Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulis Vidya Dwentari Asri Purnama
"Dalam pembangunan konstruksi, selain memperhatikan struktur bangunan, kestabilan fondasi harus diperhatikan baik dari segi keteknikan sipil maupun keilmuan geologi dan geofisika. Sayangnya, banyak pembangunan yang dilaksanakan tanpa melakukan identifikasi lapisan batuan pendukung terlebih dahulu, yang menyebabkan kerusakan maupun keruntuhan bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas konfigurasi elektroda geolistrik untuk memetakan badan anomali bawah permukaan, menemukan lapisan batuan kompak untuk fondasi bangunan, serta memetakan keadaan bawah permukaan secara 3 dimensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konfigurasi Dipole-dipole merupakan konfigurasi yang paling baik dalam memetakan kondisi bawah permukaan. Pada wilayah penelitian, ditemukan lapisan batupasir tufaan dalam area yang cukup luas pada Lintasan 2, 3, 4, dan 5 yang direpresentasikan oleh nilai tahanan jenis lebih dari 80 Ωm. Kedalaman rata-rata top basement yang ditemukan berkisar pada 1,6 hingga 3 meter dari permukaan tanah. Lapisan batuan tersebut diasosiasikan dengan batuan kompak yang kemudian dapat dijadikan lapisan batuan pendukung bangunan.

In order to build a construction, besides the building structure, the foundation stability must be considered both from civil engineering as well as geological and geophysical sciences perspectives. Unfortunately, many developments are carried out without supporting rock layers identification, which causes damage or building collapse. This research aims to determine the effectiveness of geoelectric electrode arrays to map subsurface anomaly bodies, find compact rock layers for building foundations, and map subsurface conditions in 3 dimensions. The research indicates that the Dipole-dipole array is the best array for subsurface mapping. In the research area, tuffaceous sandstone layers were found in a fairly large area on Tracks 2, 3, 4, and 5, represented by a resistivity value of more than 80 Ωm. The average depth of the top basements ranges from 1.6 to 3 meters from the ground surface. These rock layers are associated with compact rock which can then be used as rock layers to support buildings. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramesti Andiani
"Limbah konstruksi adalah puing-puing bangunan, tanah, beton, baja, kayu dan bahan-bahan campuran lainnya yang timbul dari berbagai kegiatan konstruksi. Penelitian ini dilakukan terhadap dua proyek yaitu Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta dan Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village. Limbah yang di identifikasi komposisinya adalah tiga jenis limbah yang mendominasi pembangunan tahap struktur yaitu besi, kayu dan beton. Pada Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta jumlah limbah besi sebanyak 1,25% limbah kayu sebanyak 11,67%, limbah beton sisa cor sebanyak 7,43% dan limbah bobokan beton sebanyak 7,72%. Sedangkan pada Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village limbah besi sebanyak 4,76%, kayu sebanyak 4,89%, kayu phenol film sebanyak 1,73%, limbah beton sisa cor sebanyak 2,91% dan limbah beton bobokan sebanyak 0,8%. Faktor utama penyebab terjadinya limbah konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung DPRD dan Balaikota DKI Jakarta adalah karena sisa pemotongan material menjadi panjang tertentu, limbah proses pengaplikasian dan limbah kemasan. Faktor utama penyebab terjadinya limbah konstruksi pada Proyek Pembangunan Tower Tiffany Kemang Village adalah karena kesalahan pada pekerja atau buruh, limbah proses pengaplikasian dan limbah kemasan.Limbah suatu proyek konstruksi tidak dapat dibandingkan dengan limbah proyek konstruksi lainnya karena perbedaan metode yang digunakan, fungsi bangunan, dan lain-lain. Solusi untuk mengurangi jumlah timbulan limbah konstruksi adalah dengan transparasi antar pihak yang terlibat dalam proyek.

Construction waste are debris, dirt, concrete, steel, wood and others as a result of construction activities. This research was conducted on two projects, DPRD and Balaikota DKI Jakarta construction project and Tower Tiffany Kemang Village Construction Project. The waste which identified were three kind of waste which dominated the construction of the building structure, the waste are steel, wood and concrete. At the DPRD and Balaikota DKI Jakarta project the amount of steel waste is 1,25 %, wood waste is 11,67%, concrete remainder is 4,3% and concrete residue after casting is 7,72%. Whereas at the construction of Tower Tiffany Kemang Village the amount of steel waste is 4,76%, wood waste is 4,89%, phenol film wood is 1,73%, concrete remainder 2,91% and concrete residue after casting is 0,8%. The main cause of construction waste at DPRD and Balaikota DKI Jakarta construction project is because of residue of cutting material, application process and pacakaging. Whereas the main cause of construction waste at Tower Tiffany Kemang Village project are because of error from the workers, application process and packaging. Waste of a construction project cannot be compared to other construction project because of the usage of different method, building function, etc. The solution to reduce the amount of construction waste is transparancy between all the stakeholder which involve in the project."
2011
S99
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library