Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fina Nurillah
"Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab dari 35% kematian di Indonesia dan penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab dominan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi PJK yang tinggi. PJK dipengaruhi oleh faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terkait dengan gaya hidup dan perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan PJK pada penduduk usia ³ 15 tahun di Jawa Barat tahun 2019. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan data Posbindu PTM Jawa Barat 2019. Dari 174302 responden diperoleh prevalensi PJK sebesar 1,5%. Usia (p = 0,000; POR 2,961; 95% CI = 2,696 – 3,253), riwayat PJK pada keluarga (p = 0,000; POR 10,583; 95% CI = 9,697 – 11,550), peningkatan tekanan darah (p = 0,000; POR 1,860; 95% CI: 1,720 – 2,011), peningkatan gula darah (p = 0,000; POR 1,736; 95% CI: 1,539 – 1,959), kurang aktivitas fisik (p = 0,000; POR 1,702; 95% CI: 1,562 – 1,855), kurang konsumsi sayur dan buah (p = 0,000; POR 1,480; 95% CI: 1,363 – 1,606), dan obesitas (p = 0,000; POR 1,225; 95% CI: 1,134 – 1,324) merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan PJK. Faktor risiko yang berhubungan dengan PJK dalam penelitian ini menyimpulkan perlu peningkatan upaya preventif dan promotif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PJK dan juga membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Cardiovascular disease is the cause of 35% of deaths in Indonesia and coronary heart disease (CHD) is one of the dominant causes. West Java is one of the provinces in Indonesia which has a high prevalence of CHD. CHD is influenced by non-modifiable risk factors and modifiable risk factors linked to lifestyle and behavior. This study aims to determine risk factors associated with CHD in population aged ³ 15 years in West Java 2019. This study was a cross sectional study using West Java Posbindu PTM data 2019. From 174302 respondents, the prevalence of CHD was 1,5%. Age (p = 0,000; POR 2,961; 95% CI = 2,696 – 3,253), family history of CHD (p = 0,000; POR 10,583; 95% CI = 9,697 – 11,550), high blood pressure (p = 0,000; POR 1,860; 95% CI: 1,720 – 2,011), high blood sugar (p = 0,000; POR 1,736; 95% CI: 1,539 – 1,959), physical inactivity (p = 0,000; POR 1,702; 95% CI: 1,562 – 1,855), low consumption of vegetable and fruit (p = 0,000; POR 1,480; 95% CI: 1,363 – 1,606), and obesity (p = 0,000; POR 1,225; 95% CI: 1,134 – 1,324) were risk factors associated with CHD. Risk factors associated with CHD in this study infers a need to increase preventive and promotive efforts to reduce morbidity and mortality due to CHD and also requires further studies to find out the causative factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular diklaim sebagai penyebab kematian nomor satu bagi perempuan di atas usia 65 tahun di benua Eropa. PJK merupakan penyebab kematian utama pada perempuan di Amerik Serikat, sekitar setengah juta perempuan meninggal karena penyakit jantung setiap tahunnya. Data Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi penyakit jantung lebih tinggi pada perempuan baik berdasarkan diagnosa (1,0%) maupun diagnosa dan gejala (8,1%) dibandingkan laki-laki (0,8% dan 6,2%). Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji faktor determinan PJK pada perempuan yaitu faktor sosiodemografi, faktor risiko dan hasil pemeriksaan darah. Metode: Cross sectional dengan melakukan analisis lanjut sub set data kohor Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kelurahan Kebon Kelapa, kecamatan Bogor Tengah, kota Bogor yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Variabel dependen adalah PJK perempuan dan variabel independen pertama adalah sosiodemografi, faktor risiko perilaku dan faktor risiko biomedik. Sampel sebanyak 1042 responden penderita PJK perempuan. Kriteria PJK berdasarkan pemeriksaan EKG (abnormali EKG). Analisis Chi square dan regresi logistik. Hasil: Determinan faktor risiko PJK pada perempuan adalah menopause. lingkar perut, dan tingginya kadar trigliserida. Perempuan yang telah menopause memiliki risiko 1,5 kali (95% CI 1,215—2,081) dibandingkan perempuan yan tidak menopause. Perempuan dengan lingkar perut dari 80 cm akan mempunyai risiko 1,5 kali (95% CI 1,147—2,221) terkena PJK dibandingkan perempuan yang lingkar perutnya <80 cm dan yang ketiga adalah perempuan yang mempunyai kadar trigliserida tinggi akan memberikan risiko 1 kali (95% CI 1,010—1,253) dibandingkan perempuan yang kadar trigliseridanya rendah. Kesimpulan: Perempuan yang menopause dengan obesitas sentral sangat berisiko terhadap PJK. Saran: Perlu dilakukan promosi kesehatan untuk menurunkan prevalensi PJK. "
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Pinkan
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskular di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, yakni sebesar 1,5. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko penyakit jantung koroner PJK pada pekerja di perusahaan tambang emas PT Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang tahun 2017 berdasarkan faktor risiko tekanan darah, indeks massa tubuh, merokok, diabetes melitus, aktivitas fisik, kolestrol dan kebiasaan makan.
