Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doei Eng Tie
"

Dalam tahun 1674 Antony van Leeuwenhoek di Leiden menemukan lensa jang dapat memperbesar pandangan pada benda jang amat ketjil jang samar atau sama sekali tidak dapat dilihat oleh mata biasa.

Kemudian tertjiptalah mikroskop jang lambat laun diperbaiki hingga sekarang kita mengenal fase-contrast dan elektronntikroskop jang dapat memperbesar pandangan sampai 200.000 kali.

Demikianlah, semendjak terbentuknja mikroskop itu, manusia beladjar kenal dengan apa jang dinamakan cellula dalam bahasa Latin atau dalam bahasa Indonesia sel".

Dengan penemuan sel jang dianggap pada waktu itu merupakan satuan jang terketjil dan terachir pada sctiap machluk, berubahlah djuga pandangan manusia terhadap penjakit. Kalau didjaman kuno ilmu ketabiban sebagian besar dipengaruhi oleh haluan religieus-magis-mystik dan humeral, maka semendjak ditemukan sel", perhatian ditudjukan pada sel itu.

Demikianlah pada tahun 1855 tertjiptalah patologi selluler jang dipelopori oleh Robert Virchow. Terdengarlah pada waktu itu sembojan jang berbunji :

"Qmnis cellula e cellula" (tidak mungkin terbentuknja sel tanpa adanja sel). Singkatnja dan maknanja jalah : semua peristiwa jang bersangkut-paut dengan penghidupan terletak pada integritet daripada sel jang membentuk tubuh manusia. Ilmu ketabiban beralih kedjurusan ilmiah exact (exacta wetenschap). Penjakit hanja dapat dibuktikan dan dipastikan, kalau dapat dilihat perubaban pada se1 tubuh dan/atau ditemukan sel" kuman jang patologis atau dapat dinjatakan kelainan pada tjairan tubuh. Memang benar, pada sebagian benar daripada penjakit dapat ditemukan kelainan' di sel atau tjairan tubuh.

Tetapi lambat laun ditemukan djuga keadaan penjakit jang tidak disertai oleh kerusakan strukturil atau djika ada terdapat kerusakan strukturil, keluhan ternjata tidak selalu berimbang dengan deradjat kerusakan itu. Maka timbullah aliran baru dikalangan kedokteran untuk melihat penjakit tidak hanja dari sudut organis-humoral, tetapi djuga dari sudut psikik atau kedjiwaan jang dipelopori oleh sardjana terkenal seperti Alexander, Saul, French, Weiss, Dunbar, Binger d.l.l. dan di kalangan kita di Indonesia ini oleh Professor Aulia.

Sebetulnja tjara melihat dan merawat penderitaan seseorang dengan memperltatikan sudut ,psikologi atau kedjiwaan ini, tidaklah merupakan aliran fikiran baru. Tjara ini telah dipraktekkan oleh ilmu ketabiban klassik hingga sekarang, terutama oleh ,,familie-dokter" jang mengetahui riwajat hidup serta tindak-tanduk pasiennja dari masa ketjilnja didalam lingkungan keluarga dan masjarakat disekitarnja, walaupun tidak dengan tjara teratur dan sering tidak diinsafi oleh dokter itu sendiri.

Dengan memperhatikan sudut psikologi dalam hal mempeladjari penjakit, tidaklah berarti kita mengurangi perhatian terhadap kelainan atau kerusakan somatis atau ketubuhan, tetapi kita lebih banjak daripada dulu mempeladjari pengaruh djiwa terhadap penjakit itu.

Tidak lagi seorang dokter akan merawat sesuatu anggota tubuh, seperti djantung, kulit, alat pernafasan, alat pentjernaan d.s.b., tetapi jang diperhatikan jalah sipenderita keseluruhannja, tidak hanja sendi lahirnja, tetapi djuga sendi batinnja.

Demikianlah, berbagai djenis keluhan dapat timbul pada seseorang. tidak hanja oleh karena menderita kerusakan atau gangguan somatis (ketubuhan), tetapi oleh karena penderitaan psikik (kedjiwaan), penderitaan batin, atau oleh karena kedua-duanja.

Sering ditemukan gangguan fungsi pada sesuatu anggota tubuh jang hanja merupakan „spreckbuis" atau pembitjara daripada penderitaan batin.

