Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Farida Yahya
"Dalam pelayananasuhan keperawatan, komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal baik dengan efektifitas komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap rumah sakit Sumber Waras. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 sampel yaitu 139 perawat pelaksana dan 248 klien yang dirawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan koefisien korelasi Product Moment, untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Untuk mengetahui prediksi yang paling berhubungan antara variabel dependen dan independen digunakan regeresi liner ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel independen, lima variabel independen yang berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen yaitu deskripsi, orientasi masalah, kejelasan, keterpercayaan dan kesinambungan & konsistensi. Sedangkan tiga variabel yang tidak berhubungan adalah spontanitas, persamaan dan provisionalisme.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap RS Sumber Waras sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap perawat pelaksana dalam berkomunikasi dengan klien, Mengingat masih adanya keluhan-keluhan dari klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan di RS Sumber Waras."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Pratiwi
"Komunikasi terapeutik perawat di ruang laniai 3 B Penyakit Dalam Rumah Sakit Bunda Margonda dirasakan belum optimal sehingga klien masih banyak yang belum puas terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Tehnik penarikan sample adalah accidental sampling. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien dalarn menerima asuhan keperawatan. Dengan komunikasi terapeutik yittig baik oleh perawat, diharapkan klien merasa puas dalam menerima asuhan keperawatan.

Therapeutic communication of nurse in the Internist Room 3B floor Bunda Margonda Hospital was thought not optimum so that most client still not satisfied with nursing care provided The purpose of this research to determine the relationship between therapeutic communication of nurse with client satisfaction levels. This research is qualitative correlate interpretive with approach of cross sectional. The technique of sample is accidental sampling. The results of analysis determine there is significant correlation between therapeutic communication of nurse with client satisfaction level in nursing care. With a good therapeutic communication by nurse, satisfied clients expected to receive nursing can."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5938
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan yang tidak hanya melihat dari hasil akhir yaitu kesembuhan pasien tetapi juga dari proses pemberian layanan. Kepuasan pasien dapat memberi manfaat terhadap beberapa hal yaitu hubungan antara institusi layanan dan pasien menjadi harmonis, pasien akan datang kembali dan mendorong keluarga serta orang lain untuk memanfaatkan layanan kesehatan/rumah sakit. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat kepuasan pasien yang mendapat pelayanan keperawatan oleh perawat yang belum mendapat pelatihan komunikasi terapeutik dan yang sudah mendapat pelatihan komunikasi terapeutik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah responden 23 pasien untuk diminta pendapathya tentang kepuasannya pada pelayanan keperawatan. Tempat penelitian di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepuasan dengan pelatihan dimana kepuasan pasien terhadap perawat yang sudah pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang belum pelatihan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelatihan komunikasi terapeutik secara reguler dan evaluasi berkala terhadap kepuasan pasien untuk menjaga alas meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga membuat pasien senang dan ingin kembali memanfaatkan jasa rumah sakit."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5722
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Riama
"Komunikasi merupakan alat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan klien. Komunikasi terapeutik yang digunakan oleh perawat dapat membina hubungan yang terapeutik. Pada dasarnya klien selalu mengharapkan informasi yang lengkap dan jelas berkaitan dengan masalah kesehatannya serta kondisi yang sedang dialaminya. Setiap perawat mampu berkomunikasi dengan klien tetapi tidak semua mampu menerapkan komunikasi yang terapeutik. Kurangnya komunikasi dan interaksi yang terapeutik dari perawat ke klien sering menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakpuasan pemenuhan harapan klien. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan mengambil sampling klien di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah di rumah sakit Internasional Bintaro. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar evaluasi kinerja penerapan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan dan lembar kuesioner kepuasan klien, dengan analisis data univariat dan bivariat yang menggunakan uji hipotesis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5621
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellis, Roger B.
