Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuartri Puspita Arum
"ABSTRAK
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai  mundur antara 50-300 meter ke arah.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat  multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda),  sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan.  Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.

ABSTRACT
Karawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Efizon
Pekanbaru: UR , 2010
333.916 DEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irianadiningrat Herawati Perez
"Indonesia merupakan negara kedua dengan garis pantai terpanjang setelah Kanada sepanjang 81.000 km (Dep. Kelautan RI, 2002). Wilayah pesisir pantai Utara Kabupaten Subang mengalami degradasi fisik pesisir akibat alih fungsi lahan dari mangrove menjadi tambak sehingga memberikan pengaruh terhadap garis pantai (Kalther, J. dan Itaya, A., 2020). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi di pesisir Kabupaten Subang dan hubungannya terhadap faktor pendorong baik hidro-oseanografi maupun antropogenik pada periode tahun 2004 – 2022. Metode analisis Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menghitung perubahan garis pantai, klasifikasi terbimbing maximum likelihood untuk mengetahui jenis tutupan lahan di pesisir Kabupaten Subang dan uji regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa pesisir Kabupaten Subang mengalami dominasi abrasi terbesar sejauh 1,9 km dan akresi terbesar sejuah 1,48 km. Perubahan garis pantai signifikan disebabkan karena perubahan luasan hutan mangrove dan keberadaan muara sungai dengan interpretasi korelasi yang sangat kuat dan memiliki hubungan yang searah, kecuali variabel gelombang.

Indonesia is the second country with the longest coastline after Canada with a length of 81,000 km (Dep. of Maritime Affairs, 2002). The northern coastal area of Subang Regency is experiencing coastal physical degradation due to the conversion of land from mangroves to ponds so that it has an influence on the coastline (Kalther, J. and Itaya, A., 2020). This study was conducted to determine the coastline changes that occur on the coast of Subang Regency and their relationship to the driving factors both hydro-oceanographic and anthropogenic in the period 2004 – 2022. The Digital Shoreline Analysis System (DSAS) analysis method is used to calculate shoreline changes, guided classification maximum likelihood to determine the type of land cover on the coast of Subang Regency and multiple linear regression test to determine the relationship between variables. The results of the analysis showed that the coast of Subang Regency experienced the largest abrasion dominance as far as 1.9 km and the largest accretion as far as 1.48 km. Significant shoreline changes are caused by changes in mangrove forest area and the presence of river estuaries with a very strong correlation interpretation and has a unidirectional relationship, except for the wave variable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Gustini
"Lokasi penelitian ini terletak di pesisir barat Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi yang memiliki berbagai macam pola lanskap pesisir. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik fisik dari bentuk medan, bentuk lahan, penggunaan tanah dan aspek sosial dengan menggunakan model Wilayah Tanah Usaha WTU. Penelitian ini mengkaji lanskap pesisir yang dipengaruhi oleh bentuk lahan, bentuk medan, penggunaan tanah serta aspek sosial ekonomi yakni pola tanam dan menghubungkan dengan Wilayah Tanah Usaha WTU. Data penelitian diperoleh melalui observasi lapang dan wawancara dengan petani setempat. Analisis spasial dan deskriptif dilakukan dengan metode overlay dan penampang melintang.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pola lanskap pesisir di Kecamatan Simpenan didominasi dengan bentuk medan berbukit-pegunungan sekitar 60,1 dari total luas wilayah, bentuk lahan perbukitan lipatan kompleks sekitar 30,6 dari total luas wilayah, penggunaan tanah kebun atau perkebunan sekitar 30,1 dari luas wilayah dan pola tanam padi satu kali dalam setahun. Pola lanskap pesisir pada umumnya masih sesuai dengan model WTU tetapi terdapat beberapa lokasi yang tidak sesuai yakni pada model WTU terbatas 2 yang terdapat penggunaan tanah kebun atau perkebunan.

