Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurniawan
"The disagreement between the recent experimental results at Mainz [61], Saskatoon [66] also the theoretical calculation of Ey+(yp --> π °p) amplitudes based on ChPT [60] [18], Pascalutsa works [39] with the classical Low Energy Theorem's prediction [8] [9] have been an interesting discussion nowadays. We extend the Gross-Surya model which is relativistic, covariant, and unitary and gauge invariant [21] to electromagnetic channel, the pion photo production. We calculate the amplitudes especially near the threshold from the low energy region up to 600 MeV. Our result surprisingly is close to the recent experimental and theoretical results than the classical one.

Ketidaksesuaian hasil eksperimen di Mainz [61], Saskatoon [66] dan hasil perhitungan teoritis ChPT [60] [18] dan Pascalutsa [39] tentang amplitudo dipol listrik E0+(yp -> π °p) dengan prediksi Teorema Energi Rendah klasik [8] [9] telah menjadi diskusi yang menarik. Kami mempergunakan model hamburan π N Gross-Surya yang relativistik, kovarian, unitari dan invarian tera [21] yang diperluas pada kanal elektromagnetik yaitu reaksi fotoproduksi pion. Reaksi fotoproduksi pion netral pada proton ini dihitung sampai energi Ey C 600 MeV. Ternyata hasil yang kami peroleh bersesuaian dengan perhitungan eksperimen dan teoritik yang terbaru."
2000
T3686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Aldilla Rahmi
"ABSTRAK
Sifat transportasi elektron di molekul DNA poly dA -poly dT telah dipelajari. Kami menggunakan dua model DNA yang berbeda, yang direpresentasikan secara matematis dengan model ikatan kuat Hamiltonian dan teori Slater-Koster. Panjang molekul DNA yang digunakan 32 pasangan basa. Kedua ujung rantai molekul dikoneksikan dengan elektroda. Sifat transportasi elektron dipelajari dari probabilitas transmisi dan karakteristik I-V. Probabilitas transmisi dihitung dengan metode transfer matriks dan matriks hamburan. Formula Landauer Buttiker digunakan untuk menghitung karakteristik I-V. Selanjutnya, sifat transportasi elektron dibandingkan di variasi temperatur, frekuensi getar gerak memutar dan energi gangguan lingkungan luar. Hasilnya menunjukan bahwa pada kedua model mengalami peningkatan probabilitas transmisi elektron dan arus seiring meningkatnya frekuensi getar gerak memutar rantai DNA. Namun saat temperatur ditingkatkan, probabilitas transmisi dan arusnya menurun dan tegangan ambang membesar di tiap variasi frekuensi getar. Kemudian ketika energi gangguan luar meningkat, probabilitas transmisi dan arus semakin kecil, demikian pula tegangan ambangnya. Nilai puncak-puncak probabilitas transmisi di model B lebih besar dari model A, namun kurva I-V model B dapat lebih besar atau lebih kecil. Peningkatan maupun penurunan transmisi dan arus di model A lebih besar ketika tidak ada gangguan backbone, tendensi terbalik ketika terdapat energi gangguan backbone.

ABSTRACT
The properties of electron transport in poly dA poly dT DNA molecules have been studied. We use two models of DNA which are represented mathematically by tight binding Hamiltonian model and Slater Koster theory. DNA molecules which are used have 32 base pairs long. Each end of DNA chain are connected to metallic electrodes. The properties of electron, are studied from transmission probability and I V characteristic curves. The transmission probabilities are calculated using transfer matrix and scattering matrix methods. The Landauer Buttiker formula is used in computing I V characteristics. The properties of transport electron are compared in variation of temperatures, frequencies of twisting motion and disorder energy due to environment. The results show that the transmission probability and current values increase as frequency of twisting motion increases in both of models. However, as temperature become higher, the transmission probability and current values decrease, but the treshold voltages increase for all frequency variations. Then, as disorder energy becomes higher, the transmission probability and current values decrease, and the threshold voltages decrease, too. Transmission probability values of model B are higher than model A, but the I V curve of model B can be higher and lower. Both of the enhancement or reduction of transmission and current in model A is higher for without backbone disorder energy condition, but the tendency reversed when in backbone disorder energy condition."
2017
T47408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vandan Wiliyanti
"ABSTRAK
Sifat transportasi elektron dalam molekul DNA Aperiodik dan Molekul DNA G4 telah dipelajari. Kedua molekul DNA ini, dimodelkan dengan menggunakan Hamiltonian ikatan kuat tight binding . Sifat transpor elektron dipelajari dengan menghitung probabilitas transmisi elektron menggunakan metode transfer matriks dan hamburan matriks secara bersamaan. Formalisme Landauer-B ttiker digunakan dalam menghitung karakteristik I-V molekul dari probabilitas transmisi. Pada molekul DNA Aperiodik dan DNA G4 sudah dilakukan perhitunganan untuk DNA berukuran 32 pasangan basa. Parameter perhitungan yang diperhatikan adalah gerakan sudut putar pasangan basa yang berhubungan dengan konstanta loncatan elektron antar basa melalui teori semi-empiris Slater-Koster-Harrison. Hasil perhitungan dianalisis dengan memperhatikan variasi frekuensi getar gerak memutar, temperatur, dan energi gangguan backbone. Hasil perhitungan pada molekul DNA Aperiodik dan DNA G4 menunjukkan bahwa transpor muatan DNA bergantung pada frekuensi gerak memutar pasangan antarbasa. Jika frekuensi tinggi, terjadi peningkatan arus dan probabilitas transmisi. Dan ketika temperatur ditingkatkan, probabilitas transmisi dan arus menurun dan tegangan ambang meningkat di tiap variasi frekuensi getar gerak memutar. Terakhir, jika nilai energi gangguan backbone yang diberikan semakin besar maka nilai transmisi, arus dan tegangan ambang menurun. Pada molekul DNA G4 transmisi dan kurva I-V lebih tinggi dari molekul DNA Aperiodik.

