Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masanih
"Leucaena leucocephala atau lebih dlkenal dengan nama lamtorogung
adalah salah satu tumbuhan yang tergolong perdu atau pohon kecil, tumbuh
secara liar atau ditanam oleh penduduk terutama penduduk di pulau Jawa.
Di dalam dunia obat-obatan secara tradisional, biji lamtorogung dlketahul
berkhasiat untuk obat kencing manis, obat cacing, obat busung air, peluruh
air seni, pelembut kulit dan kontraseptik. Penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk mengisolasi senyawa glikosida dan menentukan struktur molekul
senyawa tersebut. Penentuan struktur molekul dilakukan dengan analisis
Infra Red dan LC-MS. Metode yang digunakan iaiah melakukan maserasi
dengan metanol kemudian mengekstraksi dengan petroleum eter dan
butanol, setelah itu dilakukan proses pengendapan dengan menggunakan
dietlleter. Dari data FTIR disimpulkan bahwa senyawa tersebut mengandung
gugus fungsi ; -OH, -CH, -C-0 dan -C=0 yang terkonyugasi dengan -C=C.
Pada data spektrum massa sampel yang diperoleh terlihat bahwa terjadi tiga
buah peak yang memberikan makna signifikan, yaitu: 389, 535, dan
681 m/z. Peak 681 m/z memberikan Informasi bahwa total massa senyawa
adalah 681, peak 389 merupakan peak yang diperoleh dari fragmen aglikon,
sedangkan peak 535 berasal dari proses fragmen dua buah gula.
Peak 389 m/z yang diperoleh mirip dengan peak gitoxigenin pada digitalln,
sehingga diperklrakan bahwa aglikon dari senyawa yang telah diisolasi adalah gitoxigenin. Dua buah gula yang terdapat pada senyawa dari sampel
yang telah diisolasi diperkirakan merupakan dua buah gula yang sama
karena memlliki massa fragmen yang senllai, yaitu 146. Jika dlcocokkan
dengan gula dari digitalin, maka terlihat sellsih sebesar: 160 - 146 = 14.
Selisih angka in! diperkirakan bahwa gugus -OCH3 gula tengah pada
j
digitalin diganti menjadi gugus -OH sehingga gula yang diperkirakan ada
pada senyawa dari sampel yang telah diisolasi adalah dua buah gula
D-digitoksosa"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Holie Fransiska
"Prevalensi terjadinya Tuberkulosis (TB) paru meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien (Diabetes Melitus) DM. TB dapat menyebabkan intolerasi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan melakukan evaluasi terhadap masalah terkait obat serta memberikan reomendasi penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan DM, TB, dan dispepsia. Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan dengan mengumpulkan data pasien dari rekam medis kemudian menganalisis berdasarkan metode Hepler and Strand serta merekomendasikan penyelesaian masalah yang ditemukan. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat indikasi yang tidak diterapi yaitu DM dan anemia mikrositik tanpa terapi pengobatan farmakologi. Berdasarkan hasil analisis pemantauan terapi obat pada pasien, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima hampir seluruhnya tepat indikasi. Selain itu, tidak terdapat interaksi obat dari obat-obat yang diresepkan. Namun, ditemukan indikasi yang tidak diterapi yaitu mual serta diabetes yang hanya diberikan terapi non farmakologi dengan diet, akan tetapi gula darah pasien sudah terkontrol, serta indikasi anemia mikrositik tanpa terapi.