Located in west coast of Java, Simpenan Subdistrict at Sukabumi District has variety of coastal landscape. The main objective of this research to identification landform charateristics for landscape and also identify land use using Suitable Farming Area WTU . This research examines coastal landscape that affected by landforms that consist of relief, landuse, social aspect which is cropping pattern and analyze with the model of Land Utility Area. Spatial and descriptive analysis was carried out in this study by overlay and cross section analysis method.
The result of this research indicates that coastal landscape pattern in Simpenan Subdistrict is dominated by mountainous hilly terrain around 60,1 from total area, hilly terrain shape about 30,6 from total area, land use of mixed garden use 30,1 of the area and rice cropping pattern once a year. The coastal landscape pattern is generally still in accordance with the Land Utility Area model but there are some unsuitable located in the second restricted area which is the land use of mixed garden.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah
"Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis karena mengalami dua proses yaitu alami dan non alam. Proses alam seperti gelombang dan pasang surut serta proses non alami aktivitas manusia dapat merubah garis pantai pada pesisir pantai. Aktivitas manusia banyak dilakukan di wilayah pesisir termasuk reklamasi pelabuhan. Wilayah pesisir Cirebon merupakan salah satu wilayah yang mengalami penambahan lahan dan pengurangan lahan yang menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai. Adapun ekosistem yang berada di Pesisir mengalami perubahan. Hal tersebut dapat menimbulkan perubahan luas lahan yang terjadi secara temporal dari tahun 2009 hingga 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan garis pantai dan ekosistem pada tahun 2009 dan 2020 dengan mengetahui luas abrasi, akresi dan perubahan ekosistem yang terjadi. Interpretasi citra merupakan salah satu cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi di wilayah pesisir dengan menggunakan citra Landsat 8 OLI dan Landsat 5TM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis spasial untuk menggambarkan wilayah dan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan perubahan luas. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan luas lahan yang didominasi penambahan lahan atau akresi dengan luas 862.27 Ha dan abrasi 124.81 Ha. Adapun faktor yang memengaruhi garis pantai Pesisir Cirebon yaitu arus laut. Perubahan ekosistem terjadi pada Pesisir Cirebon mengalami penamban lahan berupa hutan mangrove

The coastal area is a very dynamic area because it experiences two processes, namely natural and non-natural. Natural processes such as waves and tides as well as non-natural processes of human activity can change the shoreline on the coast. Human activities are mostly carried out in coastal areas including port reclamation. The coastal area of Cirebon is one of the areas that has experienced additional land and land reduction which causes changes in the coastline. The ecosystems that are on the coast are experiencing changes. This could lead to changes in land area that occurred temporally from 2009 to 2020. The purpose of this study was to analyze changes in coastlines and ecosystems in 2009 and 2020 by knowing the extent of abrasion, accretion and changes in the ecosystem that occurred. Image interpretation is one way to determine changes that occur in coastal areas using Landsat 8 OLI and Landsat 5TM imagery. The method used in this research is spatial analysis and quantitative descriptive analysis. Spatial analysis to describe areas and quantitative descriptive to explain changes in area. The results of this study were changes in land area which were dominated by land additions or accretions with an area of 862.27 hectares and 124.81 hectares of abrasion. The factors that affect the coastline of Cirebon Coast are sea currents. Changes in the ecosystem occurred on the Cirebon Coast, experiencing land expansion in the form of mangrove forests"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuncoro Teguh Setiawan
"Penentuan satellite derived bathymetry (SDB) punya arti penting bagi Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu 108.000 km. Garis pantai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan wilayah pesisir. Pemodelan koefisien atenuasi ini dilakukan pada wilayah pesisir dengan kedalaman maksimum 30 m. Ketersediaan informasi SDB di area pesisir menjadi suatu kebutuhan untuk mendukung manajemen sumberdaya pesisir. Hingga kini penentuan SDB yang berkembang dengan menggunakan metode empirik. Penelitian ini bertujuan untuk membangun metode penentuan koefisien atenuasi pengukuran, pemodelan koefisien atenuasi inherent optical properties (IOP), penentuan SDB metode semi-analitik dan peningkatan resolusi spasial hasil SDB. Penelitian dilakukan di Pulau Karimunjawa, Pulau Bawean dan Kepulauan Seribu. Data yang digunakan yaitu data satelit, data kualitas air dan data spektral. Data satelit terdiri dari SPOT 7 tanggal 8 Mei 2017 untuk Pulau Karimunjawa, SPOT 6 tanggal 31 Maret 2015 untuk Pulau Bawean dan SPOT 6 tanggal 15 Mei 2017 untuk Kepulauan Seribu. Data kualitas air meliputi klorofil-a, total suspended solid dan color dissolve organics matters. Data spektral yaitu downwelling irradiance, upwelling radiance dan sky radiance. Metode penentuan koefisien atenuasi menggunakan apparent optical properties. Pemodelan koefisien atenuasi IOP menggunakan lima algoritma yaitu Gordon, Kirk, Morel, Lee, dan Simsha. Penentuan SDB menggunakan metode semi-analitik. Peningkatan resolusi spasial SDB menggunakan metode integrasi digital elevation model. Hasil penentuan koefisien atenuasi dari ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa parameter klorofil-a yang paling dominan berpengaruh. Hasil koefisien atenuasi di Pulau Karimunjawa menunjukkan nilai terendah yaitu sebesar 0,0867 hingga 0,5223, diikuti Pulau Bawean dan Kepulauan Seribu. Model koefisien atenuasi terbaik untuk daerah pesisir Laut Jawa merupakan adaptasi dari algoritma Gordon. Hasil SDB menunjukkan bahwa kanal biru paling optimal, karena kanal ini merupakan kanal yang memiliki panjang gelombang terpendek sehingga paling sensitif untuk objek perairan, yaitu mencapai 37,2 m di Pulau Karimunjawa. Integrasi DEM meningkatkan resolusi spasial SDB citra SPOT menjadi 3 m. Hasil SDB dengan metode semi-analitik menunjukkan pengurangan eror 33,25 % dibandingkan metode SDB empirik.

