Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anto Yamashita Saputra
"Perubahan organisasi merupakan bagian dari siklus kehidupan bisnis yang normal dan tak terhindarkan. Jika dikelola dengan baik, perubahan organisasi berpeluang meningkatkan kinerja bisnis serta keselamatan dan kesehatan kerja suatu organisasi. Namun demikian, perubahan organisasi dapat pula memperburuk keadaan yang disebabkan oleh distress akibat perubahan pada elemen intrinsik di tempat kerja. Faktor lingkungan rumah, lingkungan sosial dan karakteristik individu juga merupakan faktor risiko distress yang harus dikelola organisasi pada saat melakukan perubahan. PT X melakukan perubahan organisasi di tahun 2022. Pasca perubahan, pekerja sering mengeluh munculnya gejala-gejala distress dengan berbagai tingkatan. Oleh karena itu, perubahan organisasi perlu dilakukan kajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala distress pekerja pasca perubahan organisasi, mengetahui hubungan faktor risiko distress dengan tingkat gejala distress dan mengetahui faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada pekerja Fungsi K3 dan Fungsi Operasi dengan jumlah 193 responden pada bulan Mei – Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gejala distress yang dialami pekerja pasca perubahan organisasi adalah 153 pekerja (79,3%) dengan tingkat rendah, 30 pekerja (15,5%) sedang dan 10 pekerja (5,2%) tinggi. Faktor risiko distress yang berhubungan signfikan dengan tingkat gejala distress adalah umur, bagian kerja, ketaksaan peran, konflik peran, beban kerja kuantitatif, beban kerja kualitatif, tanggung jawab terhadap orang lain, lingkungan rumah dan lingkungan sosial. Sementara faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan dengan tingkat gejala distress adalah umur dan lingkungan rumah.

Organizational change is a normal and unavoidable part of the business life cycle. If managed properly, organizational change has the opportunity to improve business performance and occupational safety and health of an organization. However, organizational change can also exacerbate the situation caused by distress due to changes in intrinsic elements in the workplace. Factors of the home environment, social environment and individual characteristics are also risk factors for distress that must be managed by the organization when implementing change. PT X implements organizational change in 2022. After the change, workers often complain of symptoms of distress with various levels. Therefore, organizational change needs to be studied. This study aims to determine the level of symptoms of workers' distress after organizational change, to determine the relationship between risk factors for distress and the level of symptoms of distress and to determine the risk factors for distress that are most closely related simultaneously. This research is a quantitative study using a cross-sectional approach using questionnaires distributed to workers in the K3 Function and Operations Function with a total of 193 respondents in May - June 2023. The results showed that the level of distress symptoms experienced by workers after organizational change was 153 workers (79 .3%) with a low level, 30 workers (15.5%) medium and 10 workers (5.2%) high. Distress risk factors that are significantly related to the level of distress symptoms are age, work assignment, role ambiguity, role conflict, quantitative workload, qualitative workload, responsibility to others, home environment and social environment. While the risk factors for distress that are most related simultaneously to the level of distress symptoms are age and home environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Fajarudin
"Penelitian ini menyelidiki dan membandingkan berbagai faktor psikososial dan faktor lingkungan sosial yang dapat memberikan pengaruh pada satu atau berbagai gejala distress pada pekerja di perusahaan geothermal PT. X. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian menemukan 10 dari 11 indikator faktor psikososial yang dominan di persepsikan sebagian atau lebih responden, dengan 5 gejala stress kerja yang dominan adalah sakit kepala & pusing, MSDs, marah, sulit tidur, dan perubahan nafsu makan. Penelitian menyarankan kepada perusahaan untuk meninjau kembali beban kerja dan kapasitas kerja yang ada, meningkatkan proses manajemen kerja, memperbaiki komunikasi kerja dari tenaga asing, serta menciptakan lingkungan kerja yang suportif.