Aliran baru ini, jang mempeladjari hubungan diantara penderitaan batin, emosi dan fungsi anggota tubuh dinamakan ,,psychosomatic medicine" atau ilmu kedokteran kedjiwa-ragaan.

"
Jakarta: UI-Press, 1961
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Gandasari S.
"Tujuan : Mengetahui efek penambahan premedikasi dexmedetomidin intravena dengan dosis rendah 0,3 μg/kg dibandingkan dengan lidokain intravena 1,5 mg/kg terhadap tanggapan kardiovaskular akibat tindakan laringoskopi dan intubasi orotrakea.
Metode : Uji klinik tersamar ganda. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSCM pada bulan Desember 2004 sampai dengan Pebruari 2005, pada 90 pasien dewasa yang menjalani operasi berencana dengan anestesia umum dan fasilitasi intubasi orotrakea. Pasien dibagi secara acak menjadi 2 kelompok; 45 pasien mendapat penambahan premedikasi dexmedetomidine intravena 0,3 µg/kg 10 menit sebelum intubasi dan 45 pasien lainnya mendapat penambahan premedikasi lidokain intravena 1,5 mg/kg 2 menit sebelum intubasi. Parameter kardiovaskular yang diukur yaitu tekanan darah sistolik - diastolik, tekanan arteri rata-rata dan laju jantung. Analisa statistik melihat perbedaan pada dua data kategori digunakan uji chi-square. Perubahan kardiovaskular pada tiap kelompok dipakai uji wilcoxon, dan melihat perbedaan kardiovaskular antara kedua kelompok dipakai uji Mann-Whitney.
HasiI : Saat intubasi pada kedua kelompok terjadi peningkatan tanggapan kardiovaskular bermakna secara statistik dibandingkan dengan nilai sesaat sebelum intubasi. Tanggapan kardiovaskular pada kelompok dexmedetomidin lebih rendah bermakna secara statistik dibandingkan dengan kelompok lidokain. Ini membuktikan bahwa baik dexmedetomidin maupun lidokain belum dapat mencegah tanggapan kardiovaskular akibat laringoskopi dan intubasi orotrakea, tetapi dexmedetomidin mempunyai efek yang lebih balk bennakna secara statistik dibandingkan dengan lidokain dalam hal mengurangi tanggapan kardiovaskular akibat laringoskopi dan intubasi. Ada 2 sampel yang dikeluarkan, masing-masing 1 sampel dari kelompok dexmedetomidin dan lidokain."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill , 1961
611.1 DEV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Mustika
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan peningkatan kapasitas aerobik pasien pasca sindrom koroner akut setelah intervensi koroner perkutan sebelum dan sesudah terapi latihan jalan.
Metode: Penelitian ini adalah studi intervensi dengan desain pre dan post satu kelompok pada 22 subjek pasca sindroma koroner akut setelah intervensi koroner perkutan yang mengikuti program rehabilitasi jantung fase II. Subjek diberikan latihan jalan dengan intensitas submaksimal 3 kali seminggu, selama 8 minggu dengan jarak yang ditingkatkan setiap latihan. Sebelum memulai dan setelah selesai program latihan jalan dilakukan pemeriksaan kapasitas aerobik dengan uji jalan 6 menit dan pemeriksaan echokardiografi untuk menentukan fraksi ejeksi ventrikel kiri.
Hasil: Didapatkan peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri yang signifikan (p<0,001), dengan rerata sebelum diberikan latihan jalan 61,49 + 11,94 % dan setelah diberikan latihan jalan mengalami kenaikan menjadi sebesar 65,85 + 8,68 %. Kapasitas aerobik yang dinilai dengan uji jalan 6 menit juga memberikan hasil yang bermakna secara statistik, sebelum diberikan latihan jalan memiliki rerata 16,05 + 3,01 mL/kgBB/menit dan setelah diberikan latihan rerata kapasitas aerobik mengalami kenaikan menjadi sebesar 19,71 + 2,83 mL/kgBB/menit.
Kesimpulan: Pemberian latihan jalan dalam program rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca sindroma koroner akut setelah intervensi koroner perkutan dapat meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan kapasitas aerobik.

