Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nursamsiah Asharini
"Hingga saat ini Pemerintah masih mengganggap pendidikan merupakan wahana penting untuk memajukan bangsa, terutama pendidikan di sekolah.Pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan. Oleh sebab itu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di pendidikan dasar akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di jenjang pendidikan berikutnya.
Semenjak Pemerintahan Orde Baru telah terjadi penyempurnaan kurikulum sebanyak tiga kali. Penyempurnaan tersebut dilakukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan dapat terlaksana. Adapun acuan pembangunan pendidikan adalah Garis-garis Besar Haluan Negara.
Walaupun perbaikan kurikulum terus menerus dilakukan, namun ternyata hingga akhir tahun 1980'an sampai awal 1990'an diberbagai kalangan dalam masyarakat maupun pemerintah sekolah dianggap masih belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Desakan terhadap perbaikan penyelenggaraan pendidikan semakin dianggap kritis karena pada tahun 1994 akan dimulai Pembangunan Jangka Panjang II yang diharapkan akan membawa bangsa Indonesia pada masa Industrialisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat membantu Pemerintah melihat permasalahan pada penyelenggaraan pendidikan di tingkat dasar. Mengingat bahwa selama ini Pemerintah telah melaksanakan perbaikan secara terus menerus terhadap kurikulum yang berlaku, maka diasumsikan bahwa pelaksanaan kurikulum lah yang masih belum tepat. Oleh sebab itulah-penelitian ini dipusatkan pada pelaksanaan kurikulum yakni kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar Guru melakukan merubah pikiran, perilaku serta perasaan murid; sedangkan murid melalui pengalaman yang diperolehnya merubah dirinya. Sebagaimana kegiatan belajar mengajar telah didefinisikan di' atas, jelaslah bahwa pendidikan di sekolah tidak semata melalui instruksi-instruksi formal tetapi juga melalui interaksi yang berlangsung selama di sekolah.
Selama interaksi berlangsung murid mempelajari aturan-aturan bertingkahlaku yang tepat yang diasumsikan merupakan aturan tingkahlaku yang tepat bilamana mereka menjalankan perannya kelak dalam masyarakat.
Penelitian terhadap interaksi Guru dan Murid selama di sekolah menunjukkan bahwa aturan interaksi yang berlaku tidak mendukung tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam GBHN, yakni terbentuknya sikap mandiri, tangguh, kreatif berdisiplin, beretos kerja, dan bertanggung jawab. Di sekolah murid tidak didorong untuk mengembangkan kegiatannya sendiri, waktunya sendiri, maupun menyampaikan buah terhadapsuatu permasalahan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Iryawati
"Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai pendidikan anak tuna grahita usia sekolah di SD Mutiara Bunda Bandung. Sekolah dasar ini merupakan sekolah umum yang menerapkan sistem pendidikan inklusif, suatu sistem pendidikan yang menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-lama dengan siswa regular, termasuk di dalamnya anak tuna grahita.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai pendidikan yang diberikan SD Mutiara Bunda terhadap anak tuna grahita serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekataa kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pendidikan anak tuna grahita didasarkan pada baseline yang mereka bisa. Artinya di sekolah umum ini mereka ditangani sesuai dengan kemampuan yang ada; mereka tidak dipaksakan untuk mengikuti kurikulum standar yang ada di SD Mutiara Bunda, kurikulum yang bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Untuk mengetahui baseline yang dimiliki oleh anak tuna grahita yang menjadi subyek penelitian ini, pihak sekolah dalam hal ini ahli ortopedagogi; sekolah dan ibuunya melakukan assessment dan observasi yang meliputi aspek akademis, sosial emosi dan motorik. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru berlangsung yang nantinya dijadikan panduan untuk Program Pengajaran Individual (PPI).
