktivitas, inovasi yang rendah disebabkan oleh inter-firm linkage baik secara horisontal maupun vertikal tidak terjadi di dalam sentra ini. Begitu pula pemerintah, dibuktikan bahwa tidak adanya peran pemerintah berasosiasi dengan tingkat produktivitas dan inovasi yang rendah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T10422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Asriyadi
"ABSTRAK
Pembangunan sektor industri dalam Repelita V, seperti yang diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) memegang peranan strategis dalam upaya meletakkan landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang selanjutnya. Implementasinya adalah melalui pendayagunaan yang optimal dari kemampuan dan modal dalam negeri serta pelaksanaan kebijaksanaan yang menunjang upaya peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah, yakni dengan jalan menciptakan pemerataan kesempatan berusaha bagi segenap lapisan masyarakat. Kelompok industri telah berperan besar dalam perluasan lapangan kerja baru, kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan. Hal ini berarti bahwa perkembangan industri kecil kian menjadi bagian yang penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Kajian industri kecil senantiasa menarik perhatian berbagai pihak untuk dipelajari, serta seringkali menimbulkan argumentasi yang kontradiktif mengenai keberadaannya. Pada satu sisi, industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional. Keberadaannya sering dikaitkan dengan usaha yang dikelola oleh masyarakat miskin, skill terbatas, tehnologi tradislonal dan memerlukan pertolongan pemerintah karena kerapuhan usahanya. Tetapi disisi lain, industri kecil dilihat sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat. Tidak semua kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif 'melalui usaha skala besar, itulah sebabnya di banyak negara maju keberadaan usaha kecil menjadi mutlak.
Rotan sebagai salah satu komoditi yang diandalkan untuk ekspor merupakan kelompok jenis tumbuhan-tumbuhan hutan yang angat penting setelah hasil kayu. Pada mulanya rotan diperdagangkan dalam bentuk rotan asalan di mana belum dilakukan pemrosesan lebih lanjut, sehingga nilai ambahnya masih rendah. Melihat kondisi di mana ekspor rotan masih berupa rotan mentah tersebut maka dengan pertimbangan dapat diciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, meningkatkan nilai tambah dan lainlainnya serta juga sesuai dengan program pemerintah yang telah dicanangkan dalam pembinaan industri kecil.
Sejalan dengan perkembangan industri kecil, maka pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan tata niaga rotan dengan maksud untuk melindungi keberadaan industri kecil tersebut.
Berbicara mengenai; tata niaga rotan tidak akan terlepas dari masalah pemasaran, yang dirasakan sangat sulit dalam suasana persaingan yang sangat ketat dengan industri besar rotan maupun dengan negara-negara pengeksport rotan seperti Taiwan, Korea Selatan, Jepang dan lain-lainnya. Dalam iklim ekonomi seperti apapun, pertimbangan-pertimbangan pemasaran tetap merupakan faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan peran industri kecil rotan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Pemasaran dalam hal ini bisa Alga dikatakan sebagai saluran pendistribusian rotan dari industri kecil sebagai produsen sampai pada konsumen yang membutuhkan sebagai mata rantai akhir dalam distribusi ini. Dalam menjalankan proses pemasarannya atau proses pendistribusiannya ini dilakukan oleh berbagai macam perantara, seperti perseorangan, kelompok maupun perusahaan. Peranan perantara sangat dominan di dalam menentukan keberhasilan industri kecil rotan. Dengan demikian akan menimbulkan banyak permasalahan-permasalahn yang dihadapi industri kecil baik dalam memperoleh bahan baku maupun dalam memasarkan produk.