Objectives: To examine the effect of walking exercise on left ventricular ejection fraction (LVEF) and aerobic capacity in post acute coronary syndrome patient after percutaneus coronary intervention.
Methods: This study is an interventional study with one group pre and post design on 22 subjects post acute coronary syndrome patient after percutaneus coronary intervention in phase II cardiac rehabilitation program. Subjects were given walking exercise programme with submaximal intensity 3 times a week, for 8 weeks with increased distance every attendance. Aerobic capacity were measured with 6 Minute Walking Test, Ejection Fraction were measured with Echocardiography, both were done before and after the walking exercise program.
Results: There were significant improvement in left ventricular ejection fraction (p<0,001), mean LVEF before exercise was 61,49 + 11,94 % and after exercise was 65,85 + 8,68 %. Aerobic capacity also show a significant improvement (p<0,001), with mean aerobic capacity before exercise was 16,05 + 3,01 mL/kgbodyweight/minutes and mean after exercise was 19,71 + 2,83 mL/ kgbodyweight/minutes.
Conclusion: Walking exercise in phase II cardiac rehabilitation program in in post acute coronary syndrome patient after percutaneus coronary intervention can improve the left ventricular ejection fraction and aerobic capacity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gupita Nareswari
"[ABSTRAK
Latar belakang : Penyebab kematian nomor tiga di Indonesia adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK). PJK dapat dievaluasi dengan menilai skor Coronary Artery Calcium (CAC) menggunakan modalitas radiologi CT cardiac. Permasalahan saat ini adalah modalitas CT cardiac tidak tersedia di semua institusi kesehatan, sehingga dibutuhkan modalitas lain yang berguna untuk skrining skor CAC menggantikan modalitas CT cardiac. Dari 4 modalitas yang dapat mendeteksi skor CAC,pemeriksaan USG Doppler arteri karotis komunis merupakan modalitas terpilih untuk melakukan skrining.
Tujuan : Menilai apakah terdapat korelasi antara skor CAC dengan nilai CIMT dan RI arteri karotis komunis menggunakan modalitas USG Doppler arteri karotis komunis.
Metode : Penelitian cross sectional ini menggunakan data primer dari pasien yang menjalani pemeriksaan CT cardiac dengan temuan skor CAC. Subjek penelitian yang masuk ke dalam kriteria penerimaan kemudian dilakukan pemeriksaan USG Doppler arteri karotis komunis bilateral dan dilakukan pengukuran terhadap nilai CIMT dan nilai RI.
Hasil : Jumlah subjek penelitian adalah 27 orang, dengan hasil terdapat korelasi positif bermakna dengan nilai korelasi sedang antara skor CAC dan nilai CIMT maksimum dengan persamaan : skor CAC = -85.51 + 199.82 x nilai CIMT maksimum. Terdapat korelasi positif bermakna dengan nilai korelasi sedang antara skor CAC dan nilai RI arteri karotis komunis dengan persamaan : skor CAC = -503.53 + 849.00 x nilai RI.
Kesimpulan : Modalitas USG Doppler arteri karotis komunis pengukuran nilai CIMT dan nilai RI dapat digunakan sebagai modalitas skrining untuk memperkirakan skor CAC pada pasien.

