Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Primardiani Indirasari
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sejauh mana tingkat fanatisme pada merek Apple di kalangan mahasiswa FISIP UI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa FISIP UI yang memiliki lebih dari satu produk Apple. Metode yang peneliti gunakan adalah non-probability sampling serta teknik pengambilan sampel Purposive. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis berdasarkan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat fanatisme pada merek Apple di kalangan mahasiswa FISIP UI cukup tinggi, hal ini terlihat melalui kecenderungan nilai mean yang tinggi.

The objective of this research is to analyze the extent to which level of fanaticism towards the Apple brand amidst the students of FISIP UI. The sample of this research is 100 students at FISIP UI. Researcher used questionnaire as research instrument and analyzed with value of the mean. The result of this research indicates that the level of fanaticism towards the Apple brand amidst the students of FISIP UI is high enough, this is indicated by tendency of the high value of the mean."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aby Rachman
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Ultras Gadungan, yang merupakan kelompok Ultras
dari kelompok suporter sepakbola asing Milanisti Indonesia. Penelitian ini akan
menjelaskan bagaimana proses kemunculan Ultras Gadungan, proses bertahannya
kelompok tersebut, peran yang dimiliki dan perbandingannya dengan kelompok
referensinya di Italia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan tiga informan yang memiliki latar belakang sebagai Ultras Gadungan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses terbentuknya kelompok Ultras ini
diakibatkan oleh image negatif klub dan kelompok suporter lokal, serta adanya
globalisasi dalam sepakbola. Hasil penelitian ini juga menjelaskan proses pembentukan
kelompok Ultras ini dari lima tahap pembentukan kelompok Tuckman yaitu forming,
storming, norming, performing, dan adjourning. Selain itu, hasil penelitian ini juga
menjelaskan peniruan terhadap Ultras AC Milan yang merupakan kelompok referensi
Ultras Gadungan, adanya eksklusifitas yang dimiliki Ultras Gadungan, dan jaringan
sosial yang dibangun dengan kelompok referensi sebagai proses bertahannya Ultras
Gadungan hingga saat ini. Terakhir, hasil penelitian ini juga membandingkan peran
Ultras Gadungan yang berbeda maknanya dengan kelompok referensinya, Ultras AC
Milan.

ABSTRACT
This study discusses about Ultras Gadungan, which is an Ultras Group from foreign
football fans club, Milanisti Indonesia. This study will explain how Ultras Gadungan
exist, the sustainability process of this group, and the comparison of role between Ultras
Gadungan and Ultras AC Milan in Italy. This study used qualitative approach and used
three informant with Ultras Gadungan as their background. The result of this study
showed that Ultras Gadungan exist because of local club and local fans club negative
image, and also globalization in football. This study is also explained the formation
process of Ultras Gadungan using five stages of Tuckman’s group development
(forming, storming, norming, performing, adjourning). Another thing that showed in
this study is the imitation process from Ultras AC Milan as Ultras Gadungan’s reference
group, the exclusivity in Ultras Gadungan, and the social network between Ultras
Gadungan and Ultras AC Milan, as the sustainability process of Ultras Gadungan.
Lastly, this study showed the different meaning of role in comparison between Ultras
Gadungan and their reference group, Ultras AC Milan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Nindi Trafanti
"ABSTRAK
Invasi industri musik K-Pop, yang dikenal dengan istilah hallyu, telah menjelma menjadi sebuah budaya populer yang menyebar hampir di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Kajian mengenai budaya musik korea pun telah banyak dilakukan dengan melihat fanatisme yang banyak dipengaruhi oleh aspek kemajuan sosial media hingga kedekatan budaya. Studi ini berupaya melengkapi hasil kajian sebelumnya. Oleh karena itu penulis berargumen bahwa tingkat keterpaparan konten budaya musik K-Pop merupakan aspek yang mempengaruhi tingkat fanatisme penggemar. Studi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei terhadap sekitar 96 responden

ABSTRACT
The invasion of the K Pop music industry, known as hallyu, has been transformed into a popular culture spreading almost around the world including Indonesia. The previous study about Korean culture has been explain about fanaticism that influenced by several aspects like social media and cultural proximity. This study attempts to complement the results of previous studies by looking at the relationship of socio economic status and the level of content exposure with level of fanaticism of adolescent fans in Indonesia. This study argue that the cultural content exposure of K Pop music is one of the aspect that influence the level of fanatism of fans in Indonesia. This study uses quantitative research method with survey data collection technique to about 96 respondents."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rengganis Rizka Prasanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan collective narcissism sebagai moderator dalam hubungan antara ideologi politik dan intoleransi politik. Ideologi politik diduga dapat memprediksi intoleransi politik terhadap kelompok yang berbeda nilai, baik pada kelompok ideologi nasionalis sekuler maupun religius. Selain itu, diduga bahwa collective narcissism secara individual dapat menjelaskan intoleransi politik dan juga dapat memoderasi hubungan ideologi politik dan intoleransi politik. Partisipan sejumlah 256 orang WNI yang telah berusia di atas 18 tahun (Musia = 29,81, rentang pendidikan SMP - S3) mengisi kuesioner secara online melalui Survey UI. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi politik dapat menjelaskan intoleransi pada kelompok partisipan berideologi nasionalis sekuler tapi tidak pada kelompok partisipan berideologi religius. Collective narcissism ditemukan dapat memprediksi intoleransi politik pada kedua kelompok, dan hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik. Pada kedua kelompok tidak ditemukan peran moderasi dari collective narcissism terhadap hubungan ideologi politik dengan intoleransi politik.


The objective of this study is to see the role of collective narcissism as moderator in the correlation between political ideologi and political intolerance. Political ideology was assumed to predict political intolerance towards social groups with different political views, in both secular nationalist and religious ideological groups. It was also assumed that collective narcissism can individually predict political intolerance, while also moderating the correlation between political ideology and political intolerance. The participants, 256 Indonesian citizens who are at least 18 years old, with education backgrounds ranging from junior high school to doctoral degree (Mage = 29,81), filled in questionnaires online in Survey UI. Results reveal that political ideology only explains political intolerance in the secular nationalist group of participants, but not in the religious group. Collective narcissism is found to predict political intolerance in both ideological groups, along with the correlation between political ideology and political intolerance. In both ideological groups, no moderating effect is found from collective narcissism in the correlation between political ideology and political intolerance.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library