Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Preston, Antony
London: Chancellor, 1999,
359.943 5 Pre w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fania Agustina Arifin
"Penelitian ini membahas tentang kebijakan jaminan sosial ketenagakerjaan baru di Indonesia, yaitu program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Program ini diatur di dalam UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja beserta peraturan turunannya PP No 37 Tahun 2021. JKP merupakan program komplementer yang menyempurnakan rogram jaminan sosial ketenagakerjaan lainnya yang telah lebih dahulu diberlakukan di Indonesia, meliputi: (1) Jaminan kecelakaan kerja (JKK); (2) Jaminan hari tua (JHT); (3) Jaminan pensiun (JP); (4) Jaminan kematian (JKm). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kasus PHK terhadap pekerja formal yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan kondisi ekonomi makro saat ini yang mengharuskan perusahaan untuk menyesuaikan proses bisnis demi keberlangsungan perusahaan. Maka dari itu, perusahaan memiliki keleluasaan dalam melakukan perekrutan atau pemecatan pekerja. Hal ini berimplikasi pada kondisi pekerja di era labor market flexibility, yang mana terjadi liberalisasi industri di dalamnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan non-reaktif melalui kajian literatur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan kebijakan jaminan sosial ketenagakerjaan secara periode waktu yang diawali sejak tahun 1950 hingga kemunculan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) pada tahun 2021 di Indonesia. Adapun layanan jaminan sosial ketenagakerjaan yang berlaku selama kurun waktu tersebut, di antaranya: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Tabungan Hari Tua (THT), Jaminan Kematian (JKm), Jaminan Pensiun (JP), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Program tersebut diselenggarakan oleh badan penyelenggara program jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu: (i) BPJAMSOSTEK, (ii) PT Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (PT Taspen); dan (iii) PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PT Asabri). Perkembangan kebijakan perlindungan sosial jika dilihat secara substantif bertransformasi dari bentuk bantuan sosial, jaminan sosial, hingga pengembangan potensi. Aspek pengembangan potensi ini ditandai oleh kemunculan dua manfaat baru dari JKP, yaitu akses layanan informasi kerja dan program pelatihan kerja. Kedua manfaat ini merupakan bentuk pengadopsian konsep Active Labor Market Policies pada JKP. Penulisan ini menyimpulkan bahwa program JKP merupakan pengejawantahan dari perpaduan antara konsep Passive Labor Market Policies yang meliputi aspek perlindungan pendapatan, serta Active Labor Market Policies yang meliputi aspek pelatihan kerja atau reskilling/upskilling, dan aspek perilaku atau behavior. Pengadopsian dalam program ini berperan penting dalam melindungi pekerja sektor formal dari resiko ekonomi akibat PHK. Hasil penelitian ini diharapkan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah Kesejahteraan Sosial Industri, Kebijakan Sosial, Perundang-Undangan Sosial.

This study discusses about the new employment social security policy in Indonesia, Job Loss Insurance (JKP) program. The program is regulated by Law No. 11 of 2020 on Work Custody and its derivative regulation No. 37 of 2021. JKP is a complementary program that perfects other employment social security programs that have been implemented in Indonesia, including: (1) Work accident insurance (JKK); (2) old age insurance (JHT); (3) Retirement insurance (JP); (4) Death insurance (JKM). This study was set back by the proliferation of layoff cases against formal workers which had an impact on the increase in the unemployment rate in Indonesia. This is due to the economic crisis caused by the COVID-19 pandemic and the current macroeconomic conditions that require companies to adjust business processes for the company's sustainability. Therefore, the company has the flexibility to undertake recruitment or dismissal of workers. This implicates workers in the labor market flexibility era, in which industrial liberalization occurred. This study is descriptive and non-reactive research through literature studies. The purpose of this study is to describe the development of a time-period social security policy starting from 1950 until the advent of the JKP program in 2021 in Indonesia. The employment social security services that apply during this period include: Job Accident Guarantee (JKK), Old Age Savings (THT), Death Guarantee (JKM), Pension Guarantee (JP), Health Maintenance Guarantee (JPK), and Job Loss Guarantee (JKP). The program is organized by the organizing agency of the employment social security program in Indonesia, namely: (i) BPJAMSSOSTEK, (ii) PT Savings Insurgency Servants (PT Taspen); and (iii) PT Insurahan Armed Forces Republic of Indonesia (PT Asabri). The development of social protection policies when viewed as substantially transformed from forms of social aid, social security, to potential development. This aspect of potential development is characterized by the emergence of two new benefits of JKP, namely access to job information services and job training programs. Both of these benefits are a form of adopting the concept of Active Labor Market Policies on JKP. This paper concludes that the JKP program is an argument against the combination of the concept of Passive Labor Market Policies that includes the aspect of income protection, and Active Labor Market Policies that includes the aspect of job training or reskilling/upskilling, and the aspect of behavior or behavior. Adopting this program plays an important role in protecting formal sector workers from economic risks caused by layoffs. The results of this study are expected to contribute to the Social Welfare Studies program in the form of enrichment of courses in Industrial Social Welfare, Social Policy, Social Legislation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Yuwana