Sistem pendidikan inklusif di sekolah ini dapat berjalan lancar karena berbagai faktor seperti kerjasama yang baik antar tim pengajar, walaupun anak tuna grahita merupakan tanggung jawab dari ortopedagog kelas narnun guru kelas, guru bidang studi juga tetap Mengikutsertakan mereka main dan pembelajaran yang bersifat umum dengan tetap memperhatikan kemampuan mereka.
xiv, 154 halaman, 7 tabel, 6 lampiran
Daftar Pustaka: 22 buku, 2 Surat Kabar, 3 makalah, 7 hasil penelitian, 2 dokumen pemerintah, 2 dokumen sekolah, 3 website (1979-2003)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahjoetomo
Jakarta: Grasindo, 1993
379.23 WAH w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tjetjep Syarif Hidayat
"ABSTRACT
Comparative Study On Extention Education To Combat The Parasites At Five Primary School In District Of Bogor, 1995.The efforts to combat the parasites warming performed by the government and the private sector in some area of Indonesia so far seem to be unsuccessful. By now this infection is still as one of the health problem since the prevalence of infection among some pupils of the primary school in DKI Jakarta is 60 - 90% and in West Java is 70 - 90%.
The aim of this study is to get evidence on the difference between the effort to combat the parasite with and without extention education. The sample taken by purposive which is all the pupils of grade V of SDN Cimanggu II and of SDN Cimanggu III as the treated group I, and those pupils of SDN Kedung Jaya II and SDN Cibuluh III as the treated group II, and those pupils of SDN Cimahpar I as the group of control. The group I given education about parasites warming and given deworming tablet, group II given treatment deworming without any education about parasites. The control group did not get any intervention.
Out of 241 pupils there were 105 pupils who their faecal can be regularly examined and analyzed, i.e. four times during the whole period of the study. The differences of the knowledge, attitude and behavior between the treated groups were analyzed using X2 test. The difference of the prevalence of the parasites between the treated groups was analysis using PQ-test.
The results of the analyzed showed that there was significant relationship between the intervention of deworming and extention education with the increasing of knowledge, attitude and behavior in reducing the prevalence of parasites among the Primary School pupils. There was a significant decreasing of prevalence of parasites among the pupils of the treated group, and there was no re-infection by the end of the study. In fact, this evidence was supported by increasing personal hygiene of the respective pupils. The pupils of the treated group without extention education but deworming suffered from re-infection by the end of the study. The study can be well carried out based on good cooperation and support from the parents of the pupils. The study also proved that extention education can prevent the pupils from re-infection. To combat the problem of parasites among the Primary School pupils it is suggested that deworming should be carried out together with extention education on health and personal hygiene.
The result of the study are expected to be used in planning and execution to combat the problem of parasites among the pupils of Primary School. To achieve the successful of the program to combat the problem of parasites, the participation of the parent and the school teachers is really needed, in such that the program can sustain in near future.

ABSTRAK
Upaya pemberantasan cacingan yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta di berbagai wilayah di Indonesia selama ini kelihatannya belum memberikan basil yang memuaskan. Sampai saat ini penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi infeksi cacingan di kalangan murid Sekolah Dasar di DKI Jakarta mencapai 60 - 90% dan di Jawa Barat mencapai 70 - 90%.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji ada tidaknya perbedaan antara upaya penanggulangan cacingan dengan dan tanpa penyuluhan.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara dengan sengaja yaitu seluruh murid kelas V di SDN Cimanggu II dan SDN Cimanggu III sebagai kelompok perlakuan I dan SDN Kedung Jaya II dan SDN Cibuluh III sebagai kelompok perlakuan II serta SDN Cimahpar I sebagai kelompok kontrol. Kelompok perlakuan I mendapat perlakuan penyuluhan tentang cacingan dan diberi obat cacing, untuk kelompok perlakuan II mendapat perlakuan pengobatan tanpa mendapat penyuluhan tentang cacingan. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat kegiatan pengobatan maupun penyuluhan tentang cacingan. Dari 241 murid yang diteliti ternyata hanya 105 murid yang bisa secara berkesinambungan mengikuti kegiatan penelitian dengan memeriksakan tinjanya selama 4 kali dan sekaligus menjadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini.
