Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anderson, Shauna C.
Philadelphia: W.B. Saunders, 1993
616.075 6 AND c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Richterich, Rene
New York: John Wiley & Sons, 1978
616.075 RIC c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Buttaro, Terry Mahan
St. Louis: Mosby , 2006
616.075 BUT c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nietzel, Michael T.
New Jersey: Prentice-Hall, 1998
616.89 NIE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Neal, M. J.
"This work explains the mechanisms involved in pharmacological processes and covers the mode of action and effects of drugs in clinical medicine."
Jakarta: Erlangga, 2006
615.1 NEA mt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Mardy Fitria
"Peptic ulcer atau ulkus peptikum adalah defek pada dinding mukosa lambung atau duodenum yang meluas melalui mukosa muskularis ke lapisan submukosa yang lebih dalam. Dalam penanganan ulkus peptikum di rumah sakit, perlu dimiliki clinical pathway terkait ulkus peptikum dimulai dari diagnosis hingga pemilihan terapi untuk pasien. Pembuatan clinical pathway dan algoritma terapi pengobatan ulkus peptikum di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) harus menyesuaikan dengan obat-obatan yang digunakan di RSUI. Obat antisekresi yang digunakan untuk penyakit ulkus peptikum termasuk antagonis reseptor H2 dan proton pump inhibitor (PPI). Algoritma terapi diawali dengan diagnosis saat pasien datang. Khusus untuk pasien lanjut usia perlu dilakukan endoskopi untuk mengetahui status ulkus. Setelah diagnosis ditegakkan maka pengobatan ulkus peptikum dilakukan mengikuti dengan regimen terapi ulkus. Tidak ada perbedaan pada pemilihan terapi ulkus peptikum untuk pasien anak, dewasa, dan lanjut usia. Ulkus peptikum memiliki beragam pilihan terapi yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien. Obat golongan Antagonis reseptor H2 lebih sesuai diberikan kepada pasien yang sedang menjalani terapi menggunakan clopidogrel karena memiliki risiko pendarahan yang lebih kecil sementara obat golongan Proton Pump Inhibitor lebih sesuai diberikan kepada pasien dengan pH lambung yang rendah karena memiliki kemampuan supresi asam yang lebih baik.

Peptic ulcer or peptic ulcer is a defect in the mucosal wall of the stomach or duodenum that extends through the muscularis mucosa into the deeper submucosal layers. In treating peptic ulcer in a hospital, it is necessary to have a clinical pathway related to peptic ulcer starting from diagnosis to selecting therapy for the patient. The creation of clinical pathways and therapeutic algorithms for treating peptic ulcers at the University of Indonesia Hospital (RSUI) must adapt to the drugs used at RSUI. Antisecretory drugs used for peptic ulcer disease include H2 receptor antagonists and proton pump inhibitors (PPIs). The therapy algorithm begins with a diagnosis when the patient arrives. Especially for elderly patients, endoscopy is necessary to determine the status of the ulcer. After the diagnosis is established, the treatment of peptic ulcer is carried out following the ulcer therapy regimen. There was no difference in the choice of peptic ulcer therapy for pediatric, adult, and elderly patients. Peptic ulcers have a variety of therapeutic options that can be used according to the patient's condition. H2 receptor antagonist drugs are more suitable for patients who are undergoing therapy using clopidogrel because they have a smaller risk of bleeding while Proton Pump Inhibitor class drugs are more suitable for patients with low gastric pH because they have better acid suppression capabilities.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fletcher, Robert H.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press , 1991
614.4 FLE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dahlan Adi
"Tingginya tingkat kesalahan petugas laboratorium dalam memeriksa mikroskopis tb positif akan memberi dampak tingginya kesalahan diagnosis penyakit tuberculosa di kota Pontianak dan sekitarnya.
Kompetensi tehnis dan keterampilan dalam pelayanan laboratorium khususnya mikroskopis tb harus dikuasai, disamping faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Sampel penelitian ini berjumlah enam puluh satu orang dengan lokasi dan latar belakang yang berbeda.
Kemudian dilakukan analisa dengan univariat, bivariat dengan menggunakan tabel silang dan dilanjutkan dengan multivariat
Hasil dari penelitian ini variabel yang berhubungan dan bermakna serta predominan ierhadap keterampilan petugas adalah lingkungan kerja.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah 54.1 % tingginya tingkat kesalahan petugas dalam pemeriksaan mikroskopis tbc,
Diharapkan saran untuk meningkatkan keterampilan petugas laboratorium dalam pemeriksaan mikroskopis the berupa peningkatan lingkungan kerja petugas laboratorium agar program penanggulangan tb berhasil.