"Penyakit kusta tipe MB merupakan penyakit imunologik, sebingga akan menurunkan tingkat imunitas penderitanya yang kebanyakan memiliki tingkat sosial ekonomi rendah, status gizi rendah, perilaku yang kurang sehat dan tinggal dilingkungan kumuh, hal ini akan memudahkan penderitanya menderita penyakit lain, termasuk kecacingan yang disebabkan nematoda usus yaitu : Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Hookworm (cacing tambang), apalagi prevalensi kecacingan akibat cacing tersebut di Indonesia masih cukup tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten DT II Bekasi, dengan desain studi kohort prospektif selama 4 bulan, dengan pemberian mebendazole 500 mg Basis tunggal untuk memastikan tidak adanya telor atau larva caring pada sampel yang dipilih secara simpel random sampling, terdiri dari 100 penderita kusta tipe MB dan 100 orang pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit kusta merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecacingan yang disebabkan oleh nematoda usus, RR=2.69 pada perilaku berisiko rendah dan RR=2.74 pada perilaku berisiko tinggi. Penderita kusta dengan perilaku berisiko tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kecacingan, dibanding dengan penderita kusta dengan perilaku berisiko rendah RR=6.87. Perilaku merupakan faktor risiko terbesar terjadinya kecacingan yang disebabkan nematoda usus pada penderita kusta, yang bila dilakukan intervensi dapat merubah akan menurunkan insidens kecacingan yang disebabkan nematoda uses pada penderita kusta sebesar 33.9%.

Leprosy Multibasiller (MB) type is the immunologic disease, decreased the immunity status of the patients, who has the undergrowth social economic, nutrition status and lives in the slum area This condition improved the intestinal nematodes infection that caused by: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and Hookworm.
This study was carried out among leprosy MB type patients, in Bekasi district, Jawa Barat province, 1997, with kohort prospective design for 4 mount observation. By used mebendazole 500 mg single dose to make the subject clean from intestine nematodes.
The result shown that leprosy MB type is the risk factor for the intestine nematodes infection, espesially Ascaris lumbricoides, RR= 2.69 in low risk health behaviour and R. R= 2.74 in high risk behaviour. Leprosy MB type patients with high risk behaviour have risk more high than leprosy MB type with low risk behaviour (RR= 6.87). Behaviour is the biggest risk factor in the incidence of intestine nematodes, if that variable can be changed by intervention, the nematodes incidence among the leprosy MB type patients will be reduced 33.9%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Rachman Rosidi
"Demam berdarah adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Penyebabnya adalah virus dengue dan penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes. Demam berdarah ini menjadi masalah kesehatan di Asia Tenggara sejak tahun lima puluhan dan masuk ke Indonesia Sejak tahun 1968. Di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada tahun 2004 terdapat 40 kasus demam berdarah turun menjadi 6 kasus pada tabus 2005. Permasalahan yang ada adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) dan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tabun 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSNDBD) dan angka bebas jentik dalam rangka menurunkan angka penyakit Demam berdarah di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tabun 2006. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain crass sectional. Dari perhitungan uji Chi Square didapatkan hasil antara lain: untuk variabel musyawarah masyarakat desa setelah dilakukan uji statistik menggunakan Chi Square, dengan a = 0,05 didapatkan basil X2 = 3,975 dengan df sebesar 2, P value = 0,137 (Pvalue > a) , maka Ho gagal ditolak, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara musyawarah masyarakat desa dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006. Demikian pula untuk variabel lainnya seperti adanya kader jumantik, adanya dana kegiatan PSN-DBD, kunjungan rumah dan bimbingan teknis tidak ada hubungan yang bermakna dengan angka bebas jentik.Untuk variabel Penyuluhan kelompok tentang DBD dengan a= 0,05 didapatkan hasil X2 = 7,525 dengan df sebesar 2 , P value = 0,023 (Pvalue < a) , maka Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna, demikian seterusnya untuk variabel ada hubungan dengan angka babas jentik antara lain: variabel kegiatan pemberantasan sarang nyamuk DBD, sarana pendukung PSN-DBD, serta pemantauan jentik secara berkala.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006 antara lain: penyuluhan kelompok tentang demam berdarah dengue, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, sarana pendukung PSN-DBD, serta pemantauan jentik secara berkala. Hasil penelitian secara statistik menunjukkan tidak ada ads hubungan yang bermakna antara. penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006. Bagi pihak Dinas Kesehatan diharapkan agar mengupayakan kesinambungan program demam berdarah dengue khususnya untuk daerah-daerah endemis DBD secara lebih intensif, juga perlu mempertimbangkan upaya program demam berdarah sesuai pola budaya masyarakat setempat seperti ikanisasi dalarn rangka pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.