The prevalence of pulmonary tuberculosis (TB) increases along with the increasing prevalence of DM (Diabetes Mellitus) patients. TB can cause glucose intolerance and worsen glycemic control in DM patients. The purpose of this study was to analyse and evaluate drug-related problems and provide recommendations for problem solving to improve the patients quality of life with DM, TB, and dyspepsia. Drug Therapy Monitoring (PTO) is carried out by collecting patient data from medical records, analysing it based on the Hepler and Strand methods, and recommending solutions to the problems found. Based on the results of the analysis, it was found that there were indications without therapy DM and microcytic anaemia without pharmacological treatment. Based on the results of the monitoring analysis of drug therapy in patients, it can be concluded that the treatment received was almost entirely indicated. In addition, there were no drug interactions with the prescribed drugs. However, indications were found that were not treated, namely nausea and diabetes, which were only given non-pharmacological therapy with diet, but the patient's blood sugar was controlled, as well as indications of microcytic anaemia without therapy"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Wiwin Kusuma Dewi
"Prevalensi penderita diabetes melitus dari tahun-ketahun semakin meningkat. Salah satu komplikasi yang sering dikaitkan dengan diabetes melitus adalah luka kaki diabetik. Infeksi luka yang tidak tertangani akan berkembang menjadi sepsis dan meningkatkan risiko kematian. Peran perawat sebagai pemberi asuhan, edukator, maupun konselor dalam mencegah terjadinya sepsis sangat penting. Salah satu intervensi keperawatan dalam upaya mencegah sepsis adalah dengan perawatan luka. Perawatan luka yang tepat akan membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain perawatan luka berbagai faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis perlu dikendalikan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan luka kaki diabetik untuk mencegah terjadinya sepsis. Dengan hasil adanya perbaikan pada kondisi luka dan tidak terjadi kondisi sepsis. Studi kasus ini menunjukkan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif memiliki peranan dalam mencegah terjadinya sepsis.

The prevalence of people with diabetes mellitus from year to year is increasing. One of the complications often associated with diabetes mellitus is diabetic foot ulcer. Untreated wound infection will develop into sepsis and increase the risk of death. The role of nurses as caregivers, educators, and counselors in preventing sepsis is very important. One of the nursing interventions in an effort to prevent sepsis is wound care. Proper wound care will help speed wound healing and prevent further complications. In addition to wound care, various factors can increase the risk of sepsis need to be controlled. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the provision of nursing care in patients with diabetic foot ulcer to prevent sepsis. With the result of an improvement in the condition of the wound and no sepsis condition occurs. This case study shows that providing comprehensive nursing care has a role in preventing sepsis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
"Diabetes Melitus adalah penyakit menahun yang membutuhkan penggunaan obat dalam jangka panjang untuk mengontrol glukosa darah dalam tubuh. DM dapat menyebabkan komplikasi sehingga obat seringkali digunakan bersamaan untuk menangani kondisi tersebut. Untuk itu, terapi yang digunakan harus dipantau agar memberikan manfaat klinis yang optimal. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam PTO meliputi pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengobatan yang diterima pasien dengan diagnosis diabetes melitus di salah satu rumah sakit umum daerah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah terkait obat yang kemungkinan terjadi, serta menentukan langkah yang perlu diambil selanjutnya. Pemantauan terapi obat dilakukan secara prospektif dengan data yang diperoleh dari rekam medis dan kegiatan visite. Masalah terkait obat dikaji menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pasien sudah menerima terapi sesuai dengan kondisi klinis pasien. DRP yang terjadi adalah perlunya penyesuaian dosis obat pada pasien gangguan ginjal.

Diabetes Mellitus is a chronic disease requiring long-term treatment to control blood glucose in the body. DM can cause several complications, often involving multiple medications being used simultaneously. Drug Therapy Monitoring is needed to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients, including assessing drug selection, dosage regimens, drug administration, therapeutic responses, adverse drug reactions (ADR), and recommendations or alternative therapies, if needed. This research aimed to review the treatment received by a patient diagnosed with diabetes mellitus at a public regional hospital by identifying and evaluating drug-related problems that might occur and suggesting the next step be taken. Monitoring drug therapy is carried out prospectively with data obtained from patient's medical records and visits. Drug-related problems were assessed using the SOAP (Subjective, Objective, Assessment, and Plan) method. This study concludes that the patient has received appropriate treatment corresponding to the patient's clinical condition. The observed drug-related problem was the need for drug dosage adjustments in patients with chronic kidney disorders."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pajariana
"Pasien yang mendapatkan terapi obat sangat rentan mengalami masalah terkait obat. Oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat mencegah terjadinya permasalahan tersebut.  Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan pelayanan kefarmasian yang berperan penting dalam menangani masalah terkait obat yang kemungkinan dapat terjadi pada pasien. Pada makalah ini dibahas mengenai Pemantauan Terapi Obat terhadap pasien di RS Umum Pusat Fatmawati terkhusus pada pasien dengan riwayat penyakit jantung dan diabetes melitus. Data yang dianalisis diperoleh dari rekam medis pasien serta lembar instruksi harian pasien pada SIMRSGOS II. Berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diketahui  bahwa terdapat beberapa masalah terkait obat atau Drug related problem (DRPs)  yang terjadi pada 4 dari 5 pasien yang dianalisa. DRP tersebut diantaranya berkaitan dengan dosis yang kurang atau lebih tinggi dari literatur, efek samping obat, interaksi obat dan durasi penggunaan obat yang kurang sesuai dengan literatur.