Daftar pustaka: 53 ( 1974 --1999)

Factors in Relation to The Skill of The Laboratory Officers of The Public Health Centre in Investigating Positive Microscopic TB in Pontianak Municipality and Surrounding.The heigh of the level of fault of the laboratory in investigating positive microscopic tb should be out come diagnosis tuberculosis high fault in the city of Pontianak and surrounding.
For this purpose technical competency and skill in laboratory service especially in investigating positive microscopic the should be well powered beside the factor related to the skill in question.
The number of officers joining this research are of sixty one persons with, different location and backround.
Afterwards an analysis is carried out with univariat, bivariat by using crosstable and continued with multivariat.
The result of this shows variable relating and meaningful and predominant againts the officers skills re work environment.
The conclusion of this research is that the error degree is still high in the microscopic positive tb investigation, it is 54.1 %. Suggestion is expected to increase the skill of the laboratory offcers in investigating microscopic the in the form of through laboratory officers increasing work environment, so that the overcoming program sucesed.
Reference : 53 ( 1974 -- 1999 )"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenina Akmal
"Ibu hamil suku Sentani dan Implikasi dari sosial budaya yang mempengaruhi perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas (Studi kasus di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura,lrian Jaya). Dr. Firman Lubis, MPh sebagai pembimbing pertama, Dra. Agustin D. Sukarlan, Msi. sebagai pembimbing kedua. Program Studi Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi ibu hamil dan anaknya oleh pemerintah dan masyarakat melalui BKIA mulai tahun 1950-an, puskesmas mulai tahun 1973 pads setiap kecamatan, bahkan posyandu pada setiap kelurahan/desa. Selain itu, juga telah dilakukan upaya melalui konstitusi yakni pads pasal 13 dan 14 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, serta adanya hak-hak reproduksi perempuan yang tercantum dalam ICPD (International Conference of Population Development) pada tahun 1994. Namun, berbagai upaya itu tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Hal itu terbukti dengan tidak turunnya AKI (Angka Kematian Ibu Melahirkan) di negara kita yang secara nasional tetap berkisar dalam angka 390/100.000 kelahiran, bahkan di propinsi paling timur yakni Provinsi Irian Jaya (Papua) diperkirakan AKI 700/100.000 kelahiran. Dan berbagai tulisan diketahui bahwa AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: derajat kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil (antenatal care) serta faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang perilaku ibu hamil suku Sentani dalam memanfaatkan pelayanan program KIA di Puskesmas yang dikaitkan dengan Implikasi dari sosial budaya setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Sentani, yang memakai sistem kekerabatan patrilineaI, secara nyata menunjukkan adanya budaya patriarki hingga dewasa ini. Aturan adat telah menempatkan perempuan Sentani pada posisi yang sangat tidak berdaya, sehingga tidak wemiliki otonomi bagi dirinya, baik sewaktu dalam kekuasaan orang tua, ketika masih berstatus sebagai anak maupun setelah menjadi istri yang berada dalam kekuasaan suami. Kondisi itu dimungkinkan karena adanya sistem mas kawin dalam perkawinan adat yang berlaku hingga saat ini, dan masih harus berperan dalarn wilayah publik untuk berkebun dan bejualan di pasar. Dengan demikian, beratnya beban kerja, kemiskinan yang berakar, kurangnya dukungan suami untuk memotivasi ibu hamil untuk melakukan antenatal care di puskesmas, serta kurangnya kemauan para suami untuk mengerjakan pekerjaan domestik, pengetahuan warisan yang diperoleh dari nenek, ibu atau kerabat perempuannya serta peran mama dukun (dukun beranak), telah mengkondisikan pilihan yang paling baik untuk ibu hamil guna memeriksakan kandungan dan mempercayakan persalinan kepada mama dukun (dukun beranak).