London: Churchill Livingstone, 2004
362 ELL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Achir Yani S. Hamid
"ABSTRAK
Komunikasi merupakan bagian integral dari fungsi unik keperawatan yang merupakan komponen terpenting dari pelayanan keperawatan. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit.
Komunikasi merupakan sarana utama yang digunakan dalam membuat dan memperkenalkan suatu perubahan. Selain itu, komunikasi juga dipakai sebagai landasan pembinaan hubungan antara perawat dengan anggota tim kesehatan lain. Mutu komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lain mempengaruhi hasil pelayanan terhadap pasien. Knaus et al (1986) melaporkan bahwa angka kematian yang menurun di rumah sakit hempunyai hubungan dengan interaksi antara perawat dan dokter yang lebih menghasilkan pelayanan terkordinasi terhadap pemenuhan kebutuhan pasien daripada terhadap struktur administratif, spesialisasi, maupun status pengajaran. Oleh karena itu, hubungan kerja yang buruk dapat menimbulkan masalah yang serius bagi klien dan perawat serta mengancam citra profesi keperawatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dengan jumlah mayoritas, penjalin kontak pertama dan terlama dengan klien, mutlak memerlukan kemampuan berkomunikasi interpersonal dalam membina hubungan dengan klien dan keluarganya serta dengan sesama perawat dan anggota tim kesehatan lainnya di rumah Sakit. Sebagaimana yang
dilaporkan oleh Swansburg (1990), lebih dari 80% waktu yang digunakan seorang manajer termasuk manajer keperawatan adalah untuk berkomunikasi.
Dengan demikian dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan, pendidik, pengelola dan peneliiti, seorang perawat profesional berada dalam posisi yang paling menentukan untuk melindungi hak klien mendapatkan a.l.: pelayanan yang "aman" dan "bermutu", informasi yang diperlukan, keleluasaan pribadi (privacy), menolak terapi/perawatan, dan kerahasiaan akan data dirinya. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh perawat, jika ia mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal yang memadai.
Makalah ini akan membahas komunikasi interpersonal dalam kaitannya dengan peran perawat sebagai pemberi pelayanan. Pengertian, jenis, faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, dan cara meningkatkan komunikasi interpersonal dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Konsep dasar komunikasi tidak dibahas secara spesifik dengan asumsi bahwa bentuk dasar komunikasi interpersonal telah dipahami oleh peserta simposium."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1994
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Bangkit Ma`ruffi
"Komunikasi merupakan elemen dasar dalam membina hubungan yang baik antara perawat dan klien. Masih banyaknya keluhan terhadap komunikasi perawat (komunikasi verbal perawat dan komunikasi non verbal) menunjukkan kualitas komunikasi perawat yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan menggambarkan persepsi klien tentang komunikasi perawat. Desain penelitian ini yaitu deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan sampel sebesar 97 responden yang dipilih dengan teknik stratified sampling, dan instrumen berbentuk kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki persepsi baik tentang komunikasi verbal perawat yaitu berjumlah 67 orang (69.1%). Responden yang memiliki persepsi baik tentang komunikasi non verbal perawat yaitu berjumlah 60 orang (61.9%). Tidak terdapat perbedaan proporsi persepsi tentang komunikasi perawat berdasarkan kelas ruang rawat (p=0,103; α=0,05). Gambaran mengenai persepsi klien tentang komunikasi perawat diharapkan menjadi bahan evaluasi dan motivasi baik perawat maupun mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan kualitas komunikasi perawat.