Patients who receive drug therapy are very vulnerable to experiencing drug-related problems. Therefore, an activity is needed that can prevent this problem from occurring. Drug Therapy Monitoring is a pharmaceutical service that plays an important role in dealing with drug-related problems that may occur in patients. This paper discusses drug therapy monitoring of patients at Fatmawati Central General Hospital, especially patients with a history of heart disease and diabetes mellitus. The data analyzed were obtained from patient medical records and the patient's daily instruction sheet on SIMRSGOS II. Based on the results of the monitoring that has been carried out, it can be seen that there are several drug-related problems (DRP) that occurred in 4 out of 5 patients analyzed. These DRPs are related to doses that are less or higher than the literature, side effects of drugs, drug interactions and duration of drug use that is not in accordance with the literature.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa
"ABSTRAK
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan 4% kematian di Indonesia. Efektivitas obat antidiabetes tipe 2 biasanya dilihat dari nilai HbA1c yang mencerminkan rata-rata glukosa darah pasien, glukosa darah 2 jam postprandial dan glukosa darah puasa. Terapi diabetes melitus tipe 2 memiliki berbagai pola terapi kombinasi. Terapi yang berbeda akan memberikan efektivitas yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas terapi kombinasi metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose terhadap parameter glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu nilai HbA1c, glukosa darah 2 jam postprandial dan glukosa darah puasa. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan pengumpulan data primer dan sekunder menggunakan teknik total population sampling. Data primer yang digunakan adalah hasil pengisian kuesioner dan data sekunder didapatkan dari rekam medis dan sistem informasi rumah sakit. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara responden yang menggunakan metformin-sulfonilurea dibandingkan dengan responden yang menggunakan metformin-akarbose terhadap perubahan nilai HbA1c (p value=0.060). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose dengan nilai glukosa darah 2 jam postprandial akhir (p value=0.655) dan nilai glukosa darah puasa akhir (p value=0.460). Variabel olahraga mempengaruhi efektivitas metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose terhadap perubahan nilai HbA1c, variabel jenis kelamin terhadap perubahan nilai glukosa darah 2 jam postprandial dan variabel diet terhadap perubahan nilai glukosa darah puasa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbandingan efektivitas antara terapi kombinasi metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is an uninfectious disease that causes 4% of deaths in Indonesia. The effectiveness of type 2 antidiabetic drugs is usually seen from the HbA1c value that reflects the patient's average blood glucose, 2-hour postprandial blood glucose and fasting blood glucose. Type 2 diabetes mellitus therapy has various combination therapy patterns. Different therapies will provide different effectiveness. This study aims to compare the effectiveness of metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose combination therapy on glycemic parameters of type 2 diabetes mellitus patients, namely HbA1c value, postprandial 2 hours blood glucose and fasting blood glucose. This research is a retrospective cohort study with primary and secondary data collection using purposive sampling technique. Primary data used are the results of filling out the questionnaire and secondary data obtained from medical records and hospital information systems. The analysis showed that there was no significant difference between respondents who used metformin-sulfonylurea compared with respondents who used metformin-acarbose to changes in the HbA1c value (p value=0.060). The analysis also showed that there was no significant relationship between metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose with 2 hours postprandial blood glucose value (p value=0.655) and fasting blood glucose value (p value=0.460). Sports variable affects the effectiveness of metformin-sulfonylureas and metformin-acarbose on changes in HbA1c values, gender variable on changes in postprandial 2 hours blood glucose values and dietary variable on changes in fasting blood glucose values. The conclusion of this study is that the effectiveness comparison of metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose combination therapy is not significant."