Masalah yang ada dalam mata rantai/ distribusi rotan dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan. Namun penelitian di sini hanya akan berusaha menganalisa dengan pendekatan perilaku antar organisasi dalam mata rantai tersebut serta biaya transaksi terhadap keberhasilan industri kecil tersebut. Perilaku antar organisasi dalam mata rantai rotan tersebut berupa adanya kerjasama dalam menjalankan mata rantai tersebut, serta dalam menjalankan tugasnya sering terjadi perbedaan-perbedaan yang akhirnya terjadi konflik antar organisasi. Kedua perilaku organisasi inilah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya industri kecil tersebut. Disamping itu juga diperhitungkan adanya biaya transaksi yang ditimbulkan dalam melakukan pertukaran ( exchange ) melalui mata rantai / saluran distribusi rotan tersebut.
Untuk memperoleh kejelasan, mengenai pokok permasalahan yang ada, maka ditarik sejumlah responden sampel, yaitu pengusaha industri kecil rotan di wilayah desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo Jawa Tengah. Adapun populasi dari pengusaha industri kecil ratan di desa Trangsan ada 121 pengusaha. Sedangkan sampel penelitian ini diambil hamper setengahnya yaitu sebesar 50 responden. Dengan menggunakan tehnik pengambilan sempel yaitu Simple Random Sampling atau penarikan sampel secara random sederhana dengan cara Undian. Sejalan dengan Jenis skala ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti, karena pembuatan skala pengukuran mempunyai arti yang sangat penting dalam penelitian di mana data yang diperoleh dilapangan masih bersifat kualitatif. Skala pengukuran dilakukan dengan menggunakan petunjuk Skala Likert, dengan menggunakan modifikasi yang dianggap perlu. Dan juga secara dominan akan dipergunakan analisa kuantitatif dengan memanfaatkan formula korelasi sederhana dan korelasi berganda ( majemuk ) dengan interpretasi pembahasannya.
Berdasarkan data plural yang terkumpul, baik dari responden sampel ( melalui proses wawancara dan pengamatan ) maupun dari data sekunder, maka beberapa hasil penelitian yang dapat dikemukakan di sini adalah sebagai berikut :
Pertama, keberhasilan usaha para pengrajin rotan di desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Dati II Sukoharjo bisa dikatakan tidak berhasil atau statis. Hal ini terbukti dari hasil uji korelasi yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara konflik dengan keberhasilan usaha. Artinya semakin tinggi konflik yang terjadi, maka akan semakin rendah keberhasilan yang dicapai oleh industri kecil ratan. Hal ini menunjukkan, bahwa perilaku konflik dapat dikatakan tidak berhasil. Di mana konflik cenderung untuk menimbulkan biaya transaksi yang tinggi dan akan mengakibatkan perkembangan/keberhasilan industri kecil menjadi statis.
Kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kerjasama antara pengrajin baik dengan eksportir maupun dengan broker cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan perilaku kerjasama cukup berhasil dan tidak mengakibatkan biaya transaksi yang tinggi. Kerjasama di sini diukur dengan kepercayaan yang diberikan pengrajin pada eksportir yaitu berupa pesanan yang selalu ada dan berkesinambungan. Untuk itu dapat dikatakan bahwa memang ada- kerjasama tetapi oleh karena-perilaku konflik itu lebih kuat, maka keberhasilan industri kecil rotan tersebut rendah/statis.
Ketiga, Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kuat antara biaya transaksi dengan keberhasilan usaha industri kecil rotan. Artinya, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi biaya transaksi yang dikeluarkan akan semakin rendah tingkat keberhasilan usaha industri kecil. Hal ini disebabkan karena pesanan eksportir maupun broker sangat dominan serta memiliki semua sumber Jaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemasaran baik informasi, keahlian maupun asset lainnya. Dengan perilaku-perilaku opportunistik tersebut secara otomatis akan berakibat pada pengusaha industri kecil yaitu dengan semakin besarnya kesulitan-kesulitan dalam melakukan transaksi-transaksi.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Saptari
"Skripsi ini membahas tentang analisa pengendalian debu yang dilakukan pada area produksi Pre Cut PT X tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian semi-kuantitatif dengan desain observasional. Variabel yang diteliti adalah tingkat konsentrasi debu pekerja, ventilasi alami, local exhaust ventilation, housekeeping, dan alat pelindung diri.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengendalian yang dilakukan pada area produksi Pre Cut belum efektif dalam mengendalikan debu. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengukuran konsentrasi debu di tiga unit (unit kerja pembelahan sebesar 1.765 mg/m3, unit kerja pemotongan sebesar 1.389 mg/m3, dan unit kerja penyerutan sebesar 0.016 mg/m3) dimana dua dari tiga unit kerja yang ada di area Pre Cut telah melewati Nilai Ambang Batas (1 mg/m3) yaitu unit kerja pmbelahan dan unit kerja pemotongan.

