Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
The Hague: W. van Hoeve, 1958
307.76 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Susilawati
"Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai Fasilitator Pembangunan dan Keikutsertaan Masyarakat dan dalam Persiapan Pelaksanaan Proses Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi (Studi Kasus di Kelurahan Cimuning Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi). Penelitian ini penting mengingat salah satu perubahan yang mendasar di era reformasi ini adalah perubahan relasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Perubahan yang didorong oleh paket kebijakan desentralisasi yang digebut UU Otonomi Daerah seharusnya diikuti oleh perubahan kelembagaan dan paradigma penyelenggara pemerintahan. Perubahan sistem dari sentralistik ke desentralistik haruslah diikuti oleh perubahan watak penyelenggara pemerintahan dari birokratis menjadi partisipatif. Oleh sebab itu aparat pemerintah seharusnya menyadari bahwa partisipasi masyarakat harus dijadikan arus utama dalam seluruh kegiatan penyelenggaraan kepemerintahan maupun pembangunan.
Dalam upaya mengikutsertakan masyarakat pada persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan diperlukan fasilitator yang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik (educator) dan pemercepat terjadinya pembahan di masyarakat (enabler). Sebagai educaror dan enabler seorang fasilitator harus membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka dan mengidentifikasikan masalah masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif diperoleh melalui proses studi kepustakaan wawancara dengan informan, dan observasi Iapangan. Selama dilakukan penelitian, pemilihan informan dilakukan dengan purposif dan Snowball sampling, dimana informan yang dipilih secara purposif sampling yaitu 2 (dua) orang fasilitator pembangunan, memberikan data informan berikutnya atau informan lanjutan yaitu dari pihak masyarakat sipil yang akan memberikan inforrnasi Ianjutan yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain dua orang fasilitator, informan yang dipilih secara purposif sampling juga adalah pihak aparat Kelurahan Cimuning yaitu Lurah dan Kasi Ekbang serta perwakilan RW sebagai pihak penyelenggara kegiatan.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa, meskipun persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan diupayakan melibatkan seluruh komponen, stakeholder atau governance kelurahan, namun masih banyak pihak- pihak di luar komponen tersebut yang tidak terfasilitasi dan terwakili seperti janda miskin, kaum duafa atau masyarakat yang terpinggirkan selama ini (marginal). Dengan demikian persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan di Kelurahan Cimuning belum dapat dikatakan partisipatif karena belum melibatkan masyarakat secara luas, terutama masyarakat marginal.
Peran fasilitator pembangunan sebagai educator dan enabler, dalam membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka; mengidentifikasikan masalah mereka kurang mendukung pada persiapan pelaksanaan proses perencanaan partisipatif, karena dalam melakukan peran tersebut fasililator tidak menggunakan metode-metode atau teknik-teknik perencanaan partisipatif.
Keberadaan kelompok wanita yang tergabung dalam organisasi PKK dan kelompok pengajian ibu Cimuning, beberapa anggotanya diundang dalam rangka meningkatkan partisipasi perempuan., namun pada saat kegiatan sosialisasi kehadiran mereka berdasarkan undangan saja, hanya diam dan tidak aktif berbicara seperti pada sesi tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator. Sikap diam mereka disebabkan beberapa faktor antara lain: mereka umumnya sungkan dan malu untuk bicara di muka umum, sebagian dari mereka disibukan oleh mengurus anak-anaknya yang ikut pada saat kegiatan sosialisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Wisudawan
"ABSTRAK
Setiap kota memiliki identitas yang membuat kota tersebut berbeda dengan
kota lainnya begitu juga dengan kota Makassar. Tesis ini berfokus pada fenomenon yang
terjadi di kota Makassar, tepatnya di kawasan bersejarah kota Makassar yaitu sekitar
tengaran kota benteng Rotterdam dan lapangan karebosi. Saya melihat bahwa kawasan
yang awalnya memiliki karakter dan identitas yang cukup kuat, kini mulai pudar.