Dengue is an acute fever disease which can happen to children and adults but the largest number of victims are children under 15 years old, accompanied with blood and it makes a shock and death of patient. This happens because of dengue virus and it infects by an Aides mosquito bite. It becomes a health problem in South-east Asia since 1950 and coming into Indonesia since 1968. There are 40 dengue cases at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in year 2004; it becomes 6 cases in 2005. Current problems are related factors to effectiveness of movement eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006 have not been known yet.
This purpose to know related factors to effectiveness of movement eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) for a free larva rate on degradation level of dengue disease at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. This research used a quantitative and descriptive method with a cross sectional design. From calculating a Chi Square test got results: for a district community discussion variable after a statistical test using Chi Square test with a = 0, 05 got result of X2 = 3,975 with df was equal to 2, P Value = 0,137 ( P value > a), so Ho was failure refused. This means that there is not a significant relation between district community discussions with a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. There is not a significant relation with a free larva rate for the other variables such as the existing of jumantik cadre; eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) activity, home visit and technical guide. For a group counseling variable concerning dengue with a = 0, 05 got result of X2 = 7,525 with df was equal to 2 , P Value = 0,023 (P value < a), so Ho was refused. This means that there is a significant relation, further for variable which related with a free larva rate, such as: eradication of dengue mosquito breeding places activity, supported facility and monitoring larva periodically.
From the research result can be concluded that related factors to effectiveness of movement an eradication of dengue mosquito breeding places to a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006, such as : group counseling concerning dengue, eradication of dengue mosquito breeding places activity, supported facility, and monitoring larva periodically. Research result indicated that there was not a significant relation between the effectiveness of movement an eradication of dengue mosquito breeding places with a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. It is expected to Public Health Service for striving a continuity of Dengue program especially for the endemic areas of Dengue by more intensive, it is all important to consider an effort of Dengue program based on a local socio cultural in eradication of dengue mosquito.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reski Lepong Bulan
"Liposom sebagai pembawa obat (drug carrier) merupakan salah satu produk teknologi nano yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas obat, menurunkan efek sampingnya serta meningkatkan keamanannya jika digunakan dalam jangka panjang. Liposom dapat dibuat dari berbagai komponen lipid, misalnya kombinasi lesitin dan tetraeter lipid (TEL). Kombinasi lesitin dan TEL merupakan komposisi yang belum pernah diuji tentang stabilitas secara kimia baik in vitro maupun in vivo. Liposom ini mengandung lesitin/fosfatidilkolin kuning telur (egg yolk phosphatidyl choline) dan TEL (tetra eter lipid) 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas liposom EPC-TEL2,5 yang telah disonikasi dan diberikan larutan NaCl dan MgCl2. Parameter yang dilihat adalah ukuran diameter liposom ≤ 100 nm dan >100 nm. Liposom di katakan stabil bila ukuran diameter tidak berubah jumlahnya setelah pemaparan larutan NaCl dan MgCl2 dari waktu ke waktu. Hasil dan Kesimpulan : tidak stabilnya liposom EPC TEL 2,5 % berdiamer ≤ 100 dan > 100 yang telah disonikasi dan diberikan lautan NaCl PH7 dan MgCl2 PH7 dari waktu ke waktu.