This research investigates and compares various psychosocial factors and social environment factors that can influence to one or several distress symptoms to workers in the geothermal company PT. X. This research is semi-quantitative research with a descriptive design. The research found 10 out of 11 dominant indicators of psychosocial factors perceived by half or more of the respondents, with 5 dominant stress symptoms are headache and dizziness, MSDs, angry, sleep difficulties, and change in appetite. The research suggests the company review the workload and current work capacity, improve work process management, improve communication by the foreign workers, and create a supportive work environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrani Rachmawati
"Pandemi Covid-19 menjadi situasi yang menantang bagi tenaga kesehatan karena menempatkan mereka sebagai populasi berisiko tinggi untuk terinfeksi dan mendapatkan permasalahan terkait kondisi kerja yang berpengaruh terhadap tingkat distres. Tujuan penelitian ini ingin menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat distres pada tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada Oktober-Desember 2021 secara daring. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik. Distres diukur menggunakan Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C). Data dianalisis menggunakan Chi-squere dan regresi logistik ganda. Tenaga kesehatan memiliki tingkat distres rendah (30,49%) dan sedang (69,51%). Analisis regresi logistik ganda menunjukan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat distres yaitu ketersediaan APD dan dukungan rekan kerja. Tenaga kesehatan di Kabupaten Pandelang mengalami tingkat distres rendah dan sedang selama pandemi Covid-19. Pasokan APD yang memadai dan pembagian tugas yang jelas antar rekan kerja dibutuhkan untuk mencegah meningkatnya tingkat distres pada tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19.

The Covid-19 pandemic has become a challenging situation for health workers because it places them as a population at high risk for infection and getting problems related to working conditions that affect the level of distress. This study aims to analyze the factors associated with the level of distress among health workers in Pandeglang during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross-sectional study design that was conducted in October-December 2021. The population in this study were all health workers in Pandeglang who worked in hospitals, public health centers, and clinics. The distress level is measured using the Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C). Data are analyzed using Chi-square and multiple logistic regression. Health workers have low (30.49%) and moderate (69.51%) levels of distress. Multiple logistic regression analysis showed that the dominant factors associated with the level of distress are the availability of PPE and the support of colleagues. Health workers in Pandelang experienced low and moderate levels of distress during the Covid-19 pandemic. An adequate supply of PPE and a clear division of tasks among co-workers are needed to prevent an increase in the level of distress for health workers during the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Widyautami
"Mahasiswa rentan mengalami distress psikologis. Meski begitu, terdapat beberapa permasalahan yang menghambat mahasiswa untuk mendapatkan intervensi psikologis, yakni jumlah praktisi kesehatan mental yang terbatas, keterbatasan waktu, gejala permasalahan psikologis tertentu, dan stigma. Acceptance commitment therapy (ACT) berbasis web dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi fisibilitas dan efektifitas dari ACT berbasis web untuk menurunkan experiential avoidance pada mahasiswa yang mengalami distress psikologis. Terdapat 38 partisipan yang mengikuti intervensi. Akan tetapi, hanya terdapat 12 partisipan dengan data yang lengkap dan dapat diolah untuk menguji efektivitas intervensi. Sumber data untuk evaluasi fisibilitas adalah riwayat aktivitas akun partisipan di situs web, kuesioner umpan balik sesi dan system usability scale. Sementara itu, sumber data yang digunakan untuk studi efektivitas adalah data kuantitatif dengan data kualitatif sebagai data tambahan. Alat ukur yang digunakan adalah Acceptance and Action Questionnaire II (AAQ-II), White bear suppression inventor (WBSI) dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42). Hasil penelitian menunjukan bahwa ACT berbasis web dapat dilakukan dan diterima oleh partisipan. Analisis statistic berupa uji Friedman dan uji Wilcoxon menunjukan bahwa ACT berbasis web efektif untuk menurunkan distress psikologis dan experiential avoidance secara signifikan. Keterbatasan penelitian dijelaskan pada bagian diskusi.