Keberagaman aktifitas membuat kawasan ini berkembang kurang terkendali dan
kehilangan nilai ? nilai pembentuk identitas. Walau dikenal sebagai kawasan sarat cerita
sejarah, namun hanya sebatas sebagai suatu artefak. Saya berpendapat ruang kota
kawasan ini perlu ditata kembali untuk membangkitkan dan menonjolkan identitas kota
Makassar, dengan cara mengembalikan sense of place kawasan. Caranya adalah melalui
integrasi tempat bertinggal dan aktifitas keseharian dengan sejarah. Dengan demikian,
identitas serta nilai dari kawasan menjadi lebih terlihat dan terasa.
Salah satu cara untuk memunculkan identitas kawasan inti kota kota Makassar
yang mulai pudar tersebut adalah dengan menilik secara mendalam rangkaian cerita,
budaya ataupun jejak-jejak historis yang berada di tempat tersebut. Sehingga nilai
sejarah yang sudah ada tidak terbatas hanya sebagai artefak mati, tapi sejarah yang
hidup dalam keseharian masyarakat kota Makassar masa kini maupun masa datang.
Saya mencoba menggali pentingnya identitas dalam sebuah kota, serta bagaimana
sejarah berperan aktif dalam pembentukan identitas kota Makassar.

ABSTRACT
Every city has unique identity that differentiate one from another. This also
applies to Makassar. This thesis focuses on a phenomenon that occurres in Makassar,
especially in the historical district of Makassar, where fortified city of Rotterdam and
Karebosi field are located. I thougt the area that originally had a strong character and
identity, now began to fade. The diversity of activities makes this region expansion
became less restrained. It also lose its values that form the identity of the city. Although
known as a region full of historical stories, it is just merely an artefact. I think the region
needs the city hall reorganized to raise and highlight the identity of Makassar to restore
regional sense of place through the integration of living quarters and the daily activities
in it with history. Thus, the identity and values of the region are becoming more visible
and pronounced.
One of the way to reveal the fading identity of the core area of Makassar is by
looking in depth series of stories, cultural, or historical traces in the place. So, the value
of the existing history is not only as a dead artifacts, but also as a living history in
everyday society for the present and future of Makassar. I tried to explore the
importance of identity in a city, and how history play an active role in the formation of
the identity of Makassar"
2016
T49357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawidya Hariani Rs
"Perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia merupakan proses dari aglomerasi ekonomi yang sangat besar dan biasanya diawali dari perkembangan meningkatnya skala produksi sektor industrI manufaktur. Aspek lokasi sangat penting dalam tahapan pembangunan ekonomi dari suatu negara. Aspek ruang memiliki dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic landscape) yang menjadi sangat penting dalam kerangka teori ekonomi pembangunan. Aspek ini dapat dianalisis dari ekonomi spasial dengan melihat dampak yang ditimbulkan dari konsenytasi ekonomi dan penduduk melalui proses aglomerasi ekonomi.
Dengan menggunakan data panel dari tahun 2000-2012 pada 27 kota besar di Indonesia, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu dari konsentrasi ekonomi dan penduduk di Indonesia. Penelitian ini juga melakukan analisis pengaruh dari aglomerasi ekonomi di wilayah perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS Panel Data untuk model konsentrasi ekonomi dan penduduk, serta GMM untuk model Pertumbuhan Ekonomi yang dipengaruhi oleh aglomerasi perkotaan di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk aglomerasi yang terjadi pada wilayah perkotaan adalah jenis lokalisasi ekonomi dan berkembang menjadi urbanisasi ekonomi. Kondisi ini didorong oleh variabel PDRB signifikan terhadap produktifitas output sebagai representasi dari konsentrasi ekonomi. Semakin ke wilayah dataran rendah/pinggir pantai maka konsentrrasi ekonomi menjadi lebih tinggi. Variabel tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan produktifitas dari modal juga memiliki hubungan yang positif dengan konsentrasi ekonomi di wilayah perkotaan Indonesia.
