Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlangga Maulana
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses pembelajaran budaya di LPK Putra Maju Lembang, Jawa Barat. Penelitian ini berargumen bahwa proses pembelajaran budaya sudah dilakukan sejak masa pelatihan di Indonesia dan melatarbelakangi pembentukan kompetensi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi di antaranya pengamatan terlibat, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada tujuh informan yang terdiri dari lima trainee dan dua sensei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran budaya dilakukan dengan cara memberikan materi nihonjijjou baik di dalam maupun luar kelas LPK Putra Maju Lembang. Strategi pembelajaran budaya menekankan kepada peran senpai, pensuasanaan tempat kerja, cerita kesuksesan senpai hingga musik dan film sebagai media pembelajaran. Proses pembelajaran budaya berdampak terhadap pembentukan kompetensi lintas budaya. Trainee mampu untuk mengidentifikasi dan menerima kebudayaan korporasi Jepang pada kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menawarkan siklus pembelajaran budaya yang terjadi selama pelatihan trainee di Indonesia maupun di Jepang.

This study shows the cultural learning process at LPK Putra Maju Lembang, West Java. This study argues that the cultural learning process has been carried out since the training period in Indonesia and prompt the formation of intercultural competencies. This study used ethnographic methods, including participant observation, secondary data collection, and in-depth interviews with seven informants consisting of five trainees and two sensei. The results show that the cultural learning process was carried out by providing nihonjijjou materials both inside and outside of the LPK Putra Maju Lembang classes. The cultural learning strategies emphasize senpai's role, workplace atmosphere, senpai's success stories, also music and films as learning media. The cultural learning process has an impact on the formation of intercultural competencies. Trainees are able to identify and accept the Japanese corporate culture in their daily life. This study offers a cultural learning cycle that occurs during trainee training in Indonesia and Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rowley: Nuwbury House Publishers, 1979
302.2 TOW
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Enie Novieastari
"Mahasiswa keperawatan perlu dipersiapkan menjadi perawat yang memiliki kompetensi kultural. Kesadaran kultural dipercaya sebagai elemen yang paling penting dalam kompetensi kultural. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menguraikan keefektifan metode pembelajaran modifikasi simulasi terhadap kesadaran kultural sebagai salah satu elemen dari kompetensi kultural. Desain kuasi eksperimental digunakan untuk mengeksplorasi hubungan di antara variabel. Sebanyak 98 orang mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I terlibat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada aspek pengetahuan dalam kesadaran kultural partisipan yang menggunakan metode modifikasi simulasi dibandingkan dengan partisipan yang menggunakan metode reguler. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada aspek sikap dalam kesadaran kultural diantara partisipan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran modifikasi simulasi merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan kultural mahasiswa keperawatan agar dapat menjadi perawat yang kompeten. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengembangkan elemen lainnya dalam kompetensi kultural seperti keterampilan kultural mahasiswa.

Nursing students should be prepared to be culturally competent nurses. Cultural awareness is believed as the most important elements of cultural competence. The purpose of this article is to describe the effectiveness of Modified Simulation Learning Methods on cultural awareness as one atribute of cultural competence. A quasi experimental (control group) design was used to explore the relationship between variabels among 98 first year nursing student attending Basic Nursing Concept I course at Faculty of Nursing Universitas Indonesia.
The knowledge of cultural awareness was found statistically different between participants in Modified Simulation Methods group (intervention) and participants using the regular method. However, there were no statistical differences in attitude of cultural awareness between intervention and control groups.
It could be concluded that Modified Simulation Learning methods is an effective learning method for increasing cultural knowledge of nusing student to be a competent nurse. Further research should be developed in continuing the improvement of cultural competence such as cultural skills."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasha Putri Jasmine
"Seni, baik ide maupun praktik, telah berkembang sendiri untuk mengakomodasi berbagai fungsi komunikasi yang salah satunya adalah pemberdayaan budaya. Tidak ada budaya di muka bumi ini tanpa adanya komunikasi di antara anggota masyarakat pendukung atau pembentuk kebudayaan. Demikian juga tidak ada komunikasi yang lepas dari ikatan atau interaksi sosial antar anggota masyarakat pendukung suatu budaya setempat. Makalah ini bertujuan untuk menafsirkan seni sebagai media komunikasi masyarakat lokal di Pemenang. Lombok Utara yang diinisiasi oleh komunitas seni nirlaba bernama Pasir Putih yang berlokasi di Lombok Utara untuk memberdayakan nilai-nilai serta kebudayaan mereka, terutama ketika isu pariwisata menjadi dominan dalam konteks wilayah lokal mereka. Menggunakan strategi studi kasus deskriptif analitis yang disajikan berdasarkan data kualitatif yang diperoleh, studi ini akan menganalisis bagaimana Pasir Putih dan warga Pemenang, Lombok Utara memanfaatkan seni sebagai media komunikasi untuk pemberdayaan budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan komunikasi melalui seni dapat mensintesis informasi masalah keberdayaan budaya yang kompleks. Studi ini akan berfokus pada analisis pemberdayaan secara tahap individu, organisasi, dan komunitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan seni di Pemenang, Lombok Utara memiliki tingkat partisipasi berbeda dalam tahap pemberdayaan secara individual (pertunjukan seni solo), organisasi (kompetisi bola dan pertunjukan seni gabungan), dan komunitas (pesta rakyat) namun tetap menuju tujuan pemberdayaan budaya lokal Lombok Utara.