Students are vulnerable to psychological distress. However, there are several problems that prevent students from getting psychological intervention, namely the limited number of mental health practitioners, limited time, symptoms of certain psychological problems, and stigma. Web-based acceptance commitment therapy (ACT) can be an alternative to overcome these problems. The objective of this study was to evaluate the feasibility and effectiveness of a web-based ACT to reduce experiential avoidance in students who experience Psychological Distress. There were 38 participants who take part in the intervention. However, there were only 12 participants with complete data that could be processed to test the effectiveness of the intervention. The data sources for the feasibility evaluation are the activity history of participants account on the website, session feedback questionnaire and system usability scale. Meanwhile, the data source used for the effectiveness study is quantitative data with qualitative data as additional data. The measuring instruments used are Acceptance and Action Questionnaire II (AAQ-II), White bear suppression inventor (WBSI) and Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42The result of this study shows that Web-based ACT can be done and accepted by participants. Statistical analysis in the form of Friedman test and Wilcoxon test showed that web-based ACT was effective in reducing psychological distress and experiential avoidance significantly. The limitations of the study are explained in the discussion section."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budi Darmawan
"Vaksinasi Covid-19 di daerah menimbulkan suatu tantangan dan hambatan tersendiri bagi tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan menghadapi tantangan dan hambatan seperti penolakan dari masyarakat, kabar bohong, dan kurangnya dukungan lintas sektoral. Latar tempat riset ini adalah Puskesmas Sukajadi, sebuah Puskesmas pedesaan yang berada di daerah Tapal Kuda Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode etnografi. Peneliti melakukan kegiatan observasi dan wawancara dari Februari 2020 hingga Februari 2021. Peneliti mengerangkai tulisan ini dengan menggunakan konsep resiliensi gelombang ketiga yang melihat individu sebagai bagian dari kelompok dan jejaring kebudayaan. Hasil penelitian ini menunjukkan tenaga kesehatan mengalami kewalahan dan moral distress dalam proses vaksinasi Covid-19. Tenaga kesehatan melakukan beberapa cara untuk menghadapi situasi sulit tersebut dengan menghiraukan emosi negative yang mereka rasakan, koping religius, berkumpul bersama orang yang mereka sayangi seperti suami dan anak, serta menjalankan hobi.

Covid-19 vaccination in the regions poses a challenge and obstacle fro health workers. Health works face chellenges and obstacles such as rejection from the sommunity, fake news, and a lack of cross-sectoral support. The setting for this research is the Sukajadi Public Health Center, a rural health center located in the Tapal Kuda area of East Java. This research was conducted usiang ethnographic methods. Researchers carried out observations and interviews from February 2020 to February 2021. Researchers framed this paper by using concept of third wave resiliense, which sees individuals as part of cultural groups and networks. The result of this study indicate that health workers were overwhelmed and morally distressed in the Covid-19 vaccination process. Health works tahe several ways to deal with this difficult situation by being indifferent, coping religiously, hanging out with people they case about such as husbands, and children, and doing hobbies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Riska
"Secara umum, Indonesia merupakan negara dengan tingkat perceraian tertinggi di Asia Tenggara, khususnya pada pasangan yang baru menikah. Faktor yang sering menjadi penyebab dari perceraian adalah konflik dan faktor keuangan. Adanya pandemi Covid-19 membuat konflik semakin sulit diselesaikan dan stres perkawinan meningkat. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk melihat peran ketidaksetiaan keuangan dan faktor kepribadian terhadap stres perkawinan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Infidelity Scale, Big Five Inventory, dan Revised Dyadic Adjustment Scale. Penelitian dilakukan pada 932 orang partisipan dengan usia perkawinan 0-5 tahun yang didapatkan melalui convenience sampling, dimana partisipan diambil berdasarkan kesukarelaan untuk bersedia mengisi kuesioner melalui Google Form. Hasil penelitian menemukan terdapat pengaruh ketidaksetiaan keuangan dan conscientiousness terhadap stres perkawinan.

