Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oentoeng Soeradi
"ABSTRAK
Tikus jantan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 360 ekor (LMR Strain, Wistar derivad), berumur 3 bulan dengan berat badan berkisar antara 135 - 140 gram. Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing terdiri atas 90 ekor. Tiap kelompok dibagi secara acak menjadi 10 subkelompok, masingmasing terdiri atas 9 ekor. Testis dari 7 ekor tikus dipapar dengan medan elektrostatik dari tegangan listrik searah 1 kV, 2 kV, 3 kV, 4 kV, 5 kV, 6 kV, dan 7 kV. Sedangkan 2 ekor sisanya digunakan sebagai kontrol dengan perlakuan dan kontrol tanpa perlakuan.
Tikus dimasukkan ke dalam tabung pralon, kemudian kedua testisnya dipapar dengan medan elektrostatik satu jam per hari selama 30 hari. Tikus kontrol dengan perlakuan diberi perlakuan sama dengan tikus percobaan, tetapi tanpa medan elektrostatik. Sedangkan tikus kontrol tanpa perlakuan tidak diberi perlakuan apapun. Semua tikus dikawinkan dengan tikus betina normal berumur 4 bulan dengan berat badan antara 135 - 140 gram, pada akhir pasca perlakuan 3, 30, 60, dan 90 hari selama 24 jam. Pemeriksaan sel-sel germinal secara kuantitatif dilakukan di stadium II, V, VII, X, dan XIII pada akhir keempat pasca perlakuan tersebut, yaitu setelah dicampur dengan tikus betina selama 24 jam.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan, bahwa pengaruh medan elektrostatik dari tegangan listrik searah 1 kV sampai 7 kV terhadap testis tikus adalah menimbulkan perubahan sebaran stadia epitel seminiferus yang sangat nyata.
Penelitian secara kuantitatif menunjukkan penyusutan yang sangat nyata pada spermatogonia A dan B, spermatosit primer (R, L, Z, P, dan Di) pada semua stadium yang diperiksa, yaitu pada stadium II, V, VII, X, dan XIII. Sampai pada akhir pasca perlakuan 90 hari, belum terlihat adanya pemulihan yang nyata dari sel-sel germinal. Sebaliknya tidak terlihat pengaruh yang nyata dari medan elektrostatik pada tegangan listrik searah 1 kV sampai 7 kV, terhadap spermatogonia In.
Tikus betina yang dikawinkan dengan tikus jantan dari kelompok percobaan 1 kV sampai 7 kV pada akhir pasca perlakuan 30, 60, dan 90 hari, semuanya hamil. Tetapi, jumlah anak yang dihasilkan memperlihatkan penurunan yang sangat nyata, dibandingkan dengan jumlah anak pada kelompok kontrol. Keadaan rasio seks dari keturunan yang dihasilkan pada kelompok tikus percobaan, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan rasio seks pada keturunan dari kelompok kontrol.
Anomali kongenital terdapat pada anak tikus jantan dan betina, yang dihasilkan dari perkawinan dengan tikus jantan percobaan dari tegangan listrik searah 6 kV dan 7 kV. Sedangkan perlakuan dengan medan elektrostatik dari tengangan listrik di bawah 6 kV tidak diperoleh anomali kongenital pada semua keturunannya, seperti halnya pada keturunan dari kelompok kontrol. Tipe anomali yang terlihat yaitu mikroftalmia bilateral, muka bulat agak sembab disertai pertumbuhan rambut yang tidak teratur, ujung kulit penis memanjang seperti praeputium, dan penyempitan gelang panggul pada beberapa ekor anak tikus betina. Rasio seks pada keturunan yang mengalami anomali tidak berbeda nyata dengan rasio seks pada keturunan dari kedua k

ABSTRACT
A total of 360 adult male rats (LMR Strain, Wistar de-rived), 3 months of old, 135 - 140 gr body weight were used in this investigation. Ninety rats each from the total were divided randomly into 10 groups of 9 rats each treated as follows. The first 7 rats of each groups were exposed to electrostatic field of 1 kV, 2 kV, 3 kV, 4 kV, 5 kV, 6 kV, and 7 kV potential respectyvely. The remaining 2 rats served as treated and untreated controls. The rats were put into plastic tubes, then each testis of the experimental rats was exposed to an electrostatic field between the electrodes for one hour. The treated control rats were put into plastic tubes, but were not exposed to the electrostatic field. Untreated control received no treatment. The treatment was given every day for 30 days. After 3, 30, 60, and 90 days of the series of treatment, all rats were mated to an adult female rat.
The purpose of the present study was, (1) to evaluate quantitatively the development of germ cells of seminiferous epithelium after exposure to electostatic field; (2) to evaluate whether treatment with an electrostatic field to the testis of adult rats can induced congenital anomalies.
The result presented show that the effect of electrostatic field of 1 kV to 7 kV cause significantly alteration in the distribution of stages of the cycle of seminiferous epithelium.
A quantitative investigation of the seminiferous epithelium at stages II, V, VII, X, and XIII of the spermatogenic cycle showed that A and B spermatogonia, all primary spermatocytes, and spermatids were significantly decreased. No recovery of these germinal cells were found up to 90 days after exposure to electrostatic field. However, In spermatogonia were not seriously affected by electrostatic field of 1 kV to 7 kV.
All female rats became prequant after being mated to treated male rats. However, the mean number of offspring of treated rats mated 3, 30, 60, and 90 days after exposure to electrostatic field of 1 kV to 7 kV for 30 days were significantly reduced in number of offspring as compared to control groups. The sex ratios of offspring in the experimental groups were unaffected by the different treatments. No significant difference was found in the sex ratios between the experimental groups and control groups.
Congenital anomalies were noted in both sexes of the offspring sired by rats exposed to an electrostatic field of 6 kV to 7 kV. No congenital anomalies were noted in offspring from rats treated with doses below 6 kV or in the control groups.
Several anomalies were evident such as microthalmy and "round face" with omnidirectional hair growth. The external genitalia of some adult male offspring were affected in some instances with elongation of the foreskin of the penis (praeputium like), and a narrow pelvic girdle was found in some adult female offspring. The sex ratio of offspring with congenital anomalies from 3, 30, 60, and 90 days after exposure to 6 kV or 7 kV were not significantly different from that found in the control groups.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1987
D331
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Novianto
"ABSTRAK
Elektrostatik presipitator mempakan suatu alat yang biasa dipergunakan pada industri untuk mereduksi konsentrasi partikel dalam aliran udara atau gas.
Peralatan ini biasanya dipasang dibagian saluran pembuangan pada industri.
Sesuai dengan namanya, alat ini menggunakan gaya elektrostatik untuk menunjang fungsi utarnanya sebagai pemisah partikel. Kawat pelepas muatan (discharge electrode) yaitu tempat terjadinya pelepasan muatan negatif dan pelat kolektor sebagai tempat penangkapan partikel-partikel yang telah diberi muatan, merupakan bagian utama dalam elektrostatik presipitator.
Partikel-partikel yang telah diberi muatan akan tertarik dan berkumpul pada pelat kolektor, sehingga menyebabkan partikel-partikel tersebut terpisah dari aliran udara atau gas-nya dengan tujuan agar udara atau gas yang mengalir keluar dan saluran pembuangan benar-benar telah bersih.
Unjuk kerja yang tinggi dad elelctrostatik presipitator sebagai pengendali polusi udara, semakin dibutuhkan dengan berkembangnya industri-industri yang akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa polusi udara akibat sisa proses industri tersebut.