ABSTRACT
Electron transport characteristics in G4 and Aperiodic DNA molecules have been studied. Both molecules are modelled using tight binding Hamiltonian. Electron transport characteristics are studied by calculating electron transmission probability using matrix transfer and scattering matrix methode simultaneously. Landauer B ttiker formalism is used in calculating the I V characteristics of molecules from transmission probability. The calculation in Aperiodic and G4 DNA molecules is done for 32 base pairs long DNA. Variable in the calculation is twisting motion angle of base pairs which is correlated to electron the hopping constant between bases within Slater Koster Harrison semi empirical theory. Calculation results are analyzed in variation of twisting motion frequency, temperature, and backbone disturbance energy. The calculation result in Aperiodic and G4 DNA molecules shows that DNA change transport on DNA depends on twisting motion frequency of bases. When the frequency become higher, the current and transmission probability will increase. Moreover, when the temperature increases, the current and transmission probability decreases, then threshold the voltage becomes higher for all twisting motion frequency. Lastly, as the backbone disturbance energy become large, the current and transmission decreases, then the threshold voltage will be small. In G4 DNA molecule the transmission and curve I V are higher, than in Aperiodic DNA molecule. "
2017
T47404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annamaria Bupu
"

Diantara tiga struktur TiO2, anatase TiO2 telah mendapat banyak perhatian karena sifatnya yang menarik serta potensinya untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Berbagai aplikasi tersebut bergantung pada sifat transpor material ini. Beberapa penelitian terdahulu mengenai sifat transport anatase TiO2 menunjukkan adanya kopling antara elektron dan fonon yang membentuk suatu kuasi partikel bernama polaron. Namun, belum ada penjelasan mengenai bagaimana keberadaan polaron pada anatase TiO2 mempengaruhi sifat transpor terutama resistivitas. Oleh karena itu, kami melakukan studi teoretik terhadap sifat transport anatase TiO2 yang dipengaruhi oleh kehadiran polaron. Kami menggunakan model Holstein, di mana menggunakan dua pita anatase TiO2 yaitu pita konduksi dan pita valensi yang diselesaikan dalam kerangka Dynamical Mean Field Theory (DMFT) untuk menjelaskan interaksi antar elektron dan fonon. Kami menghitung densitas keadaan sistem dan nilai dari invers kuadrat dari densitas keadaan yang berkorespondensi pada potensial kimia, di mana nilai ini sebanding dengan nilai resistivitas, sebagai fungsi temperatur. Dengan menggunakan nilai densitas pembawa muatan seperti pada eksperimen, hasil perhitungan menunjukkan pada resistivitas turun seiring dengan pertambahan temperatur pada seluruh nilai densitas pembawa muatan. Hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan hanya baik dalam mendeskripsikan efek trapping namun kurang baik dalam menjelaskan efek hamburan.