Arts, both ideas and practices, have developed themselves to accommodate various communication functions, one of which is cultural empowerment. There is no culture on this earth without communication between members of the community that support or form the culture. Likewise, there is no communication apart from social ties or interactions between community members who support a local culture. This paper aims to interpret art as a medium of communication for local communities in Pemenang. North Lombok, which was initiated by a non-profit arts community called Pasir Putih, located in North Lombok, to empower their values and culture, especially when tourism issues become dominant in their local context. Using a descriptive analytical case study strategy that is presented based on the qualitative data obtained, this study will analyze how Pasir Putih and the residents of Pemenang, North Lombok use art as a communication medium for cultural empowerment. The results showed that the communication approach through art can synthesize information on complex cultural empowerment issues. This study will focus on the analysis of empowerment at the individual, organizational, and community stages. The results of the analysis show that art activities in Pemenang, North Lombok have different levels of participation in the empowerment stages of individuals (solo art performances), organizations (football competitions and joint art performances), and communities (folk’s festival) but still towards the goal of empowering North Lombok local culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987
306.4 TEK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khairudin
"ABSTRAK
Kampung Bustaman di Kota Semarang terkenal berpenduduk padat. Memiliki luasan sekitar 1 hektar, kampung ini dihuni kurang lebih 300an warga dari dua RT berbeda. Menariknya kepadatan populasi tak membuat wilayah ini ditinggalkan. Orang-orang justru cenderung kembali ke kampung, bukannya berpindah. Mereka ditarik ke dalam kampung karena hubungan pekerjaan, pernikahan, atau sebab-sebab lain. Beberapa yang yang sukses secara ekonomi dan berpindah justru di masa tuanya membeli tanah lagi di Bustaman. Hubungan antara keterbatasan lahan dan pertambahan penduduk menciptakan kontestasi tersendiri sehingga diperlukan mekanisme pengorganisasian di dalam masyarakat yang mana konflik-konflik bisa diatasi serta solidaritas sosial dipulihkan dan dipulihkan kembali. Tanpa itu niscaya suatu masyarakat tidak akan eksis baik secara fisik maupun psikis seperti terjadi dalam fenomena lenyapnya kampung-kampung kota di Semarang dalam 18 tahun terakhir ini. Penelitian ini ingin melihat mengapa warga terikat kampung dan bagaimana mereka mengelola keteraturan order di tengah kontestasi ruang kota. Proses ini tentu melibatkan kontak budaya culture contact baik internal maupun eksternal yang melahirkan perpecahan-perpecahan schismogenesis yang diatasi di dalam ekosistem kampung itu sendiri sehingga keseimbangan dapat tegak lagi menciptakan keteraturan order di dalam masyarakat. Kajian ini ingin memberikan sumbangsih pada studi migrasi orang ke kota yang 50 tahun belakangan ini massif, di tengah trend posmodernisme yang coraknya menggugat kekuasaan yang sifatnya memusat. Pada kondisi seperti ini, mekanisme kepengaturan macam apa yang terjadi? Pertanyaan inilah yang ingin dijawab dalam tesis ini.

