Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hubben, William
New York : Macmillan, 1958
190 WIL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Wulandea
"[ABSTRAK
Makalah ini membahas kebebasan tokoh Isabelle dalam film Jeune et Jolie (2013) yang dikaitkan dengan konsep kebebasan yang dicetuskan oleh Jean-Paul Sartre. Kebebasan Sartre merupakan bagian dari teori utamanya: eksistensialisme. Analisis data difokuskan pada tindakan tokoh Isabelle dan konsekuensinya, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Tindakan Isabelle memberi konsekuensi bagi dirinya baik dari segi psikologis, biologis, ekonomis, dan sosial.ABSTRACT This paper examines the figure Isabelle on Jeune et Jolie (2013), using the freedom concept by Jean-Paul Sartre. Freedom is a part of the existensialism theory. The data analysis is focused on Isabella?s actions and its consequence for herself and others. Her actions give the impact for her mental, health, economy and social life.;This paper examines the figure Isabelle on Jeune et Jolie (2013), using the freedom concept by Jean-Paul Sartre. Freedom is a part of the existensialism theory. The data analysis is focused on Isabella?s actions and its consequence for herself and others. Her actions give the impact for her mental, health, economy and social life., This paper examines the figure Isabelle on Jeune et Jolie (2013), using the freedom concept by Jean-Paul Sartre. Freedom is a part of the existensialism theory. The data analysis is focused on Isabella’s actions and its consequence for herself and others. Her actions give the impact for her mental, health, economy and social life.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Martha Andyani
"Intertekstualitas adalah hubungan yang muncul antara teks-teks berbeda, khususnya teks sastra. Intertekstualitas juga dapat dimaknai sebagai pengacuan dalam satu teks dengan teks yang lain. Intertekstual dalam sebuah teks sastra dapat berbentuk ekspansi dan konversi. Dalam tulisan ini, peneliti menganalisis hubungan intertekstual antara puisi Kkot karya Kim Chun-su yang merupakan puisi hipogram dan puisi Kkot-eui Paerodi karya O Gyu-won. Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan antara teks hipogram dan teks transformasi sebagai parodinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan intertekstual. Dari hasil analisis ditemukan adanya perbedaan dan persamaan dalam unsur intrinsik kedua puisi berupa ekspansi bentuk berupa penambahan larik dan bait dan perubahan rima serta irama, ekspansi ekspresi berupa perubahan penggunaan kalimat, bahasa kiasan, simbol, citra dan ironi, serta perubahan pemaknaan konsep secara umum yang menjadi inti utama masing-masing puisi. Selain berbentuk ekspansi, terdapat juga konversi berupa pengubahan objek serta penambahan sudut pandang pada teks transformasi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran makna eksistensialisme dari puisi aslinya. Teks trasnformasi juga tidak meneruskan konvensi teks hipogram sehingga terjadi perubahan bentuk yang signifikan yang menghilangkan kekhasan teks hipogram yang dapat terlihat dari irama dan rima yang digunakan.

Intertextuality is the relationship that arises between different texts, especially literary texts. Intertextuality can also be interpreted as a reference in one text to another. Intertextual in a literary text can take the form of expansion and conversion. In this paper, the researcher analyzes the intertextual relationship between Kim Chun-su's Kkot poem which is a hypogram poem and O Gyu-won's Kkot-eui Paerodi poem. This paper aims to find out the differences and similarities between the hypogram text and the transformation text as a parody. The method used is descriptive qualitative method with an intertextual approach. From the results of the analysis, it was found that there were differences and similarities in the intrinsic elements of the two poems in the form of form expansion in the form of adding lines and stanzas and changes in rhyme and rhythm, expansion of expression in the form of changes in the use of sentences, figurative language, symbols, imagery and irony, as well as changes in the meaning of general concepts used. become the main core of each poem. In addition to the form of expansion, there are also conversions in the form of changing objects and adding a point of view to the transformation text. These changes caused a shift in the meaning of existentialism from the original poetry. The transformation text also does not continue the convention of the hypogram text so that there is a significant change in form that eliminates the uniqueness of the hypogram text which can be seen from the rhythm and rhyme used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Vonny
"
ABSTRAK
Banyak cerpenis tahun 1950-an yang kini terlupakan. Mereka adalah para penulis yang pada waktu itu menyemarakkan periode Sastra Majalah. Salah satu di antaranya adalah Basuki Gunawan. Nama Basuki Gunawan memang tidak begitu dikenal di kalangan pemerhati sastra Indonesia karena ia hanya pernah menerbitkan karya-karyanya sekitar tahun 1950-an dan setelah itu ia menetap di Iuar negeri. Karya-_karyanya itu pun hampir tidak pernah diberikan tanggapan oleh kritikus sastra Indonesia.
Namun demikian, meskipun Basuki Gunawan pada saat itu tidak pula terlalu produktif dalam berkarya (ia hanya pernah menerbitkan 5 cerpen, 12 sajak, dan 1 esai), karya-karya tersebut--khususnya kelima cerpennya--memiliki beberapa kelebihan. Keistimewaan cerpen-cerpen Basuki Gunawan terlihat dari temanya yang bersifat filosofis. Di dalam cerpen-cerpen tersebut terdapat dialog-dialog atau kalimat-kalimat yang mengingatkan pada ucapan atau pandangan hidup beberapa filsuf dan pengarang eksistensialis, di antaranya Kafka, Dostoyevsky, dan Nietzsche. Penggambaran situasi jiwa tokoh-tokohnya juga memanfaatkan gaya penulisan surealisme, yang mempergunakan teori Psikoanalisis Freud sebagai dasarnya.
Kecenderungan di atas dapat dikatakan belum pernah dijumpai pada karya-karya para pengarang lain sebelumnya. Penulisan cerpen dengan ide-ide filosofis dan gaya penulisan nonkonvensional baru dimulai oleh Iwan Simatupang pada tahun 1960-an.
Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, penulis memilih menganalisis lima buah cerpen karya Basuki Gunawan sebagai bahan skripsi-khususnya dari segi temanya-karena karya--karya Basuki Gunawan sepatutnyalah tercatat pula sebagai bagian dari dunia sastra Indonesia.
"
1997
S11071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library