Konsentrasi penduduk dengan variabel city rank dipengaruhi oleh pendapatan per kapita, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan belanja pemerintah. Semakin ke Pulau Jawa maka konsentrasi penduduk perkotaan di Indonesia akan semakin tinggi. Jadi orang memilih untuk tinggal di kota karena memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, dibanding wilayah pinggiran. Kota Jakarta tetap menjadi dominasi (super primate city) baik untuk konsentrasi ekonomi maupun penduduk dibannding dengan kota lainnya di Indonesia. Model rank size menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sangat terkonsentrasi pada 3 kota utama dengan nilai koefisien paretonya dibawah 0,9.
Penduduk sangat terkonsentrasi pada kota utama (urban primacy) yakni Jakarta, Surabaya dan Bandung dimana ketiganya berada di Pulau Jawa. Distribusi ekonomi justru jauh lebih tidak merata dibanding dengan konsentrasi penduduk, karena koefisien pareto nya sebesar 0,2. Variabel aglomerasi perkotaan yakni konsentrasi ekonomi dan penduduk juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga kota akan menjadi lebih besar skala ekonominya secara terus menerus. Belanja pemerintah akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi lagi.

The development of urban areas in Indonesia is a process of agglomeration economies are very large and usually starts from the development of increased production scale manufacturing. Location is very important aspect in the stage of economic development of a country. Aspects of space as a geographic dimension and economic landscape, which became very important in terms of the theory of economic development . This aspect can be analyzed from the spatial economy by looking at the impact of economic and population concentration through the process of agglomeration economies.
By using panel data from the years 2000-2012 in 27 major cities in Indonesia , the study aims to look at the determinants of economic concentration and the population in Indonesia . This study was also conducted an analysis of the effects of economic agglomeration in urban areas to the economic growth . This study uses panel data OLS estimates for the concentration of economic and population models , as well as the GMM for Economic Growth models are affected by urban agglomeration in Indonesia.
The results showed that the shape of agglomeration occurs in urban areas is a kind of economic localization and urbanization evolved into the economy. This condition is driven by the GDP variable significantly to productivity output as the representation of economic concentration . The more to the lowlands / beachside then economic concentration becomes higher .Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with the concentration of the economy in the region. The more to the lowlands / beachside then konsentrrasi economy becomes higher. Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with economic concentration in urban areas of Indonesia.
The concentration of residents with city rank variables influenced by income per capita, population , population density and government spending . Getting to the island of Java , the concentration of urban population in Indonesia will be higher. So people choose to live in the city because it has a chance to earn a larger income , compared to a suburb. Jakarta city remains a domination ( super primate city ) for both economic and population concentration than with other cities in Indonesia . The model shows that the rank size of the Indonesian population is highly concentrated in three major cities with pareto coefficient below 0.9 .
Residents are concentrated in major cities (urban primacy ) namely Jakarta , Surabaya and Bandung which three are located in Java Economic distribution is far more uneven than the concentration of population , because of its Pareto coefficient of 0.2. Variable urban agglomeration namely economic and population concentration also has a significant relationship to economic growth , so that the city will be greater economies of scale continuously. Government spending will drive economic growth rate towards higher again."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Nuansa Atfhiyah
"Teritori berkaitan dengan bagaimana sebuah space dan place terdefinisi oleh boundary yang ada dan sangat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Kehidupan bertetangga di area kampung kota sangat berbeda dibandingkan dengan kehidupan bertetangga pada jenis pemukiman lain karena terdapat intensitas interaksi yang lebih sering dikarenakan jarak rumah yang saling berdekatan, hubungan kekerabatan yang dekat dan seringnya melakukan aktivitas yang sama pada waktu yang sama. Fenomena tersebut akan berpengaruh pada pembentukan territorial masing-masing rumah dan hierarki teritori yang ada.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Jalan Wadas Kramatjati, sebuah territorial terbentuk dari keberadaan boundary fisik yang membatasi dan membedakan territorial satu dan yang lainnya. Keberadaan boundary non fisik mempengaruhi territorial yang ada secara temporer berdasarkan aktivitas yang sedang terjadi, keberadaannya dapat memperluas atau mempersempit territorial. Hierarki yang tercipta sesuai dengan prinsip asimetri dan tercipta karena hubungan vertical yang terjadi antar teritori, yaitu seseorang harus rumah keluar menuju tingkatan teritori yang lebih rendah untuk masuk ke dalam teritori tetangganya yang berada.