ABSTRACT
Background : Coronary artery disease (CAD) known as the third cause of morbidity in Indonesia. CAD can be evaluated using CAC scoring from CT cardiac. Nowadays the issue related to its availability, not all health institution has this modality. We need other modality imaging that can replace CT cardiac for screening CAC scoring. From 4 modalities imaging that can evaluated CAC scoring, common carotid artery Doppler ultrasonography is the modality of choice for screening.
Purpose : To evaluate correlation value between CAC scoring and carotid intima media thickness (CIMT) and resistive index common carotid artery using Doppler ultrasonography.
Method : Cross sectional research using primary data CAC scoring from CT cardiac. All subject that met research?s criteria will have bilateral common carotid artery Doppler ultrasonography measurement of CIMT and common carotid artery resistive index value.
Result : Total subject is 27 people. There is a positive correlation with medium correlation value between CAC scoring and maximum CIMT using this approach : CAC scoring = -85.51 + 199.82 x maximum CIMT value. There is also a positive correlation with medium correlation value between CAC scoring and common carotid artery resistive index value using this approach : CAC scoring = -503.53 + 849.00 x resistive index value.
Conclusion : Common carotid artery Doppler ultrasonography measurement of CIMT and common carotid artery resistive index value is a promising screening modality to predict patient?s CAC scoring., Background : Coronary artery disease (CAD) known as the third cause of morbidity in Indonesia. CAD can be evaluated using CAC scoring from CT cardiac. Nowadays the issue related to its availability, not all health institution has this modality. We need other modality imaging that can replace CT cardiac for screening CAC scoring. From 4 modalities imaging that can evaluated CAC scoring, common carotid artery Doppler ultrasonography is the modality of choice for screening.
Purpose : To evaluate correlation value between CAC scoring and carotid intima media thickness (CIMT) and resistive index common carotid artery using Doppler ultrasonography.
Method : Cross sectional research using primary data CAC scoring from CT cardiac. All subject that met research’s criteria will have bilateral common carotid artery Doppler ultrasonography measurement of CIMT and common carotid artery resistive index value.
Result : Total subject is 27 people. There is a positive correlation with medium correlation value between CAC scoring and maximum CIMT using this approach : CAC scoring = -85.51 + 199.82 x maximum CIMT value. There is also a positive correlation with medium correlation value between CAC scoring and common carotid artery resistive index value using this approach : CAC scoring = -503.53 + 849.00 x resistive index value.
Conclusion : Common carotid artery Doppler ultrasonography measurement of CIMT and common carotid artery resistive index value is a promising screening modality to predict patient’s CAC scoring.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Belina
"Perawat spesialis kardiovaskuler berperan dalam praktik keperawatan berupa pemberi asuhan keperawatan tingkat lanjut, melakukan pembuktian ilmiah keperawatan dan agen pembaharu. Asuhan keperawatan dilakukan pada kasus pasien post operasi bedah jantung MVR (Mitral Valve Replacement) dan 30 pasien gangguan sistem kardiovaskuler dengan pendekatan model konservasi Levine. Model konservasi Levine efektif digunakan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Evidence based nursing dilakukan dengan menerapkan edukasi berdasarkan kebutuhan pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) untuk menurunkan kecemasan dengan hasil yang signifikan (p value 0,000). Proyek inovasi menerapkan format handover dengan metode SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation).