In general, Indonesia is a country with the highest divorce rate in Southeast Asia, especially for newly married couples. Factors that are often causing the divorce are conflict and financial factors. The Covid-19 pandemic has made conflicts even more difficult to resolve and marital distress has increased. Multiple linear regression have been used to investigate the role of financial infidelity and conscientiousness in marital distress. The instruments used in this research were Financial Infidelity Scale, Big Five Inventory and Revised Dyadic Adjustment Scale. The study was conducted on 932 participants with a marriage age of 0-5 years obtained through convenience sampling where participants were taken on a voluntary basis to fill out a questionnaire via Google Form. The results showed that there was an effect of financial infidelity and conscientiousness on marital distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Media Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan social support dan resiliensi dengan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa berusia 18-25 tahun. Fenomena distres psikologis pada mahasiswa disebabkan oleh banyaknya tuntutan yang dibebankan pada mahasiswa dan sulitnya mencari sumber materi perkuliahan yang akan diikuti serta padatnya jadwal perkuliahan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan social support dan resiliensi bagi mahasiswa. Meski demikian, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi yang tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Penelitian terdahulu telah menemukan adanya interaksi resiliensi dalam pengaruh dukungan sosial terhadap penurunan tingkat distres psikologis.
Tipe penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga skala penelitian dalam pengambilan data yaitu MSPSS mengukur social support, HSCL-25 mengukur distres psikologis, dan CD-RISC untuk resiliensi. Teknik accidental sampling dengan pengambilan data secara online sebanyak 417 responden dengan hasil bahwa social support dan resiliensi berpengaruh signifikan terhadap distres psikologis. Implikasi penelitian yakni bagi mahasiswa untuk lebih menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan orang di sekitar agar mendapat dukungan sosial yang baik dan akan berdampak pada ketahanan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah sehingga distres psikologis akan menurun

This study aims to determine the relationship between social support and resilience with psychological distress in Indonesian students. Respondents in this study were students aged 18-25 years. The phenomenon of psychological distress in students is caused by the many demands placed on students and the difficulty of finding the source of the subject matter to be followed and the busy lecture schedule, so that to overcome this, it requires social support and resilience to students. Even so, psychological distress in students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome.
This type of quantitative research uses three research scales in data collection, namely MSPSS to measure social support, HSCL-25 to measure psychological distress, and CD-RISC for resilience. The accidental sampling technique used online data collection was 422 respondents with the result that social support and resilience had a significant effect on psychological distress. The research implication is for college students to better communicate with friends, family and people around them in order to get good social support and will have an impact on student resilience in facing every problem so that psychological distress will decrease
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nisa Syahida
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gratitude dan distres psikologis pada masyarakat miskin emerging adulthood. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang yang merupakan masyarakat miskin dan berusia 18 sampai 29 tahun dari lima kelurahan berbeda di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis dan The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) untuk mengukur gratitude. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara distres psikologis dan gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01, one tailed). Artinya tinggi rendahnya tingkat gratitude individu tidak dapat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat distres psikologis yang dimiliki oleh masyarakat miskin emerging adulthood.

The purpose of this research is to examine the correlation between gratitude and psychological distress among poor society emerging adulthood. Respondents in this study were 264 poor society from various sub-district in DKI Jakarta. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress and The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) to measure gratitude. The result indicated there is not a significant negative correlation between psychological distress and gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01,  one -tailed), that is, gratitude does not predict psychological distress among them."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diviani Murti
"Mahasiswa baru berisiko mengalami distres psikologis yang dikarenakan banyaknya perubahan dan tuntutan yang harus dijalani. Menurut beberapa penelitian, parental attachment dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya distres psikologis yang dialami oleh mahasiswa baru. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar peran pola parental attachment dalam memprediksi distres psikologis pada mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 280 orang yang merupakan mahasiswa sajana tahun pertama di UI dengan rentang usia 16-21 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pola parental attachment diukur dengan alat ukur pola attachment yang disusun oleh Diantika (2004) dan diadaptasi oleh Moeljosoedjono (2008). Distres psikologis diukur dengan alat ukur Self Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20).
Terdapat tiga hasil yang didapatkan dari penelitian ini. Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa pola parental secure attachment mempunyai peran yang besar terhadap penurunan distres psikologis, dengan 53% varians dalam distres psikologis yang dapat diprediksi oleh pola parental secure attachment. Kedua, pola parental avoidant attachment mempunyai peran yang besar terhadap peningkatan distres psikologis, dengan 47% varians dalam distres psikologis yang dapat diprediksi oleh pola parental avoidant attachment. Ketiga, pola parental anxious attachment tidak mempunyai peran yang besar terhadap distres psikologis, dengan 0,6% varians dalam distres psikologis yang dapat diprediksi oleh pola parental anxious attachment.
Hasil tersebut dapat terjadi karena individu dengan secure attachment melihat dirinya mampu mengatasi sumber stresnya. Meskipun begitu dalam penelitian ditemukan bahwa sebagian besar mahasiswa baru memiliki pola parental secure attachment dan distres psikologis yang tinggi. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena mahasiswa baru UI memiliki tuntutan dan masalah yang terlalu banyak sehingga pola parental secure attachment tidak memiliki peran yang cukup kuat untuk melawan distres psikologis, sehingga peneliti menduga adanya faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap distres psikologis ketimbang pola parental secure attachment.