Communication is a basic element of building good relationship between nurse and client. Still many complain about nurse communication (verbal and non verbal) shows lack quality of nurse communication. The aim of this study was to identify the client perception of nurse communication. Descriptive correlative study and cross sectional approach was conducted by using questionnaires among 97 which chosen by stratified sampling method. The result showed that the client had good perception about nurse communication both verbal and non verbal. There are 67 clients (69,1%) had good perception about verbal communication of nurses, and 60 clients (61,9%) had good perception about non verbal communication of nurses. There is no difference about client perception of nurse communication in several class of room (p=0,103; α=0,05). This client perception about nurse communication should become evaluation material and also motivation for both nurse and student to increase the quality of nurse communication"
2013
S47450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Savitri
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan crosssectional yang dilakukan pada periode rawat 4-15 Maret 2013 pada 114 pasien sebagai responden. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan 66,7% responden menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menujukkan tidak ada hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, tipe kepribadian dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat. Hanya variabel motivasi yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada rumah sakit agar diadakan rencana pelatihan komunikasi terapeutik secara berkelanjutan bagi perawat. Selain itu, mengupayakan adanya penerapan komunikasi terapeutik perawat dengan optimal serta adanya pengawasan dari supervisor maupun kepala ruangan, dan pembinaan dari komite keperawatan bagi perawat.

The study was a quantitative cross sectional study conducted during the periodMarch 4th to March 15th 2013 and covering 114 client. The aim of the study was to determine the factors associated with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing inpatient unit.
The result was found 66,7% respondents think nurses have effectiveness communication and with the logistic regression analysis showed there was no association between age, sex, education, personality traits with patient’s perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing. It also found that there was association between motivation with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing.
This study recommends to hospital for make therapeutic communication periodic training. Besides that, seek the implementation of therapeutic communication nursing and monitoring from supervisor and the head of the room, also coaching from nursing committee for nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu
dalam melakukan interaksi. Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang Iagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut- Atau contoh lain adaiah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan inforrnasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga ksehatan tersebut.
Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada
ketidakpuasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan
tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga
kesehatan, dan Iarinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan Iainnya yang dapat
memberikan kepuasan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ayu My Lestari
"Penerapan komunikasi SBAR perawat diruangan saat serah terima belum optimal, kurang lengkapnya informasi saat operan dapat menyebabkan terjadinya miskomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan komunikasi SBAR saat serah terima diruangan. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 161 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,006), lama kerja (p-value< 0,037), sikap (p-value 0,002) dan lingkungan fisik (p-value 0,007) terhadap penerapan komunikasi SBAR diruangan. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan faktor usia, lama kerja, sikap, dan lingkungan fisik dengan penerapan komunikasi SBAR. Tidak terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan dan dukungan pepimpin dengan penerapan komunikasi SBAR. Sikap positif perawat merupakan faktor yang paling dominan dan paling berkontribusi dalam menerapkan komunikasi SBAR yang efektif (OR 2,916). Penelitian ini merekomendasikan pelaksanaan sosialisasi rutin mengenai format SBAR, peningkatan pengawasan dan supervisi ketua tim atau kepala ruangan terhadap perawat pelaksana saat serah terima pasien. Manajemen rumah sakit juga dapat memberikan reward atau penghargaan bagi perawat yang memiliki sikap positif terhadap penerapan komunikasi SBAR. Tersedianya format SBAR yang memadai sehingga mengurangi hambatan dalam pelaksanaan komunikasi.

The application of SBAR communication for nurses during handover is not optimal, incomplete information during passes can cause miscommunication. This study aims to determine the factors that influence nurses in implementing SBAR communication during handover. This cross-sectional study was conducted on 161 respondents with a sampling technique using purposive sampling. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between age (p-value 0.006), length of work (p-value 0.037), attitude (p-value 0.002) and physical environment (p-value 0.007) to the application of SBAR communication. The conclusion of the study is that there is a relationship between age, length of work, attitude, and physical environment with the application of SBAR communication. There is no relationship between education level and leadership support factors and the application of SBAR communication. The nurse's positive attitude is the most dominant and most contributing factor in implementing effective SBAR communication (OR 2.916). This study recommends the implementation of routine socialization regarding the SBAR format, increased supervision and supervision of the team leader or head of the room to the implementing nurse during patient handover. Hospital management can also provide rewards or rewards for nurses who have a positive attitude towards the implementation of SBAR communication. The availability of an adequate SBAR format so as to reduce obstacles in the implementation of communication."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>