Uji-X2 digunakan untuk menguji adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang cacingan antar kelompok perlakuan. Selain itu juga dilakukan uji-PQ untuk mengkaji adanya perbedaan prevalensi cacingan pada murid Sekolah Dasar antar kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna antara perlakuan pemberian obat casing disertai penyuluhan tentang cacingan dengan peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku cacingan dan menurunkan prevalensi cacingan murid SD. Pada kelompok perlakuan yang diberi obat cacing disertai penyuluhan tentang cacingan penurunan prevalensi cacingan terus berlangsung sampai tidak terjadi reinfeksi pada saat penelitian berakhir. Keadaan ini didukung dengan adanya perubahan perilaku kebersihan pribadi murid yang diteliti. Sedangkan pada kelompok perlakuan yang hanya diberi obat cacing tanpa penyuluhan tentang cacingan terjadi reinfeksi pada murid yang diteliti. Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat adanya partisipasi guru dan orang tua murid dalam membantu kelancaran pelaksanaan penelitian. Dengan demikian penyuluhan tentang cacingan dapat memperlambat atau mencegah reinfeksi cacingan pada murid Sekolah Dasar. Untuk itu selain pemberian obat cacing, penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cacingan perlu diberi bobot yang lebih besar dalam upaya pemberantasan penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan cara mencegah dan memberantas penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Supaya program penanggulangan cacingan berhasil memberantas cacingan pada murid Sekolah Dasar, diperlukan partisipasi orangtua murid dan guru sehingga program dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estianti Achmadi
"Dalam pelaksanaan program pemberantasan casing di sekolah-sekolah dasar DKI Jakarta selama ini, tidak ada intervensi khusus yang ditujukan kepada dokter kecil. Padahal sebaiknya mereka perlu dilibatkan secara aktif dalam program ini, karena dokter kecil diharapkan dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor dan motivator dalam melaksanakan program pemberantasan cacing di sekolah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program pemberantasan cacing dengan pelatihan dokter kecil terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek murid sekolah dasar. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara purposive yaitu seluruh murid kelas IV,V,VI tanpa dokter kecil dari SDN Pasar Minggu 01 Pagi sebagai kelompok eksperimen, dan dari SDN Pasar Minggu 07 Pagi sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama mendapat program pemberantasan cacing, dan pada kelompok eksperimen ditambah kegiatan pelatihan dokter kecil. Hasil penelitian menuniukkan bahwa, ternyata pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak setara untuk variabel umur murid dan variabel praktek murid hasil pre-test. Perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek antara pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok didapatkan hasil yang bermakna. Sedangkan perbedaan peningkatan tersebut antar kelompok didapatkan hasil yang tidak bermakna. Berarti program pemberantasan cacing baik dengan atau tanpa pelatihan dokter kecil, sama-sama meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek murid. Temuan tambahan penelitian ini adalah diketahuinya dampak program pemberantasan cacing berupa penurunan kasus kecacingan setelah jangka waktu tertentu. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan studi pendahuluan, sehingga pemilihan responden dapat setara. Juga sebaiknya dilaksanakan mencakup beberapa sekolah dasar pada daerah yang lebih luas dan pengambilan sampel dilakukan secara random, sehingga hasilnya dapat di generalisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
379.095 98 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Firdaus
"FITRIANA FIRDAUS. Taikyoushi Bouryoku, Sebuah Studi Tentang Kekerasan Terhadap Guru di Sekolah Menengah Pertama Jepang. (Di bawah bimbingan Dr. Etty Nurhayati Anwar). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Penelitian mengenai taikyoushi bouryoku (kekerasan terhadap guru) yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama di Jepang bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang dapat menimbulkan tindak kekerasan, ditinjau dari latar belakang sistem pendidikan di Jepang, keadaan dan suasana belajar-mengajar di SMP Jepang, latar belakang keluarga Jepang, serta keadaan psikologis siswa Jepang itu sendiri.Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil referensi dari berbagai sumber buku atau surat kabar, berdasarkan data antara tahun 1980-1990-an. Selain itu, dilakukan pula observasi ke sekolah Jepang yang berada di Jakarta guna mengetahui lebih lanjut mengenai suasana belajar di sekolah Jepang. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindak kekerasan ini merupakan multi faktor yang tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, tetapi banyak segi yang saling berkaitan. Perubahan sistem keluarga tradisional Jepang (le) menjadi sistem keluarga kaku kazoku (keluarga inti) sangat besar pengaruhnya dalam pola mendidik anak, yang juga berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Selain pola didik di keluarga, lingkungan di sekolah yang tidak baik juga mengakibatkan tingkah laku anak menjadi buruk. Situasi dan kondisi di SMP terkadang tidak dapat menangani permasalahan siswa. Selain hubungan siswa dan guru yang tidak harmonis, hubungan antar siswa pun terkadang mengalarni masalah buruk. Sistem ujian dalam pendidikan Jepang yang kompetitif juga merupakan salah satu faktor timbulnya tindak kekerasan terhadap guru. Secara psikologis, dalam usia SMP ini, siswa sedang mencari suatu identitas diri. Siswa SMP Jepang saat ini umumnya terbiasa dengan kehidupan mereka yang mapan dan nyaman. Tekanan-tekanan ujian, ditambah dengan beban dalam persaingan di dunia pendidikan, membawa dampak psikologis tersendiri bagi siswa SMP ini. Mereka mencari bentuk untuk melarikan diri dad tekanan-tekanan ujian, yang salah satu bentuk pelampiasan dari ketegangan mereka adalah dengan melakukan tindak kekerasan terhadap guru."