This research discusses the analysis of dust control in the Pre Cut production area at X Company 2011. This study is a semi-quantitative study with observational designs. The variables studied were level of dust concentration of workers, natural ventilation, local exhaust ventilation, housekeeping, and personal protective equipment.
Based on the results of research showed that the control in Pre Cut production areas have not been effective in controlling dust. This is evidenced by the results of measurements of dust concentration in the three units (fission units 1.765 mg/m3 division, cutting unit of 1.389 mg/m3, and shaving unit 0.016 mg/m3) in which two of the three units in the area pre Cut has passed the Threshold Limit Value (1 mg/m3) are fission unit and cutting unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Indrianty
"Uni Eropa (UE} merupakan pasar mebel erbesar di dunia dan sangat menjanjikan bagi pars produsen mebel, terutama asal negara berkembang. Indonesia memiliki tradisi sebagai negara penghasil mebel dan juga sejarah panjang dalam mengekspornya ke UE.
Penelitian ini menyajikan gambaran tentang kondisi pasar mebel UE, dengan analisis pada aspek ekonomi yaitu perkembangan konsumsi dan impor di negara-negara terseleksi serta struktur penjualan mebel; aspek kebijakan perdagangan non-tarif yang berkaitan dengan perdagangan mebel dan pengaruh dari aspek sosial-budaya terhadap permintaan produk mebeI terutama dilihat dari perilaku konsumen (consumer behaviour).
Penelitian ini akan bertitikberat pada peluang dan tantangan bagi pengembangan ekspor mebel Indonesia. Dengan demikian, masalah-masalah panting yang mempengaruhi industri mebel Indonesia akan dianalisis. Hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan kinerja ekspor mebel Indonesia dalam perdagangan mebel dunia dan ke UE juga akan diteliti.
Penelitian difokuskan pada household furniture karena kelompok mebel ini memiliki potensi permintaan di pasar UE. Selain itu, kelompok mebel ini juga memiliki pangsa yang besar dari keseluruhan ekspor mebel Indonesia, Oleh karena itu strategi bauran pemasaran sebagai sarana untuk meningkatkan ekspor juga akan dianalisis.

The European Union (EU) is the largest furniture market by far and is very lucrative to furniture producers, especially those from developing countries. Indonesia has a long tradition of producing furniture items and exporting them to the EU.
This study presents an overview about the condition of the EU furniture market, with analysis on the economic aspects such as the development of consumptions and imports in selected countries as well as distribution structure; non-tariff trade policy that is relevant to the furniture trade and the influence of socio-cultural aspects to the demand for furniture products especially with regard to the consumer behaviour.
The primary focus of this study is the opportunities and challenges for the development of Indonesian furniture export. Thus, important issues that affect the Indonesian furniture industry will be examined. The relationship of these issues to the performance of the Indonesian furniture exports in the global furniture trade and to the EU will also be studied.
This study focuses on the household furniture since this group of furniture has demand potentials in the EU market. It also has a large share from the total Indonesian furniture export. Thus, the marketing mix strategy as the means of boosting the export sales will also be analyzed.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kitty Haurissa
"Industri mebel merupakan industri pengolahan kayu hilir yang bernilai tambah tinggi dan merupakan industri padat karya. Dengan semakin menurunnya daya dukung hutan maka industri pengolahan kayu diarahkan pada industri yang bernilai tambah tinggi. Untuk meningkatkan perolehan devisa maka pengembangan industri mebel diarahkan selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk ekspor. Namun apabila dilihat dari perdagangan produk mebel di pasar dunia, share Indonesia masih sangat kecil padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan dalam upaya meningkatkan peranan industri mebel dalam penerimaan devisa negara maka perlu dilakukan penelitian mengenai daya saing industri mebel Indonesia.
Tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh gambaran mengenai posisi industri mebel Indonesia dalam perdagangan internasional, (2) Untuk menentukan prioritas faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan strategi pengembangan industri mebel Indonesia, (3) Untuk menentukan alternatif strategi dalam upaya peningkatan daya saing industri mebel dalarn meningkatkan devisa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang dilakukan melalul pengkajian literatur (pengkajian konsep-konsep yang relevan) dan melalui wawancara dengan para pakar. Untuk mengetahui posisi industri mebel Indonesia di pasar dunia, digunakan Metode Revealed Comparative Advantage (RCA.), sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan daya saing digunakan ?diamond? Porter, dan untuk menetapkan strategi yang akan diterapkan menggunakan model Proses Hirarki Analitis (PHA) dengan
program komputer ?Expert Choice Version 7,0.
Dari perhitungan yang dilakukan, ternyata untuk produk mebel dengan SITC 8215 Indonesia memiliki keunggulan komparatif dengan index RCA sebesar 2,01. Faktor-faktor penentu daya saing berdasarkan urutan prioritasnya adalah faktor kondisi, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, strategi, struktur, persaingan industri, peluang dan kebijakan pemerintah.
Alternatif strategi peningkatan daya saing industri mebel Indonesia berdasarkan urutan prioritasnya adalah (1) peningkatan penguasaan teknologi dan kemampuan
sumber daya manusia, (2) peningkatan peran kelembagaan promosi ekspor dan (3) penciptaan iklim usaha yang kondusif. Strategi yang direkomendasikan untuk peningkatan daya saing industri mebel adalah peningkatan penguasaan teknologi dan kemampuan SDM karena mempunyai bobot penilaian tertinggi yaltu 0,346.
"
Depok: fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T4054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Santoso
"Forest destruction in Indonesia has become a very serious problem and global concern. Eco-labels aim to combat illegal logging, illegal trading, and forest conversion. Eco-labeling in the furniture industry is slower in Indonesia than in competing countries such as China and Vietnam, where China has reached more than 1000 Chain of Custody (CoC) certification industrial units and Vietnam 238 units, while Indonesia has achieved only 78 units. But eco-labeling is perceived as a pressure on the international trade of the furniture industry. This study examines how the furniture industry in Central Java and Yogyakarta understands eco-labeling and what efforts the industry is making. Eco-labeling has a positive impact on the industrial environment and sustainable forestry, and it increases credibility/corporate image, market share, and profit. But not all buyers demand eco-labeling, so some companies deal with eco-labeling either by applying for certification or by looking for buyers that do not require the eco-label. Buyers who do not require the eco-label result in companies having less motivation to seek CoC certification. Other views about eco-labeling in the industry are also counterproductive, producing further obstacles to eco-label certification. Eco-labeling is often understood as unfair competition from developed countries, implemented as a barrier to entry into trade, and as inconsistent with The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)/The World Trade Organization (WTO). Eco-labeling is often considered a new form of colonialism rather than an instrument of environmental management."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:5 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indrahti
"Perkembangan industri kerajinan ukir di Jepara tahun 1945 - 2001 memberikan pengaruh pada orientasi aktivitas ekonomi masyarakatnya. Terutama setelah terjadinya promosi pemasaran pada pesanan internasional pada sekitar periode tahun 1980-an. Industri kerajinan ukir telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Jepara meskipun pemanfaatan laharnya lebih banyak pada bidang pertanian. Kemampuan menampung angkatan kerja yang ada sebanding dengan semakin meningkatnya angka eksportir. Menandakan bahwa dari segi kuantitas tampak bahwa industri kerajinan ukir mengalami perkembangan yang pesat terutama setelah datangnya eksportir ke daerah produsen (Jepara). Upaya antisipasi perlu dilakukan rnenyangkut hak paten, ketersediaan bahan-bahan dasar untuk produksi, keterampilan tenaga kerja serta jaringan pemasaran yang memadai.