Desain studi penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 88 pekerja dengan metode quota sampling. Tingkat risiko PJK dihitung dengan menggunakan metode scoring Skor Kardiovaskular Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39 orang pekerja 44,3 memiliki tingkat risiko PJK rendah, 31 pekerja 35,2 memiliki risiko PJK sedang dan 18 orang pekerja 20,5 memiliki tingkat risiko PJK tinggi. Oleh karena itu, perlu melakukan penanganan dengan segera pada pekerja yang memiliki tingkat risiko tinggi dan melakukan tindakan antisipasi pada pekerja yang memiliki tingkat risiko sedang sebagai wujud tindakan promotif dan preventif untuk mencegah pekerja terkena penyakit jantung koroner.

Cardiovascular disease is the first leading cause of death globally. Riskesdas data of 2013 shows that the highest prevalence of cardiovascular disease in Indonesia is coronary heart disease, which is 1.5 . This study aims to analyze the risk level of coronary heart disease CHD in workers at gold mining company PT Cibaliung Sumberdaya, Pandeglang 2017 based on risk factors of blood pressure, body mass index, smoking habit, diabetes mellitus, cholesterol, physical activity, and eating habits.
The study design used in this research is descriptive cross sectional study with quantitative and qualitative approach. The sample of this study were amounted to 88 workers with quota sampling method. The risk level of CHD was calculated using the scoring method of Jakarta Cardiovascular Score.
The results showed that 39 workers 44.3 had low risk of CHD, 31 workers 35.2 had medium risk of CHD and 18 workers 20.5 had a high risk of CHD. Therefore, it is necessary to conduct treatment promptly on workers who have a high risk level and take anticipatory action on workers who have medium risk level as a form of promotive and preventive measures to prevent workers from coronary heart disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovita Krisita
"Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum ditemukan pada populasi pekerja dengan salah satu faktor risiko adalah jam kerja yang panjang terutama pada laki-laki. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara jam kerja yang panjang dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada pria dewasa. Metode pencarian literatur yang digunakan adalah melalui pencarian daring sesuai dengan pedoman PRISMA di PubMed dan Scopus dari awal hingga 15 Mei 2020 dengan istilah pencarian berikut: 'pria', 'jam kerja panjang', 'lembur', dan 'risiko penyakit jantung koroner' di Medis Subject Heading Terms (MeSH Terms), judul, kata teks, abstrak, dan semua bidang. Pencarian manual dilakukan dengan mencari bagian referensi dari semua makalah yang diambil sebagai sumber potensial artikel relevan yang memiliki populasi yang tumpang tindih (n=4). Pada akhir proses pencarian literatur, sebuah artikel penelitian dipilih untuk proses penilaian kritis dan ditemukan valid dan penting bagi pasien kami. Peningkatan risiko Infark Miokard Akut sebanyak dua kali lipat ditemukan pada pria dengan jam kerja tambahan sama dengan atau lebih dari 3 jam per hari. Rekomendasi tempat kerja dapat berupa penilaian kembali bekerja, program rehabilitasi, termasuk penilaian beban kerja dan modifikasi jam kerja. Studi intervensi lanjutan diperlukan untuk mendapatkan tingkat bukti yang lebih tinggi. 