We present a theoretical study on the effects of electron-phonon interactions on the transport properties of anatase TiO2. Temperature-dependent resistivity measurement on anatase TiO2 thin film has shown that carrier concentrations and temperatures affect the resistivity of this material. At low carrier concentrations, a metal to insulator transition could be observed, while at high carrier concentrations this material only shows metal-like resistivity. In this study we aim to investigate the behavior of temperature-dependent resistivity at various carrier concentrations as revealed in the experimental study. We hypothesize that electron-phonon interactions with intermediate coupling constant govern the transport properties of this material. We construct Holstein model Hamiltonian incorporating both conduction and valence bands of anatase TiO2 within parabolic dispersion approximation. We solve the model within the Dynamical Mean Field Theory (DMFT). We calculate the density of states of the system and the corresponding inverse of the square of the density of states at the chemical potential, which is approximately proportional to the resistivity, as a function of temperature. Using carrier concentration values taken as in the experimental data, the calculations show that only the trends of decreasing resistivity with increasing temperature is found in all carrier concentrations value. The results show that our model is good in the describing the trapping effects due to the electron-phonon interaction but the model is doing poorly in capturing the scattering effects.

 

"
2019
T54294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidarurrohman
"Sel surya merupakan divais elektronika yang dapat mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Saat ini Indonesia memiliki banyak hasil bumi salah satunya timah. Timah merupakan bahan dasar dalam pembuatan berbagai komponen elektronika, salah satunya electron transport layer (ETL) dari sel surya perovskite. Sel surya perovskite pada umumnya menggunakan TiO2 sebagai ETL yang memiliki work function sebesar -4,1 eV. SnO2 memiliki work function yang lebih besar, yaitu -4 eV; sehingga secara teori SnO2 dapat menggantikan TiO2. Penelitian ini menguji penggunaan timah pada sel surya perovskite sebagai ETL. Timah yang digunakan diambil dari bahan timah (II) klorida dihidrat. Timah (II) klorida dihidrat akan dilarutkan menggunakan ethanol. Struktur sel surya perovskite yang digunakan adalah FTO/SnO2/Perovskite/karbon aktif/FTO. Sel surya perovskite dalam penelitian ini tidak menggunakan hole transport layer (HTL) karena sifat dari karbon aktif yang menggunakan minyak paraffin sebagai perekat dapat berperan sebagai HTL. Penelitian pra skripsi menunjukkan ethanol merupakan pelarut yang lebih baik dari thiourea, dengan Isc = 0,0015 mA; Voc = 0,1 mV; dan FF = 0,4. Skripsi ini meneliti lebih jauh terhadap dampak konsentrasi SnO2 pada larutan prekursor dengan melakukan variasi pada jumlah timah (II) klorida dihidrat yang dicampur ke ethanol. Hasil fabrikasi menunjukkan bahwa sel surya perovskite dengan pencampuran 30 mg timah (II) klorida dihidrat dengan 1 ml ethanol menghasilkan Isc dan Voc yang paling baik, yaitu Isc = 0,19 mA dan Voc = 0,177 V; namun tidak memiliki konsistensi yang baik dan memiliki dark IV curve linear, menandakan unjuk kerja yang buruk. Sampel C yang dibuat dari pencampuran 20 mg timah (II) klorida dihidrat dengan 1 ml ethanol menunjukkan konsistensi yang baik dan dark IV cruve yang baik. Sampel C memiliki Isc = 0,033 mA; Voc = 0,026 V dan FF= 0,538.

Solar cell is an electronic device that convert solar energy into electrical energy. Indonesia has enormous amount of tin, that responsible for producing several amount of electrical device, electron transport layer (ETL) is one of them. Perovskite solar cell frequently uses TiO2 as an ETL that has work function -4.1 eV. SnO2 has better work function, -4 eV; that make SnO2 can become replacement for TiO2 theoritically. This research test the usage of tin on solar cell perovskite as an ETL. Tin derived from tin (II) choride dihydrate, that will be mixed with ethanol. Perovskite solar cell structure used is FTO/SnO2/Perovskite/activated carbon/FTO. In this research, perovskite solar cell did not use hole transport layer (HTL) because of the nature of activated carbon using paraffin oil as an adhesive to act as a HTL. Pra Skripsi shows the best result is obtained from SnO2 that used ethanol as precursor, with Isc = 0.0015 mA, Voc = 0.1 mV, and FF = 0.4. This research concentrate on variating the amount of tin (II) chloride dihydrate that mixed with ethanol. Perovekite solar cell with mixture of 30 mg tin (II) chloride dihydrate with 1 ml ethanol produce Isc = 0.19 mA and Voc = 0.177 V that has best Voc and Isc; but lack of concintency and has linear dark IV curves, resulting on bad performance. Sampel C obtained from 20 mg tin (II) choride dihydrate with 1 ml ethanol shows better consistency, FF and better IV curve. with Isc = 0.033 mA; Voc = 0.026 V and FF= 0.538."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book will describe the nuclear encoded genes and their expressed proteins of mitochondrial oxidative phosphorylation. Most of these genes occur in eukaryotic cells, but not in bacteria or archaea."
New York: Springer, 2012
e20401596
eBooks  Universitas Indonesia Library