Pendekatan historis pada penelitian ini digunakan untuk memahami perkembangan industri kerajinan seni ukir Jepara tahun 1945 - 2001. pendekatan historis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang berbagai kondisi yang melatarbelakangi proses perkembangan itu sendiri, serta dampak dari perkembangan bagi masyarakat pendukungnya secara khsus dan umum.
Pada periode tahun 1945 - 1979, perkembangan kerajinan ukir masih dalam lingkup lokal, terutama untuk memenuhi permintaan pasaran dalam negeri. Hal ini disebabkan keterbatasan modal, promosi serta jaringan pema saran. Wilayah kecamatan yang ada di kabupalen Jepara, hanya tiga kecamatan yaitu Tahunan, Jepara dan Batealit yang menjadi aktivitas kerajinan ukir.
Ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat memproduksi kerajinan ukir sekaligus memasarkannya. Pada tahun 1980 - 1990 terjadi pertambahan wilayah produksi yang hampir merata pada seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Jepara. Perkembangan ini juga ditandai dengan semakin berperannya eksportir dan PMA. Lonjakan perkembangan sangat cepat pada periode tahun 1991 - 2001, terutama akibat krisis moneter. Peningkatan jumlah eksportir dan PMA diikuti dengan peningkatan jumlah volume dan nilai ekspor. Keberhasilan ini berpengaruh dalam nilai total ekspor di Jawa Tengah.
Upaya menumbuhkan mitra kerja antara PMA dan pengusaha lokal di lakukan oleh pemda dan masyarakat, dengan strategi, PMA yang melakukan aktivitas produksi di Jepara harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Pengusaha lokal meningkatkan sikap yang lebih aktif untuk mengambil peluang-peluang yang ada terutama alih teknologi, promosi dan pema saran Dari segi modal, keterampilan, teknologi serta desain maka dapat dikatakan bahwa PMA mempunyai keunggulan dibanding dengan pengusaha lokal. Di sisi lain pengusaha lokal juga menguasai keterampilan di bidang pengembangan keterampilan ukir. Kedua kelebihan tersebut apabila dipadukan, maka dapat menghasilkan mitra usaha yang baik.

The development of carving industry in Jepara 1945 - 2001 influenced the orientation of economic activities of the local society. Especially, after marketing promotion, international orders increased in 1980-s period. Carving industry had been the main work of Jepara society although agriculture used more lands. The capacity of receiving workers was in line with the increase of export rate. Quantitatively, it seemed that carving industry developed rapidly especially after the exporters had come to the producers' area, Jepara. To anticipate the development, it is necessary to handle copyrights, raw material supplies, workers' skill, and marketing networks.
Historical method used in this research is to understand the development of carving art in Jepara 1945 - 2001. By using this method it is expected to give a comprehensive understanding on several conditions that had been the background of the development process itself, and the impact of the development on the supporting society in part and in general.
In 1945 - 1979 periods, the development of carving industry was still in the local scope, especially to fulfill domestic orders. It was caused by the limited capital, promotion and marketing network. The carving activities in Jepara Regency were held only in three sub-districts -Tahunan, Jepara and Batealit.
In 1980 - 1990 periods, the production areas extended to all sub-districts of Jepara Regency. It was also signed by the participation of exporters and foreign investments. The development increased rapidly in 1991 - 2001 because of monetary crisis. The quantitative increase of exporters and foreign investments implicated to the quantitative increase of export volumes and values. This success influenced on the total export values in Central Java.