In Vitro stability test of tetra eter lipid liposome (EPC-TEL 2,5) as new formulation drug carrier with sonication method and addition of NaCl PH 7 and MgCl2 PH 7 350 mOsmol. Liposome as a drug carrier is one of the nanotechnology products which is now being developed to increase drug effectivity, to decrease drug adverse effects, and to increase its safety in long term use. Liposome can be made from lipid components, such as combination between lecithin and tetraeter lipid (TEL) . The newest combination was made from egg yolk phosphatidylcholine and TEL 2,5 mol% from Thermoplasma acidophilum and named EPC-TEL 2,5. This combination has never been tested before, especially its chemical stability (in vitro and in vivo). This research main purpose is to test liposom EPC-TEL2,5 stability after it given sonication and exposed with Nacl and MgCl2. The Object to analyze is only liposome with ≤ 100 nm dan >100 nm diameter. It will be clasified as stable if the diameter doesn't change or change with specific scale after exposed with NaCl and MgCl2 from time to time. Conclusion: liposome that has > 100 nm and liposome that has ≤ 100 nm diameter after it given sonication and exposed with Nacl and MgCl2 is not stable from time to time."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Agung Wibowo
"Pada penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang diperlukan terapi obat dengan dosis tinggi dalam jangka panjang. Hal ini tentunya dapat menimbulkan efek samping yang berat dan serius. Belakangan ini telah banyak dikembangkan berbagai penelitian mengenai pembawa obat (drug carrier), yaitu suatu sediaan yang dibuat agar obat dapat langsung atau mempermudah obat masuk ke dalam organ atau reseptor sasaran. Dengan memasukkan obat ke bahan pembawa obat misalnya liposom, diharapkan efek samping sistemik yang terjadi dapat ditekan. Liposom dapat dibuat dari berbagai macam lipid. Kombinasi bebeapa lipid dapat dilakukan untuk menambah kestabilan liposom, salah satunya adalah liposom formulasi baru yang dibuat dari kombinasi lesitin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC) dan Tetraeter Lipid (TEL) 2,5 mol % dari Thermoplasma acidophilum yang kemudian dinamakan sebagai liposom EPCTEL 2,5. Salah satu kriteria pembawa obat yang baik hendaknya bersifat mudah didegradasi oleh tubuh (biodegradable). EPC merupakan fosfolipid; sementara fosfolipid adalah komponen utama penyusun membran biologis sehingga aman bagi tubuh. Di lain pihak TEL, lipid yang berfungsi untuk meningkatkan kestabilan liposom merupakan lipid hasil ekstraksi membran Thermoplasma acidophilum yang belum diketahui degradasinya dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa liposom EPC-TEL 2,5 aman digunakan dalam pengobatan jangka panjang dengan menilai hasil biodegradasi TEL secara in vivo di hepar mencit, yaitu dengan menilai spot atau retention factor (Rf) hasil degradasi TEL yang diperoleh dari suspensi hepar mencit jantan dan betina C3H setelah 30 menit pemberian liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal dengan dosis 0,1 mmol TEL yang setara dengan 148,8 µg TEL, dibandingkan dengan kontrol pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukannya bercak TEL pada lempeng KLT baik pada kontrol maupun pada hepar 30 menit setelah injeksi TEL intraperitoneal. Hasil tersebut di atas belum dapat menyimpulkan ada tidaknya degradasi TEL di hepar 30 menit setelah injeksi liposom EPC-TEL 2,5 secara intraperitoneal sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat yang lebih sensitif.

Treatment of disease that require longterm utilisation at high doses is associated with serious adverse effects. Lately, many attempts have been performed to find the appropriate drug carrier to deliver the drug directly into the target organ or receptor so that the systemic adverse effect can be minimized and the effectivity as well as efeciency can be increased. Liposome can be made from many kinds of lipid. Several lipid combinations can be used to increase liposome?s stability, one of which is new liposome formulation made from lecithin / Egg yolk Phosphatidil Choline (EPC) and 2,5 mol % Tetraether lipid (TEL) from Thermoplasma acidophilum, named EPC-TEL 2,5 liposome. A good drug carrier must be degraded easily by body (biodegradable).
The aim of this study was to find out that is whether TEL in EPC-TEL 2,5 liposome can be degraded by liver, in vivo. Parameter used for determining TEL degradation is whether there are more than one spot in liver 30 minutes post-intraperitoneal injection with dose 0,1 mmol (148,8 µg TEL) compared to control?s Rf in Thin Layer Chromatography (TLC).