First year students are at risk of experiencing psychological distress due to the many changes and demands that must be followed. According to several studies, parental attachment can affect the height and low psychological distress experienced by new students. This research is conducted to see the role of parental attachment pattern in predicting psychological distress in first-year students of University of Indonesia (UI). There are 280 participants involved in this research, they were first-year undergraduate students in UI with an age range of 16-21 years. This research is quantitative with correlational design. Parental attachment pattern is measured by an attachment style measurement developed by Diantika (2004) and had been adapted by Moeljosoedjono (2008).
There are three results obtained from this study. First, the results showed that parental secure attachment pattern have a big role in decreasing psychological distress, with 53% of the variance in psychological distress that can be predicted by parental secure attachment pattern. Second, parental avoidant attachment pattern have a big role in increasing psychological distress, with 47% of the variance in psychological distress that can be predicted by parental avoidant attachment pattern. Third, parental anxious attachment pattern have not a big role in psychological distress, with 0,6% of the variance in psychological distress that can be predicted by parental anxious attachment pattern.
These results can occur because individual with secure attachment see themselves able to overcome the source of stress. Even so, th the study it was found that most new students had high parental secure attachment pattern and psychological distress. This can happen because new UI students have too many demands and problems so that the secure attachment parental pattern does not have a strong enough role to fight psychological distress, so that researchers suspect that other factors have more influence on psychological distress that parental secure attachment pattern.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Revyanda
"Distres kerja adalah respons negatif fisik dan emosional terhadap ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan, sumber daya, dan kemampuan pekerja yang dapat menimbulkan dampak terhadap kondisi fisiologis dan psikologis pekerja. Guru SLB Negeri merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami distres kerja karena pekerjaannya yang berbeda dengan guru sekolah formal pada umumnya serta memiliki tuntutan peran dan tekanan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian distres kerja dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan distres kerja pada guru SLB Negeri di wilayah Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan kepada guru dari empat SLB Negeri di Kota Jakarta Selatan. Besar sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu 199 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dari NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. Dari besar sampel sebanyak 199 orang, hanya 186 orang yang bersedia menjadi responden sehingga didapatkan hasil bahwa sebanyak 84 orang (45,2%) mengalami distres kerja dan 102 orang (54,8%) tidak mengalami distres kerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara statistik melalui uji chi-square adalah usia (nilai P = 0,034), status pernikahan (nilai P = 0,022), dan ambiguitas peran (nilai P = 0,015)

Work distress is a physical and emotional negative response to the discrepancy between job demands, resource and abilities of workers, which can has many impact on physiological and psychological conditions of workers. Public special education teacher is one of the professions that are prone to work distress because their jobs are different from other formal schoolteachers and have high job demands and pressures. This study aims to describe the conditions of work distress and analyze the factors related to work distress for public special education teachers in Jakarta Selatan. This study conducted on teachers from four public special educations in Jakarta Selatan so that the sample size used was total sampling, which was 199 respondents. The study method used is quantitative with cross-sectional design study and uses instrument adapted from NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. From 199 respondents, only 186 respondents were willing to filled the questionnaire so the results showed that 84 respondents (45,2%) experienced work distress and 102 respondents (54,8%) did not experience work distress. The factors related to work distress through Chi-Square test were age (P value = 0,034), marital status (P value = 0,022) and role ambiguity (P value = 0,015)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>