Determining satellite derived bathymetry (SDB) is important for Indonesia, which has the second longest coastline in the world, namely 108,000 km. The coastline is an inseparable part of the coastal area. This attenuation coefficient modeling was carried out in coastal areas with a maximum depth of 30 m. The availability of SDB information in coastal areas is a necessity to support coastal resource management. Until now, SDB determination has been developed using empirical methods. This research aims to develop a method for determining the measurement attenuation coefficient, modeling the inherent optical properties (IOP) attenuation coefficient, determining SDB using semi-analytic methods and increasing the spatial resolution of SDB results. The research was conducted on Karimunjawa Island, Bawean Island and the Seribu Islands. The data used are satellite data, water quality data and spectral data. Satellite data consists of SPOT 7 dated 8 May 2017 for Karimunjawa Island, SPOT 6 dated 31 March 2015 for Bawean Island and SPOT 6 dated 15 May 2017 for the Kepulauan Seribu. Water quality data includes chlorophyll-a, total suspended solids and color dissolved organics matters. Spectral data are downwelling irradiance, upwelling radiance and sky radiance. The method for determining the attenuation coefficient uses apparent optical properties. IOP attenuation coefficient modeling uses five algorithms, namely Gordon, Kirk, Morel, Lee, and Simsha. Determination of SDB using semi-analytic methods. Increasing SDB spatial resolution using digital elevation model integration methods. The results of determining the attenuation coefficient from the three research locations show that the chlorophyll-a parameter has the most dominant influence. The results of the attenuation coefficient on Karimunjawa Island show the lowest value, namely 0.0867 to 0.5223, followed by Bawean Island and the Seribu Islands. The best attenuation coefficient model for the Java Sea coastal area is an adaptation of the Gordon algorithm. The SDB results show that the blue channel is the most optimal, because this channel has the shortest wavelength so it is the most sensitive for water objects, reaching 37.2 m on Karimunjawa Island. DEM integration increases the SDB spatial resolution of SPOT imagery to 3 m. SDB results using the semi-analytic method show an error reduction of 33.25% compared to the empirical SDB method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufidah Tartila
"Lanskap suatu wilayah selalu bersifat dinamis karena tidak terlepas dari aktivitas alam dan manusia yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan lanskap sejak tahun 2010 hingga 2018 yang dikaitkan dengan kejadian bencana alam.Wilayah pesisir menjadi target kajian mengenai perubahan lanskap akibat bencana alam. Lokasi penelitian ini terletak di Kota Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang dikenal dengan kondisi geomorfologi yang bervariasi, juga dikenal dengan daerah yang telah banyak terjadi bencana alam meliputi banjir rob, banjir bandang, dan longsor. Pengolahan data dilakukan dengan aplikasi ArcGIS 10.4.1 dan ENVI 5.1, serta dilakukan verifikasi data dengan melaksanakan survei lapangan. Metode yang digunakan adalah analisis overlay yang dijelaskan secara spasial dan deskriptif. Lanskap Kota Pelabuhanratu didominasi oleh bentuk lahan lereng vulkanik dan penutup lahan vegetasi. Total luas wilayah yang mengalami perubahan lanskap akibat bencana adalah sebesar 4,08 km2 dari keseluruhan luas 91,90 km2, dan sebagian besar perubahan terdapat pada perbandingan luas penutup lahan.