ABSTRACT
Kampung Bustaman in the city of Semarang famous for its dense populated area. Having an area of about 1 hectare, this village is inhabited by approximately 300 residents from two different neighbours RT . Interestingly, population density does not make this region abandoned. People tend to go back to the village instead of moving. They are drawn into the village because of work relationships, marriages, or other causes. Some of those who are economically successful and move on in their old age buy more land in Bustaman. The relationship between land limitations and population growth creates its own contestation so that there is a need for organizing mechanisms within the community where conflicts can be overcome and social solidarity can be restored over and over again. Without it undoubtedly a society will not exist both physically and psychically as occurs in the phenomenon of the disappearance of urban villages in Semarang in the last 18 years. This research wants to see why people are tied to the village and how they manage order in the middle of city space contestation. This process involves cultural contacts both internal and external which result in schismogenesis being resolved within the kampung 39 s ecosystem itself so that the balance can be upright again creating order within the society. This study seeks to contribute to the massive 50 year urban migration study, in the midst of a postmodernist trend that sues a centralized power. In such conditions, what kind of regulatory mechanisms occur This question is what this tesis want to answer"
2018
T50595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindholm, Charles
Malden: Blackwell Publishing, 2008
306 LIN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herwini Wahyu Susanti
"Disertasi ini membahas tentang Pilot Proyek Model Klaster Kampung Berbasis Adat dan Sumber Daya Alam, yang digagas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk pemberdayaan masyarakat di Kampung Usku Distrik Senggi Kabupaten Keerom Papua, melalui pemberian pengetahuan dan keterampilan bercocok tanam secara budidaya di lahan pekarangan, dengan harapan masyarakat mau menjadi petani menetap, tidak lagi berburu ke hutan, sehingga pemberian akses kesehatan, pendidikan, dan teknologi informasi bisa lebih mudah diberikan. Penelitian Disertasi ini bertujuan untuk menganalisis strategi pelaksanaan, kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pilot proyek Pemberdayaan Masyarakat Model Klaster Kampung Berbasis Adat dan SDA, serta pengaruh Insensitivitas Budaya terhadap ketidakberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui pilot proyek di Kampung Usku tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, melalui studi kasus, dan pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview terhadap sejumlah informan yang berasal dari tokoh dan masyarakat Kampung Usku, beberapa pejabat dari Disktrik Senggi, Pemda Kabupaten Keerom, dan Kementerian Desa, PDTT. Analisis dilakukan secara induksi untuk menemukan suatu konsep tentang model pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada lokasi yang menjadi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tahapan-tahapan yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat Model Klaster Kampung Berbasis Adat dan SDA kurang memperhatikan aspek budaya masyarakat Kampung Usku. Kendala-kendala muncul baik dari masyarakat setempat ataupun dari pemerintah dan pelaku pemberdayaan, yang hampir semuanya terkait dengan budaya masyarakar setempat. Pada akhirnya, insensitivitas terhadap budaya masyarakat lokal (Kampung Usku) ternyata menjadi faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui pilot proyek tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, perlunya menyempurnakan Model Klaster Kampung Berbasis Adat dan SDA sebagai model pemberdayaan masyarakat, dengan memasukkan sensitivitas budaya sebagai unsur penting dalam menyusun desain, implementasi, dan evaluasi program pemberdayaan masyarakat, serta menjadikannya sebagai unsur penting yang harus dimiliki dan menyertai pelaku pemberdayaan (community worker) ketika bekerja pada masyarakat.

This Dissertation discusses the Village Cluster Model Pilot Project Based on Customs and Natural Resources, which was initiated by The Ministry of Village, Development of Disadvantaged Areas and Transmigration for community empowerment at the Usku Village, Senggi District, Keerom Regency, Papua, through providing knowledge and skills to cultivate cultivation in home garden, with the hope that the community will become permanent farmers, no longer hunting in the forest, so that providing access to health, education, and information technology can be more easily provided. This Dissertation research aims to analyze the implementation strategy, the constraints faced in the implementation of the Community Empowerment of Village Cluster Model Based on Customs and Natural Resources Pilot Project, as well as to analyze the effect of cultural insensitivity on the failure of community empowerment through the pilot project in Usku Village.
The study was conducted with a qualitative approach, through case study. Data collection is carried out through indepth interviews with a number of informants from leaders and communities of Usku Village, several officials from the Senggi District, Keerom Regency Government, and The Ministry of Village, Disadvantage Areas and Transmigration. The analysis was carried out by induction to find a concept about the community empowerment model that is according to a case study.
The results showed that the stages used in community empowerment of Village Cluster Model Based on Customs and Natural Resources did not attention to the cultural aspects of the people of Usku Village. Contrains arise both from the local community or from the government and empowerment actors, almost all of which are related to local community culture. In the end, insensitivity to culture of the local community (Usku Village) turned out to be a factor affecting the failure of community empowerment through the pilot project to achieve the stated objectives.
The conclusion of this study is, an improvement is needed for The Village Cluster Model Based on Customs and Natural Resources as a model for community empowerment, by including cultural sensitivity as an important element in design, implementations and evaluations of communitu empowerment, and making it as an important element that must be owned and supported by the empowerment actors (community worker) when working in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library