Coronary heart disease is one of the most common cardiovascular diseases in worker population and may have resulted from long working hours especially in male population. This review aims to evaluate the relationship between long working hours and increased risk of coronary heart disease in adult males. We did online search in accordance with the PRISMA guidelines in PubMed and Scopus from inception to May 15th, 2020 with the following search terms: 'male', 'long working hours', ‘overtime’, and ‘coronary heart disease risk' in Medical Subject Heading Terms (MeSH Terms), title, textword, abstracts and all fields. Manual search was done by hand-searched the reference sections of all the retrieved papers as a potential source of relevant articles that have overlapping population (n=4). At the end of searching process, one study was chosen for critical appraisal process  that is valid and substantial for our patient. We found Acute Myocardial Infraction risk in male (additional work hours equal to or more than 3 hours per day) increased twofold. Workplace reccomendations that can be made for this patient are return to work assessment, rehabilitation program, work load assessment and modified- working hours. Further intervention studies required to gain higher evidence. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rusliana
"Secara global penyakit tidak menular penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner berdasarkan hasil treadmill. Penelitian ini menggunakan cross sectional dengan sampel 173 responden. Sumber diperoleh dari MCU karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna secara statistik antara usia, hipertensi, kolesterol total, LDL, diabetes melitus, merokok, IMT, shift, dan stres dengan risiko PJK berdasarkan hasil treadmill, namun tidak terdapat hubungan antara HDL dengan risiko PJK. Setelah menggunakan regresi logistik, tujuh faktor risiko yang paling mempengaruhi PJK yaitu usia, hipertensi, kolesterol total, diabetes melitus, IMT, merokok, dan stres.
Non-communicable diseases globally the number one cause of death is ardiovascular disease each year. The aim of research to determine the relationship f risk factors for coronary heart disease based on the results of the treadmill. This tudy uses cross-sectional with sample 173 respondents. Sources obtained from CU employees.
The results showed a statistically significant relationship between ge, hypertension, total cholesterol, LDL, diabetes mellitus, smoking, BMI, shift, nd stress with the risk of CHD based on the treadmill, but there is no relationship etween HDL with CHD risk. After using logistic regression, seven risk factors that ost influence CHD are age, hypertension, total cholesterol, diabetes mellitus, BMI, smoking, and stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosasih
"Penyakit kardiovaskular terutama Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Stroke merupakan penyebab kematian paling umum dan menempati urutan teratas penyebab kematian secara global. PJK memiliki dampak yang signifikan terhadap pekerja dan perusahaan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan absensi, dan bahkan kematian dini pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) setelah dilakukan tindakan intervensi program kesehatan pencegahan pada pekerja lapangan di Perusahaan Migas X Tahun 2023. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen (one group pre and post test design). Metode intervensi yang digunakan adalah penyuluhan kesehatan dan olahraga. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan signifikan (p<0,05) pada indeks massa tubuh (p<0,001), tekanan darah diastolik (p=0,015), kadar lemak darah (p<0,001) dan gula darah (p<0,001). Sebaliknya tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) pada tekanan darah sistolik (p=0,181) dan tingkat risiko PJK (p=0,585). Disarankan perusahaan agar melakukan evaluasi terhadap program yang dijalankan dan pelaksanaan program berkelanjutan lebih komprehensif tidak hanya sebatas penyuluhan kesehatan dan olahraga namun program seperti berhenti merokok, pola makan sehat, manajemen stres dapat dilakukan sehingga keberhasilan program dapat dirasakan manfaatnya baik untuk pekerja dan perusahaan.