Territory associated with space and place defined by existing boundaries and daily activities. Kampong is very different from other types of settlements because there are more interaction between people and they do their activities together in the same time frequently, and also the minimum distances between their houses which is very close. This phenomenon will affects in how territorial and hierarchy of territory formed.
According to the observation result on Wadas Street Kramatjati, a territorial formed by the existence of physical boundaries. This boundaries mark off one territorial from another. The existence of non physical boundaries affect territorial temporary, these boundaries can expand or narrow the territorial. The existing territorial hierarchy based on asymmetry principle. Asymmetry principle occurs because of vertical relation between the territories. This relation makes people go down to the lower territory to enter another level of territory.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chelsea Aulia Yasazahara
"ABSTRACT
Kampung kota identik dengan penataan wajah atau image pemukimannya yang terkesan berantakan dan kumuh, namun berada diwilayah perkotaan dan menghiasi wajah pinggiran kota. Kampung kota menjadi kawasan pemukiman bagi sebagian besar penduduk yang secara ekonomi berpenghasilan menengah kebawah yang bekerja di perkantoran yang berada di wilayah pusat bisnis kota. Pesatnya arus urbanisasi yang tidak diimbangi dengan kemampuan yang memadai, menambah padat rupa kampung kota. Urbanisasi yang terjadi secara menyebar tanpa pola telah menjadikan persebaran acak mewarnai wajah kampung kota. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi pada kawasan tersebut. Namun dampak yang jelas terlihat yaitu terjadinya keacakan kondisi spasial pada kawasan tersebut. Tanpa disadari keacakan yang terjadi ternyata tidak sepenuhnya tidak beraturan, namun terdapat pola di dalamnya yang mendefinisikan ruang kampungkota.

ABSTRACT
The urban village is identical to the arrangement of the face or the image of the settlement that seems messy and slums, but is located in the urban area and adorns the face of the suburbs. The urban village is a residential area for most of the economically middle-income people who work in offices located in the city's central business district. The rapid flow of urbanization that is not matched by adequate capabilities, adds to the dense urban village. Urbanization that occurs in a spread without patterns has made the random distribution color the face of the city village. This causes acculturation in the area. But the obvious impact is the occurrence of randomness of spatial conditions in the region. Unconsciously the randomness that occurs turns out not to be completely irregular, but there is a pattern in it that defines urban space.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry Alkatiri
Jakarta: Masup Jakarta, 2010
959.822 ZEF p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mochamad Nur
"Kotamdaya Tanggerang merupakan daerah perkotaan yang memiliki angka kejadian curanmor yang relatif tinggi, karena kasus curanmor menempati peringkat teratas sebagai kasus yang paling banyak terjadi di Kotamdaya Tangerang pada periode 1995-1998. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran curanmor sehubungan dengan struktur kota di Kotamdaya Tangerang tahun 1994, 1996, dan 1998. Variabel yang digunakan adalah variabel terikat yaitu jumlah curanmor dan lokasi kejadian curanmor, dan variable bebas yaitu deliniasi struktur kota yang meliputi daerah urban, daerah peralihan dan daerah non urban."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S65334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supratikno Rahardjo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
307.760 598 SUP k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>