In order to develop join venture between foreign investment and local businessmen was done by the local govemment and society. E.g., the foreign investors who hold production activities in Jepara should obey the given rules. The local businessmen should increase their business manner more actively to take opportunities such as technology, promotion, and marketing. In dealing with captal, skill, technology, and design, it could be concluded that the foreign investors had more superior qualities than those of local businessmen did. On the other hand, the local businessmen had good skills of carving. lf both of the excellent qualities unite, they will be a good join venture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T3095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriyanto Teguh
"ABSTRAK
Penulisan karya akhir ini dimaksudkan untuk menganalisa kondisi perusahaan (CV.
Kurnia) baik dari sisi luar maupun dan sisi dalam yang nantinya agar dapat menjadi
masukan yang bagi perusahaan yang bersangkutan dan agar dapat dimanfaatkan untuk
melakukan perbaìkan-perbaikan yang akan membawa perbaikan pada kinerja perusahaan.
Karya tulis ini lebih banyak memberikan gambaran pada kondisi industri furniture
untuk pasar domestik pada umumnya dan lebih khusus lagi gambaran tentang industri
furniture di daerah Klender dan sekitarnya dengan mengamati dan menganalisa kondisi
yang terjadi pada CV. Kurnia. Pengamatan yang dilakukan penulis meliputi Iingkungan
luar industri (eksternal) dan lingkungan internal industri, lingkungan eksternal
perubahannya tidak dapat dicegah oleh industri itu sendiri seperti perubahan kondisi
ekonomi, kondisi sosial politik, teknologi dan informasi dan kondisi global, dari
pengamatan terhadap lingkungan eksternal ini díharapkan dapat mengidentifikasi
peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang mungkin timbul akibat terjadìnya
perubahan-perubahan tadi. Sedangkan lingkungan internal industri perubahan-perubahan
yang terjadi dapat diprediksi dan dapat diantisipasi oleh industri itu sendiri, hasil yang
diharapkan dari pengamatan ini adalah dapat teridentifikasiya kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Industri furniture secara umum merupakan industri yang berkembang secara pesat
baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor, dimasa krisis industri ini menjadi salah
satu sektor yang tetap dapat bertahan, ekspor furniture antik menjadi salah satu
primadona ekspor yang memberikan tambahan devisa negara. Keunggulan ¡ni terutama
sekali disebabkan oleh besarnya keunggulan kompetitif produknya. Untuk pasar lokal
pada masa sebelum krisis permintaan meningkat secara signifikan tapi setelah krisis
terjadi permintaan mulai menurun ¡agi karena daya beli maayarakat menurun.
Masalah utama yang dihadapi dari para produsen furniture di daerah Klender dan
sekitarnya adalah persaingan yang terjadi diantara mereka sendiri. Sebetulnya majalah
persaingan tersebut bukanlah masalah baru, dan dulu persaingan juga sudab ada tap
dalam beberapa tahun terakhir ini persaingan menjadi semakin tajam. Meningkatnya
persaingan secara tidak langsung dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi dínegara kita,
yang menyebabkan banyak terjadi pengangguran karena Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), banyak diantara mereka yang karena susah mencari kerja lalu berwiraswasta,
diantaranya industri kecil furniture ini, selain itu permintaan yang tídak pernah surut
menyebabkan industri ini kelihatan menarik, mendatangkan banyak keuntungan dan
tingkat resikonya relatif rendah.
CV. Kurnia sebagai salah satu pemain didaerah Klender sadar bahwa persaingan
yang terjadi sekarang bermuara pada persaingan harga, tetapi pada dasarnya persaingan
harga mengharuskan setiap pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produknya,
pelayanan yang maksimal dan produksi yang tepat waktu, dan itu semua dapat dilakukan
dengan melakukan efisiensi-efisiensi dalam proses produksinya.
Dalam anaiisa yang dilakukan, penulis mengidentifikasi indikator-indikator
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta kesempatan dan ancaman yang
dihadapi. Selanjutnya indikator-indikator tersebut diberi bobot dan nilai, hasil dan
penilaian tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk memberikan alternatif-alternatif
strategi yang dapat diterapkan oleh CV. Kurnia untuk dapat bersaing dan berkembang
menjadi Iebih besar.
"
2002
T5842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>