Cardiovascular diseases, especially coronary heart disease (CHD) and stroke, are the most common causes of death and rank among the world's leading causes of death. CHD has a significant impact on workers and companies that can lead to reduced productivity, increased absences, and even premature deaths in workers. The aim of study is to analyze the reduction in risk factors for Coronary Heart Disease (CHD) following the intervention of preventive health programs in field workers at Oil and Gas X Company in 2023. This research is quantitative with a quasi-experimental design (one group pre and post test design). The intervention methods used are health care and exercise. Analysis results showed significant differences (p<0,05) in body mass index (p <0,001), diastolic blood pressure (p=0,015), blood fat levels (P<0,001) and blood sugar (p>0,001). On the other hand, there was no significant difference (p >0.05), in systolic blood pressure (p =0,181) and the level of PJK risk (P=0,585). It is advised that the company to carry out an evaluation of the program carried out and the implementation of a more continuous, comprehensive program not only the limits of health and exercise but programs such as smoking cessation, healthy diet, stress management can be done so that the success of the program can feel the benefits for both employees and the company."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Pratiwi
"Penyakit kardiovaskular adalah penyebab nomor satu kematian akibat PTM, menurut WHO pada tahun 2015 kematian akibat penyakit kardiovaskular mewakili 31 17 juta dari total semua kematian secara global dan 7,4 juta diantaranya disebabkan oleh PJK. Di Indonesia, peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat PTM mendapat sumbangsih terbesar dari penyakit kardiovaskular, dimana PJK adalah penyakit kardiovaskular yang memiliki angka kejadian tertinggi. PJK disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Angka kejadian PJK dapat dikendalikan apabila faktor risiko dapat terkendali, mengingat terdapat faktor risiko dari PJK yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan kondisinya. DKI Jakarta menjadi daerah kedua tertinggi dengan kejadian PJK di Indonesia. Namun, hubungan antara faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian PJK serta faktor risiko yang paling dominan diantaranya masih belum diketahui di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian PJK di DKI Jakarta serta menelusuri faktor risiko yang paling berhubungan dominan dari kejadian PJK tersebut dengan melakukan analisa lanjutan data Posbindu PTM tahun 2015-2018. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dan analisa dilakukan sampai tahap analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik. Dari 30.459 responden usia ge;15 tahun diperoleh prevalensi PJK sebesar 3,4 . Perilaku merokok p value= 0,000; OR= 6,53 95 CI 4,826 ndash; 8,838, kurang aktivitas fisik p value= 0,045; OR= 0,745 95 CI 0,558 ndash; 0,993, konsumsi alkohol p value= 0,000; OR= 3057,076 95 CI 1786,92 ndash; 5230,06, diabetes melitus p value= 0,000; OR= 0,161 95 CI 0,161-0,508, dan hipertensi p value= 0,000; OR= 0,284 95 CI 0,284-0,526 menjadi faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian PJK. Faktor risiko dominan dari kejadian PJK di DKI Jakarta adalah konsumsi alkohol. Upaya promotif dan preventif diharapkan lebih digencarkan guna menekan angka kejadian PJK serta perlu adanya survey lebih lanjut terkait konsumsi alkohol masyarakat mengingat konsumsi alkohol menjadi faktor dominan pada penelitian ini dan menurut literatur pengaruhnya memang besar terhadap kerusakan fungsi jantung.

Cardiovascular disease is the number one cause of death from NCD, according to WHO in 2015 deaths from cardiovascular disease represent 31 17 million of total all deaths globally and 7.4 million are caused by CHD. In Indonesia, the increase in morbidity and mortality due to NCD has the greatest contribution from cardiovascular disease, where CHD is the highest prevalence of cardiovascular disease. CHD is caused by modifiable risk factors and unmodifiable risk factors. The prevalence of CHD can be controlled if risk factors can be controlled, considering there are risk factors from CHD that can be modified. DKI Jakarta becomes the second highest area with the prevalence of CHD in Indonesia. However, the relation between modifiable risk factors and CHD and the most dominant risk factors among them remains unknown in DKI Jakarta. The aim of this study is to know how the relation between some risk factors that can be modified with CHD in DKI Jakarta and find the most dominant risk factor associated with PJK by doing further analysis of data Posbindu PTM 2015 2018. This study used cross sectional design and the analysis was done until multivariate analysis stage using logistic regression test. From 30.459 respondents aged ge 15 years, the prevalence of CHD was 3.4. Smoking behavior p value 0,000 OR 6,53 95 CI 4,826 ndash 8,838 , physical inactivity p value 0,045 OR 0,745 95 CI 0,558 ndash 0,993, alcohol consumption p value 0,000 OR 3057,076 95 CI 1786,92-5230,06, diabetes mellitus, value 0,000 OR 0,161 95 CI 0,161 ndash 0,508, and hypertension p value 0,000 OR 0,284 95 CI 0,284 ndash 0,526 are factors that have significant relations with CHD. The dominant risk factor of CHD in DKI Jakarta is alcohol consumption. Promotive and preventive efforts are expected to be intensified in order to reduce the incidence of CHD and the need for further surveys related to alcohol consumption because alcohol consumption is the dominant factor in this study and according to the literature it has great effect on heart function damage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library