Sayangnya puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah dalam pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan BMA, tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, khususnya ibu hamil. Pola kerja tenaga medik (Bidan) yang menganggap pasien (ibu hamil) hanya sebagai objek dan kurangnya upaya membina hubungan interpersonal dengan pasien serta kurangnya sensitivitas terhadap budaya setempat, menjadi penyebab buruknya kondisi. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya penghargaan pemerintah terhadap bidan serta kurangnya dana operasional. Kondisi puskesmas lebih buruk lagi dengan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan perempuan Sentani. Semuanya itu membuat ibu bumil suku Sentani enggan datang ke puskesmas untuk memeriksakan kandungannya atau untuk bersalin.
Dalam meneliti, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai teknik mengumpulkan data, sedangkan sebagai pendukung digunakan teknik observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Irian jaya. Subjek penelitian adalah ibu hamil suku Sentani ataupun pernah hamil dan melahirkan dan berdomisili di lokasi penelitian. Di samping itu, wawancara juga dilakukan dengan suami dari responder, mama dukun, tokoh masyarakat serta tenaga medis yang menjadi responden pendukung. "
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sarah Akbari
"Kanker adalah suatu penyakit yang belum dapat sepenuhnya disembuhkan. Kanker dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian serta kemiskinan bagi penderita tersebut dan keluarganya akibat biaya pengobatan yang tinggi.
Seberapa penelitian telali membuktikan bahwa shining kesehatan - seperti pemeriksaan petanda tumor - pada pasien asimtomatik sebagai komponen untuk diagnosis dini dan pengobatan yang tepat akan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta dapat membantu untuk menurunkan biaya. Petanda tumor adalah pemeriksaan laboratorium yang berperan dalam setiap langkah pengawasan dan penataiaksanaan kanker sehingga selayaknya menjadi pemeriksaan yang dominan di pusat pelayanan kanker seperti RSKD.
Namun dalam prakteknya, pemeriksaan petanda tumor di RSKD hanya kurang dari 6.45% dari total pemeriksaan laboratorium klinik RSKD pada tahun 1999 dan 2000.
Dalam hal ini rujukan dokter adalah komponen terpenting dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan penunjang yang tersedia dalam rumah sakit, termasuk pelayanan laboratorium untuk petanda tumor ini.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dokter dalam memanfaatkan pelayanan pemeriksaan petanda tumor pads pasien kanker di RSKD.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran dan fungsi belum seluruhnya diketahui semua dokter, status sosial ekonomi, berhubungan dengan tarif pemeriksaan dan sumber pembiayaan menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan dokter dalam memanfaatkan pelayanan ini dan kegiatan pemasaran untuk menjaring pelanggan luar dalam wilayan pelayanan RSKD belum dilakukan. Untuk itu, disarankan pengadaan pelatihan peran dan manfaat petanda tumor, peninjauan kembali terhadap penetapan harga serta melakukan kegiatan pemasaran baik di dalam maupun di luar lingkungan RSKD.

Doctor's Consideration Factors In Utilizing Tumor Marker Tests in Clinical Pathology Laboratory at Dharmais Cancer Hospital.Cancer is a disease that is not 100% curable. It can result in disability or death for a patient and its high cost of treatment can be a serious financial burden for a patient and their family.
Studies have proven that screening - such as tumor marker screening - in asymptomatic patients as a tool for early diagnosis and prompt treatment, can decrease morbidity and mortality rates and can help to reduce the overall treatment cost involved. Tumor marker testing can be used in every step in assessing patients with cancer so it would be expected that tumor marker testing would be a dominant laboratory test in a cancer center like . However, in 1999 and 2000, tumor marker tests represented only 6.45% of total laboratory testing undertaken.
Doctor referral is the most important component affecting demand for ancillary services at hospitals, including demand for laboratory services and tumor marker tests.
This research is a qualitative research with a case study approach to analyze factors that are considered by treating doctors in utilizing tumor marker tests.
It is found that not every doctor knows precisely the important role of tumor marker tests in assessing cancer disease. The social economic status of the patient together with the cost of the test and payment resources available to the patient are the major factors considered by a doctor before referring a patient for a tumor marker test. There has not been any education or marketing program undertaken to promote the utilization of this service within the hospital or to doctors outside of the hospital who may be a source of referrals for the hospital's laboratory.
Based on these findings, it is recommended education be provided to doctors treating within the hospital on the role and benefits of tumor marker testing and that the hospital consider marketing the benefits .of tumor marker testing to doctors treating within the hospital's catchment area. The hospital could also review the pricing of the tests as a means of increasing utilization.
Bibliography : 22 (1987 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>