"
1996
S36537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Kodansha, 1979
537.2 CHA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sadewasser, Sascha
"This book gives a concise introduction into the method and describes various experimental techniques. Surface potential studies on semiconductor materials, nanostructures and devices are described, as well as application to molecular and organic materials. The current state of surface potential at the atomic scale is also considered. "
Berlin: Springer, 2012
e20405909
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Nur Istiqomah
"Dislipidemia menyebabkan abnormalitas pada lemak darah seperti peningkatan Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). Pajanan SMF berpengaruh pada membran untuk memodulasi jumlah Ca2+ intraseluler melalui jalur calmodulin sehingga mempengaruhi ekspresi gen yang memodulasi degradasi LDL-c. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) merupakan protein yang berperan dalam regulasi kolesterol dan sebagai faktor transkripsi dari gen Low Density Lipoprotein Receptor (LDLR) untuk berikatan dengan LDL-c yang ada di plasma darah, sehingga berkaitan dengan kadar LDL-c. Tujuan peneitian ini melihat efek pajanan SMF dengan Bmax=2mT selama 1 jam/hari dalam mempengaruhi efek biologis sel sehingga mempengaruhi kadar kalsium, Ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Mencit C57BL/6J jantan dibagi menjadi kelompok pakan normal dan High Fat Diet (HFD). Kelompok HFD dibagi menjadi kelompok Obes (0,2,7,14,dan21) berdasarkan hari pajanan. Kemudian diambil plasma untuk untuk melihat Kolesterol dan LDL-c dan organ hati untuk analisis kalsium dan ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Terdapat perubahan kadar kolesterol dan LDL-c pada plasma darah secara signifikan P<0.05 dan cenderung mengalami peningkatan kadar kalsium, ekspresi LDLR, dan SREBP-2, pada kelompok pajan dibandingkan dengan kontrol P>0.05. Oleh karena itu, pajanan SMF berpengaruh terhadap kadar total kolesterol dan LDL-c pada sirkulasi darah serta mempengaruhi kadar kalsium, ekspresi protein SREBP-2, dan ekspresi gen LDLR. Efek pajanan SMF terhadap total kolesterol, LDL-c, kadar kalsium, ekspresi SREBP-2 dan LDLR. Bergantug pada lama pajanan, dimana pada penelitian ini lama pajanan optimal adalah 7 har

Dyslipidemia causes abnormalities in blood lipids, such as an increase in Low-Density Lipoprotein Cholesterol (LDL-c). SMF exposure affects the membrane to modulate the amount of intracellular Ca2+ through the calmodulin pathway, thereby affecting the expression of genes that modulate LDL-c degradation. Protein Sterol-regulatory element-binding protein-2 (SREBP-2) is a protein that plays a role in cholesterol regulation. As a transcription factor of the Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) gene binds to LDL-c in blood plasma, it is related to LDL-c levels. This study aimed to look at the effect of exposure to SMF with Bmax=2mT for 1 hour/day in influencing the biological effects of cells, thereby affecting calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Male C57BL/6J mice were divided into standard and high-fat diet (HFD) groups. The HFD group was divided into obese groups (0,2,7,14, and 21) based on the day of exposure. Then plasma was taken to see Cholesterol and LDL-c and liver for calcium analysis and SREBP-2 and LDLR expression. There were significant changes in blood plasma cholesterol and LDL-c levels P<0.05 and tended to have increased calcium levels, LDLR expression, and SREBP-2 in the exposure group compared to controls P>0.05. Therefore, SMF exposure affects total cholesterol and LDL-c levels in the blood circulation and affects calcium levels, SREBP-2 protein expression, and LDLR gene expression. Effect of SMF exposure on total cholesterol, LDL-c, calcium levels, SREBP-2, and LDLR expression. Depending on the length of exposure, in this study, the optimal exposure time was 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library