The concept of landscape is known to be always changing dynamically because of its attachment to natural and human activities that continue to grow over time. The purpose of this study is to identify landscape changes from 2010 to 2018 which are associated with natural disaster events. Coastal area is the study target on landscape changes due to natural disasters. The research took place in Pelabuhanratu District, Sukabumi Regency which is known for its varied geomorphological form and its natural disaster events occurance including coastal floods, flash floods, and landslides. The research data was proccessed using ArcGIS 10.4.1 and ENVI 5.1 softwares. Data verification was done by field surveys in the study area. The method of this study is an overlay analysis and explained in the term of spatial dan descriptive concept. The landscape of Pelabuhanratu District is dominated by volcanic landforms and vegetation cover. The total area experiencing landscape changes due to natural disasters is 4.08 km2 of the disrtict area of 91.90 km2 and major changes are involving alteration of land cover area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Azri Kurniawan
"Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, mengalami abrasi dan akresi secara cukup signifikan. Abrasi dan akresi merupakan dua proses geologis yang terjadi di permukaan bumi dan umumnya terkait dengan erosi tanah. Ekosistem mangrove, sebagai bagian dari ekosistem pesisir, memainkan peran penting dalam mengurangi abrasi dan akresi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perubahan garis pantai selama 10 tahun terakhir (2003-2023) yang dipengaruhi oleh ekosistem mangrove. Metode yang digunakan melibatkan Remote Sensing dan GIS dengan data dari citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2003, Landsat 8 OLI/TRS tahun 2013, dan Landsat 8 OLI/TRS tahun 2023. Pengolahan data dilakukan menggunakan ArcGIS 10.8 dan Google Earth Pro. Analisis perubahan garis pantai menggunakan DSAS, sementara perubahan ekosistem mangrove dievaluasi dengan metode NDVI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2003 dan 2013, dominasi abrasi terjadi bersamaan dengan penurunan luas ekosistem mangrove. Sebaliknya, antara tahun 2013 dan 2023, dominasi akresi terkait dengan peningkatan luas ekosistem mangrove. Analisis statistik menunjukkan bahwa penurunan luas mangrove memiliki dampak sekitar 40,7% terhadap luas abrasi, sementara peningkatan luas mangrove memiliki dampak sekitar 35,6% terhadap luas akresi. Secara spasial, penurunan dan peningkatan luas mangrove berkorelasi dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

The Northern Coastal Area of Juntinyuat Subdistrict, Indramayu Regency, which directly faces the Java Sea, experiences significant abrasion and accretion. Abrasion and accretion are two geological processes that occur on the Earth's surface and are generally related to soil erosion. The mangrove ecosystem, as part of the coastal ecosystem, plays a crucial role in reducing abrasion and accretion. This research aims to understand changes in the coastline over the past 10 years (2003-2023) influenced by the mangrove ecosystem. The methodology involves Remote Sensing and GIS using data from Landsat 7 ETM+ satellite imagery in 2003, Landsat 8 OLI/TRS in 2013, and Landsat 8 OLI/TRS in 2023. Data processing is carried out using ArcGIS 10.8 and Google Earth Pro. Coastline change analysis employs DSAS, while mangrove ecosystem changes are evaluated using the NDVI method. The research results indicate that between 2003 and 2013, the dominance of abrasion coincided with a decrease in the mangrove ecosystem's area. Conversely, between 2013 and 2023, the dominance of accretion was associated with an increase in the mangrove ecosystem's area. Statistical analysis shows that the decrease in mangrove area has an impact of approximately 40.7% on the abrasion area, while the increase in mangrove area has an impact of around 35.6% on the accretion area. Spatially, the decrease and increase in mangrove area correlate with changes in abrasion and accretion areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Satria
Jakara: Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
303.4 ARI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fikri Ihsan
"Wilayah Pesisir di Kabupaten Karawang memiliki garis pantai yang panjang dari barat hingga ke timur. Panjang garis pantai karawang yang membentang dari barat hingga timur berhadapan langsung dengan laut jawa. Hal ini menjadikan garis pantai di Kabupaten Karawang rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses abrasi atau karena proses akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang pasti terjadi pada pantai, tetapi kejadian dapat dipercepat dengan faktor aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang terjadi akibat proses abrasi dan proses akresi terhadap perubahan luas penutup lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan dua jenis citra, yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan periode tahun 1998-2008 dan 2008-2018. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu Spatial Temporal dengan membandingkan luas perubahan garis pantai abrasi, akresi dan luas penutup lahan yang terjadi dalam dua periode tahun berbeda yaitu tahun 1998-2008 dan 2008-2018.

The coastline area in the Karawang district has a long shoreline that stretches from west to east. The length of the Karawang shoreline directly faces the java sea. This makes the shoreline in Karawang district susceptible to the shoreline changes either in the abrasion process or accretion process. Abrasion and accretion are natural phenomena that will occur from the shore, but this can be accelerated by human activities. The purpose of this research was to analyze the effect of shoreline changes that occur due to abrasion and accretion processes on changes in land cover in the coastline area of Karawang district. This research used two types of images, Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI/TIRS. The method of this research was using Spatial-Temporal by comparing the area of shoreline changes in abrasion, accretion, and land cover area which occurred in two different periods of time which was in 1998-2008 and 2008-2018."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>