2019
T55013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia Alyani
"Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia. Salah satu pengobatan untuk diabetes adalah dengan menghambat enzim alfa-glukosidase sehingga dapat mengurangi kadar glukosa darah post prandial. Garcinia daedalanthera Pierre adalah salah satu tanaman yang berasal dari Famili Clusiaceae yang sebelumnya diketahui memiliki aktivitas penghambatan alfa glukosidase dan antioksidan pada bagian daunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan alfa-glukosidase serta uji antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dari kulit batang Garcinia daedalanthera Pierre yang sebelumnya diperoleh melalui maserasi bertingkat. Sebelum dilakukan uji, terlebih dahulu dilakukan beberapa optimasi suhu untuk memperoleh kondisi optimum pengujian. Untuk uji penghambatan alfa-glukosidase digunakan λ 400 nm, pH 6,8, suhu 39ºC, substrat 5 mM dan enzim 0,045 U/mL untuk pengujian sesuai hasil optimasi. Sedangkan untuk uji antioksidan, digunakan λ 519 nm.
Hasil menunjukan bahwa ekstrak teraktif yang memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim alfa-glukosidase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 21,881 μg/mL yang juga merupakan ekstrak teraktif dalam uji antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 14,486 μg/mL. Pada uji penapisan fitokimia menunjukan bahwa, ekstrak etil asetat sebagai ekstrak teraktif memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin dan antrakuinon.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder disease characterized by hyperglycemic condition. One of the medicinal treatment to cure diabetes is to inhibit the alpha-glucosidase enzyme activity, so it will reduce post-prandial blood sugars level. Garcinia daedalanthera Pierre is one of Clusiaceae Family plants which is known having an alpha-glucosidase and antioxidant activity on that leaves part.
This research was aimed to test the inhibition of alpha-glucosidase and antioxidant activity using DPPH method from n-heksan, ethyl acetate and methanol extracts of Garcinia daedalanthera Pierre stem barks which obtained from extraction with maceration before. The optimization have been done before the test to get an optimum condition for the tests. A wavelength of 400 nm, pH 6,8, temperature 39ºC, substrat concentration of 5 mM, and unit enzyme concentration of 0,025 U/mL were used for an alpha-glucosidase inhibition test. In the other hand, a wavelength of 519 nm was used for antioxidant test.
The result showed that ethyl acetate extract is both the most active extract that inhibit alpha-glucosidase activity with IC50 21,881 μg/mL and on antioxidant test with IC50 value 14,486 μg/mL. Phytochemical screening showed that ethyl acetate as the most active extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, tannins and anthraquinones.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicky Wahyuni Hapsari
"Pemantauan Terapi Obat merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah untuk meningkatkan efektifitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Diketahui (ROTD). Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dilaksanakan selama tujuh hari. Pelaksanaan PTO dimulai dengan melakukan seleksi pasien, pengumpulan data, rekam medik dan wawancara langsung kepada pasien. Analisis masalah terkait obat dilakukan dengan menggunakan PCNE dimana DRP diklasifikasikan menjadi klasifikasi dasar yang memiliki 3 domain utama untuk masalah (problems), 9 domain utama untuk penyebab (causes) dan 5 domain utama untuk intervensi yang direncanakan (planned interventions), 3 domain utama untuk tingkat penerimaan (intervention acceptance) dan 4 domain utama status masalah (status of DRP). Perlunya komunikasi antar tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat, dan apoteker dalam proses pemantauan terapi obat untuk meminimalisir adanya interaksi obat yang mungkin terjadi dan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien.
.....
Therapeutic Drug Monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. The purpose of TDM is to improve the effectiveness of therapy and minimize the risk of Unknown Drug Reactions. Drug Therapy Monitoring activities at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) were carried out for seven days. TDM implementation starts with patient selection, data collection, medical records and direct interviews with patients. Analysis of drug-related problems is carried out using PCNE where DRP is classified into a basic classification that has 3 main domains for problems, 9 main domains for causes and 5 main domains for planned interventions, 3 main domains for the level of acceptance (intervention acceptance) and 4 main domains for the status of the problem (status of DRP). The need for communication between health workers, namely doctors, nurses, and pharmacists in the process of monitoring drug therapy to minimize drug interactions that may occur and to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library