Cardiovascular specialist nurses play a role in nursing practice in the form of advanced nursing care providers, scientific proof of nursing and change agents. Nursing care is performed in the case of postoperative heart surgery patients MVR (Mitral Valve Replacement) and 30 patients with cardiovascular system disorder with Levine conservation model approach. Levine's conservation model is effective in patients with cardiovascular system disorders. Evidence-based nursing is done by applying education based on patient Acute Coronary Syndrome (ACS) needs of learning to decrease anxiety with significant results (p value 0,000). The innovation project applies the handover format using the SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) method."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aaronson, Philip I. (Philip Irving), 1953-
"This concise and accessible systems-based text provides an integrated overview which considers both the basic sciences and clinical applications of the cardiovascular system. A general introduction to the cardiovascular system is followed by anatomy and histology, blood and body fluids, biochemistry and excitation-contraction coupling, form and function, integration and regulation, and pathology and therapeutics. The Cardiovascular System at a Glance is a perfect introduction and revision aid to understanding the heart and circulation and now also features: an extended section of self-assessment clinical cases to aid revision and illustrate clinical relevance; up-to-date information on pharmacology of the cardiovascular system; expanded material on history and examination and increased detlail on ECG of arrhythmias; and highly visual colour presentation.".
"The third edition of The Cardiovascular System at a Glance is an ideal resource for medical students, whilst students of other health professions and specialist cardiology nurses will also find it invaluable. Examination candidates who need an authoritative yet concise guide to the cardiovascular system will find it extremely useful"
Jakarta: Erlangga, 2007
616.1 AAR ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fuster, Valentin
"
"
New York: McGraw-Hill, 2011
616FUSH001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Muchtar
"ABSTRAK
Jemaah haji asal Jawa Barat yang meninggal selama menunaikan ibadah haji setiap tahun cenderung meningkat, meskipun pemerintah telah berupaya maksimal memberikan kemudahan mulai dari bimbingan peribadahan sampai pelayanan kesehatan. Bahkan pelayanan kesehatan ini diberikan sejak di tanah air, berupa pemeriksaan kesehatan, yang dimulai dari tingkat Puskesmas, di Daerah Tingkat II dan di Pelabuhan Embarkasi/Asrama haji sebelum jemaah yang bersangkutan diberangkatkan ke Tanah suci. Yang menarik adalah penyebab kematian jemaah yang didominasi oleh penyakit yang sebetulnya dibawa oleh jemaah dari Tanah air. Penyakit yang merupakan penyebab utama kematian jemaah haji adalah penyakit kardiovaskuler. Ternyata penyakit ini pula yang paling banyak diderita oleh calon jemaah haji.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh penyakit kardiovaskuler terhadap kematian jemaah haji asal Jawa Barat dan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhinya.
Rancangan penelitian menggunakan kasus kontrol tanpa matching dengan jumlah sampel kasus sebanyak 191 orang (sesuai jumlah jemaah yang meninggal) dan kontrol yang diambil secara acak sederhana dari jemaah yang tidak meninggal juga sebanyak 191 orang, sehingga total sampel 382 orang. Tidak termasuk ke dalam sampel adalah Petugas dan jemaah haji ONH Plus.
Pengolahan data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat yang terdiri atas analisis stratifikasi dan regresi logistic unconditional. Perangkat lunak yang dipergunakan adalah Stata versi 4.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko kematian jemaah haji yang menderita penyakit kardiovaskuler 2,2 kali dibanding jemaah haji yang tidak menderita penyakit kardiovaskuler, setelah dikontrol oleh variabel umur dan pendidikan. Makin tua umur jemaah haji, risiko kematiannya lebih tinggi, sedangkan pendidikan bersifat protektif, artinya makin tinggi tingkat pendidikan, risiko kematiannya makin rendah. Sedangkan jenis kelamin dan waktu pemberangkatan, pengaruhnya tidak bermakna.
71,73 % jemaah haji meninggal di luar waktu pelaksanaan ibadah haji yang sesungguhnya dan 31,41 % jemaah haji meninggal sebelum sempat melaksanakan ibadah haji.
Untuk menyelamatkan jemaah haji dengan risiko tinggi, perlu dijajagi kemungkinan membentuk dokter khusus bagi jemaah haji risiko tinggi, yang diberangkatkan pada akhir musim pemberangkatan dan pulangnya pada awal musim pemulangan.

ABSTRACT
The Collective Pilgrimage to Mecca (jemaah haji) from West Java who died during carrying `ibadah haji = act of pilgrimage devotion' out were tended increase every year, although the government has made maximally effort to provide the facilities from the guidance of observance of religious duties up to the health service. In fact, this health service is served since in father land, such as health examination, it is started from the level of Public Health Center, in the Second Level Region and in the Airport's Embarkation/Pilgrimage Dormitory before the concerned congregations will be embarked to the Holly Land (Mecca). The interesting is the cause of `jemaah's death which is dominated by a disease which is really had by `jemaah' from the Father Land. Disease is a main cause of death of `jemaah haji' is that cardiovascular. This disease is really also most had by the candidate of `jemaah haji'.
This study purpose is to know the extent which the effect of cardiovascular disease against the death of 'jemaah haji' from West Java and other factors which influence its.
Study design used the unmatched cases control with the quantity of case samples are 191 persons (in accordance with the `jemaah haji' number who died) and control is simple randomly taken from the 'jemaah haji' who were not died as much 191 persons, so total samples were 382 persons. Excluding from the samples are officials and `jemaah haji ONH Plus'.
Data processing used the univariate, bivariate and multivariate analysis which consisted of stratification analysis and unconditional logistic regression. Software used is the Stata Version 4.0.
Results of study showed that the risk of 'jemaah haji's death who had the cardiovascular disease was 2.2 times rather than `jemaah haji' who did not have the cardiovascular disease, after they were controlled by both age and educational variables. Older their age, higher their death risk, where as education has protective characteristic, it is meant the higher educational level, the lower death risk. Where as, sex and departure time have unsignificant effect.
71.73 % of the `jemaah haji' died out of the implementation of actually `ibadah haji' and 31.41 % died before having sufficient time to implement that `ibadah haji'.
For saving the high risk `jemaah haji', a possibility is necessarily sounded out to establish the special flight group for the high risk `jemaah haji', who are embarked in the last season of embarkation and their action of doing back in the early season of their going back.
References : 47 (1964 - 1997)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>