2000
S13629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Puspita Sari
"Pendidikan moral di Jepang merupakan salah satu penelitian yang menarik untuk dikaji baik dilihat dari sejarahnya, dan berbagai kasus yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Pendidikan moral di Jepang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pendidikan yang diberikan di sekolah terutama pada tingkat SD dan SMP. Pendidikan moral yang diberikan di sekolah Jepang semua sama dan seragam yang berdasarkan pada Gakushu Shido Yoryo (Garis Besar Panduan Belajar) yang telah ditetapkan oleh Monbukagakusho (Departemen pendidikan). Selain itu, pendidikan moral yang diberikan tercermin dalam berbagai kegiatan siswa di dalam sekolah, yang banyak memberikan nilai positif bagi perkembangan intelejensia dan kepribadian anak. Skripsi ini dibuat dengan menggunakan metode deskriptif analisis, dengan menggunakan berbagai data dan informasi dari berbagai buku dan media lainnya yang kemudian menganalisanya. Dalam Analisa terlihat bahwa pendidikan moral ini ternyata mendapat banyak hambatan dengan terjadinya benturan-benturan nilai yang terjadi karena adanya nilai_-nilai yang tidak lagi sejalan antara yang diberikan di sekolah dengan yang ada di dalam keluarga dan masyarakat, terlebih lagi dengan semakin pesatnya kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak merubah berbagai kebiasaan dan nilai-nilai yang dulu dianut. Skripsi ini kiranya dapat rnenarik perhatian bagi para kritikus dan para pemerhati pendidikan dan para peneliti studi tentang Jepang untuk dapat menggali lebih dalam lagi mengenai peran penting pendidikan moral di sekolah dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak. Skripsi ini kiranya juga dapat membuka wawasan bagi para pemerhati pendidikan di Indonesia untuk dapat belajar dari kesuksesan dan berbagai hambatan yang dihadapi Jepang untuk dapat mempersiapkan anak-anak mereka sebagai generasi penerus bangsa dan melihat betapa besar dan pentingnya arti pendidikan bagi masa depan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Fitriani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi sebaya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada aggregat anak usia sekolah yang beresiko kecacingan di Desa Baru Manggar Kabupaten Belitung Timur sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya antara kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian ini quasi eksperimen dengan desain non equivalent control group, before-after design. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan bermakna anak usia sekolah sebelum dan sesudah diberikan edukasi sebaya. Insidensi kecacingan menurun sesudah diberikan edukasi sebaya. Penelitian ini merekomendasikan kepada pelayanan kesehatan untuk mengembangkan kebijakan edukasi sebaya terintegratif dalam pelayanan keperawatan di sekolah untuk pengendalian kecacingan.

The purpose of this research is to find out the influence of peer education towards clean and healthy life behavior in school age with the risk of helminthes? infection at Manggar Baru Vilage, East Belitung district before- after receiving peer education among intervention and control groups. This research is quasi experiment with non equivalent control group, before-after design. The result of research revealed that there is a meaningful difference at school age children?s knowledge, attitude and skill in intervention group before and after they are taken peer education. Helminthes incidence was decreasing in intervention group after they received peer education. Peer education has effectively increased or improved PHBS at school age aggregate. This research recommends health service to develop peer education policy within school health nursing program in handling helminthes infection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Yus
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
372.2 ANI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>