Result shows there are no TEL spots on TLC sheet both for control liver and liver taken 30 minutes after intraperitoneal liposome injection. Thus, the result couldn?t conclude TEL degradation in liver, hence further studies using more sensitive device is needed.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09056fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa
"Dewasa ini, penelitian mengenai pembawa obat (drug carrier) telah banyak dilakukan antara lain liposom. Liposom dibuat untuk mempermudah obat masuk ke dalam organ atau reseptor sasaran. Liposom yang saat ini sedang dikembangkan adalah liposom yang dibuat dari kombinasi antara fosfatidil kolin kuning telur (Egg yolk Phosphatidil Choline / EPC) dan tetraeter lipid 2,5 mol % dari archaebacterium Thermoplasma acidophilum, yang sering disebut liposom EPC-TEL 2,5. Walaupun terbukti terdistribusi dengan baik pada organ, liposom EPC-TEL 2,5 belum teruji kestabilannya secara kimia, sehingga liposom hasil sonikasi selama 60 menit perlu diuji kestabilannya terhadap pemaparan garam yang terdapat di dalam darah seperti MgCl2. Parameter kestabilan adalah tidak bertambahnya jumlah dan diameter liposom yang berukuran lebih dari 100 nm. Hasil dan Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan jumlah liposom yang berukuran lebih dari 100 nm secara bermakna setelah diamati pada hari ke-0, 7, 30, 60, dan 90. Dapat disimpulkan bahwa liposom EPC-TEL 2,5 hasil sonikasi tetap stabil dalam larutan MgCl2 150 mOsm pH 7 hingga 90 hari penyimpanan pada suhu 4 ºC.

Recently, researches about drug carriers have been long developed, such as liposome. Liposome is formulated for drug could reach the organ target or receptor target easily. Liposome could made from combination Egg yolk Phosphatidyl Choline (EPC) and Tetraether Lipid (TEL) 2,5 mol% from the archaebacterium Thermoplasma acidophilum which is called EPC-TEL 2,5. The distribution of liposome EPC-TEL 2,5 to many organs has proven, but it is not tested chemically yet, so that liposome after 60 minutes of sonication should be tested by exposure selected salt which is commonly found in blood such as MgCl2. The stability parameters were the diameter of liposome and the amounts of liposome larger than 100 nm were constant. There was no significant change or increased in MgCl2 150 mOsm pH 7 solution at 4 ºC of amount of liposome which sizes were greater than 100 nm after observation at day 0, 7, 30, 60, 90. Could be assumed that liposome EPC-TEL 2,5 still stable in MgCl2 150 mOsm pH 7 solution until 90 days of incubation at 4 ºC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09057fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Safitri
"Sebagai suatu pembawa obat (drug carrier), liposom dapat mengubah farmakokinetik obat yang dibawanya, sehingga obat dapat bekerja langsung pada target sasaran sedangkan efek sampingnya akan berkurang. Untuk menjadi pembawa obat yang baik, liposom harus memenuhi persyaratan mutlak yaitu stabil secara kimia, fisika dan biologi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan liposom adalah komposisi penyusunnya, antara lain yang sedang dikembangkan saat ini adalah liposom EPC-TEL 2,5. Liposom EPC-TEL 2,5 tersusun atas Fosfatidilkolin kuning telur (egg-yolk Phosphatidylcholine=EPC) dan Tetraeter lipid (TEL) yang berasal dari bakteri Thermoplasma acidofilum. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji stabilitas kimia berupa penambahan garam NaCl 150 mOsmol pH 7 pada liposom EPC-TEL 2,5 yang telah disonikasi selama 60 menit. Penambahan jumlah liposom berukuran lebih dari 100 nm, menjadi indikator perubahan stabilitas liposom pada penelitian ini. Hasil dan Kesimpulan: Tidak terdapat penambahan jumlah liposom yang berukuran lebih dari 100 nm secara bermakna setelah penambahan garam NaCl 150 mOsmol pH 7 dibandingkan kontrol.

As a drugs carrier, liposome can alter the pharmacokinetics of the entrapped drugs. Thus, drugs can act directly on the targeted cell while their systemic side effects are reduced. To become an effective drugs carrier, liposome must reach its stability in chemical, physical, and biological conditions. Liposome stability can be achieved by changing the lipid composition, such as EPC-TEL 2,5 which is made from the combination of Egg Yolk Phosphatydyl Coline (EPC) and TEL 2,5 mol % that is extracted from Thermoplasma acidofilum. The aim of this study is to test the chemical stability of liposome EPC-TEL 2,5 with sonication by addition of NaCl 150 mOsmol pH 7 solution. The increase in number of liposome larger than 100 nm is the stability parameter in this study. After observation at day 0, 7, 30, 60, 90, there was no significant increase in the number of liposome larger than 100 nm after addition of NaCl 150 mOsmol pH 7 compared with control."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09058fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1980
574.873 LIP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Soegijanto Tjakranegara
Jakarta: Rineka Cipta, 1995
343.093 SOE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>