Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Alviona Retno Amalia
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.
The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shabrina Taqiyya
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.
The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dyta Dewipuspita
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.
The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dendy Tryanda
"Produk internet fixed broadband atau produk internet menggunakan kabel merupakan produk yang jarang digunakan oleh masyarakat Indonesia, padahal di era Covid-19 dengan sistem work from home, masyarakat membutuhkan kualitas internet yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membantu PT ABC mendapatkan pelanggan baru dengan melakukan cross-selling produk terhadap pelanggan dari anak perusahaannya yaitu PT XYZ yang juga menggunakan produk internet fixed broadband namun bukan produk dari PT ABC dengan menggunakan metode machine learning jenis unsupervised learning dengan jenis clustering partisi dengan algoritma k-means clustering dengan menggunakan tool KNIME untuk proses k-means clustering dan tool R Programming untuk proses pencarian cluster jumlah optimal. Hasil dari algoritma ini menemukan bahwa terdapat empat jenis cluster pelanggan PT XYZ yang karakteristiknya dapat dilihat dari sisi pendapatan yang didapat dari hasil korelasi data, cluster 2 dan cluster 3 merupakan cluster potensial dengan 2123 pelanggan dan area yang memiliki sedikit pelanggan adalah area 1 dan area 4, lalu estimasi pendapatan minimum yang akan dihasilkan adalah Rp 8.937.830.000.
Internet fixed broadband products or internet products using cables is a products that are rarely used by Indonesian people, even though in the Covid-19 era with a work from home system, people need a good quality internet. This study aims to help PT ABC get new customers by cross-selling products to customers of its subsidiary PT XYZ who also use internet fixed broadband products, but not products from PT ABC by using the machine learning method unsupervised learning types with partition clustering and the k-means clustering algorithm using the KNIME tool for the k-means clustering process and the R Programming tool for the process of finding the optimal number of clusters. The result of this algorithm finds that there are four types of PT XYZ customer clusters whose characteristics we can see from the revenue side from the results of data correlation, cluster 2 and cluster 3 are potential clusters with 2123 customers and areas that have few customers are area 1 and area 4, then the estimated minimum revenue that will be generated is IDR 8,937,830,000."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library