Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Extraction of jatropha seeds to gain oilseed has implication of resulting residu of 60 - 70 % . This residu can be utilized as alternative fuel such as carbonized briquette to reduce or substitute the use of fossil fuel
.."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kuncahyo
"Proses karbonisasi secara hidrotermal atau hydrothermal carbonization (HTC) merupakan proses termokimia pada temperatur yang relatif rendah untuk meningkatkan fasa padatnya yang biasa disebut HTC. Proses ini dapat mengkonversikan berbagai jenis biomassa menjadi serupa lignit bahkan sub- bituminous dengan massa tertinggal sekitar 35-60%. Karbon yang hilang sangat tinggi pada proses ini dikarenakan senyawa organik terlarut pada fasa cair dan hanya sedikit gas yang diproduksi. Proses ini sangat dipengaruhi oleh jenis biomassa serta kondisi operasi yang meliputi waktu tinggal serta temperature. Temperatur operasi HTC sekitar 180- 250°C di tekanan subkritik dengan waktu tinggal yang pendek. Hasil dari konversi biomasa MSW bisa digunakan untuk bahan bakar yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan.

The hydrothermal carbonization (HTC) is a thermochemical process at relatively low temperatures to increase its solid phase commonly called HTC. This process can convert various types of biomass into similar lignite even sub-bituminous with masses left around 35-60%. The missing carbon is very high in this process due to the dissolved organic compounds in the liquid phase and only a few gases are produced. This process is strongly influenced by the type of biomass and operating conditions that include time and temperature. HTC operating temperature is about 180-250 °c at the pressure of sub-critic with short stay time. Results of the biomass conversion of MSW can be used for renewables and environmentally friendly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hendrawan
"Kilang minyak bumi menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, yang sekarang tidak banyak digunakan. Campuran dari vacuum residue dan senyawa ikatan rangkap terkonjugasi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan prekursor karbon aktif karena senyawa tersebut membentuk mesofasa yang stabil pada temperatur tinggi untuk memungkinkan terjadinya polimerisasi aromatik pada vacuum residue. Minyak jarak, yang tersedia di hutan tropis di Indonesia, dapat didehidrasi untuk membentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi. Polimerisasi membentuk pitch yang mengandung aromatik dengan tingkat polimerisasi yang berbeda-beda sehingga luas permukaan pori yang tinggi dari karbon aktif dapat dicapai. Proses selanjutnya adalah karbonisasi pitch untuk membentuk karbon aktif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan minyak jarak hasil dehidrasi terhadap luas permukaan pori dan amorphicity ketidakaturan kristal. Amorphicity yang tinggi akan menghasilkan luas permukaan pori yang tinggi. Luas permukaan pori dan amorphicity dibandingkan pada sampel karbon aktif yang berasal dari vacuum residue tanpa dan dengan variasi penambahan 5 , 10 , dan 15 berat minyak jarak. Selama proses pirolisis terjadi polimerisasi aromatik, terbukti dengan peningkatan kandungan Haromatik mencapai 1.65 . Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan 15 minyak jarak dapat memperbesar luas permukaan pori sebesar 27 dari 720 m2/g menjadi 1064 m2/g serta meningkatkan amorphicity karbon aktif.

Petroleum refinery produces vacuum residue in a vacuum distillation unit, which is now not much utilized. Mixture of the vacuum residue and a conjugated double bond compound can be used as feedstock to produce activated carbon precursor because the compound forms a stable mesofasa at high temperature to allow polymerization of aromatik compounds in vacuum residue. Castor oil, which is available in tropical forest in Indonesia, can be dehydrated to form conjugated double bond compounds. Polymerization can form a pitch with different extents of polycyclization of aromatiks so that high surface pore area of the activated carbon can be achieved. The subsequent process was carbonization of the pitch to form activated carbon.
The purpose of this study is to examine the effect of the addition of dehydrated castor oil on the pore surface area and the amorphicity of the activated carbon. High amorphicity leads to high pore surface area. During the pyrolysis process, polymerization aromatics occured, as evidence increasing in the content of Haromatic by 1.65. The pore surface areas and amorphicities were compared in activated carbon samples originated from vacuum residue without and with addition of castor oil with variations of 5, 10, 15 by weight of castor oil. The experiment results show that the addition of 15 of castor oil improved pore surface area by 27 from 720 m2 g to 1064 m2 g and increased the amorphicity of the activated carbon particles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Maulida
"ABSTRAK
Prekursor dalam proses pembuatan karbon material adalah mesophase pitch, yang dapat dihasilkan dari vacuum residue (VR). Karbon aktif secara luas telah digunakan dalam bidang otomotif, dirgantara, dan komposit. Sebagai produk bawah distilasi minyak bumi, VR masih rendah pemanfaatannya dan berakhir hanya sebagai limbah. VR memiliki potensi sebagai bahan baku karena biayanya yang murah dan mengandung aromatik dan alifatik. Gondorukem yang ditambahkan dapat meningkatkan hasil mesophase pitch karena kandungan ikatan ganda terkonjugasinya. Pembentukan mesophase pitch dilakukan dengan metode ­co-pyrolisis di dalam reaktor berpengaduk pada suhu 450℃ dengan kondisi aliran gas nitrogen sebesar 100 mL/menit dengan laju pemanasan 5oC/menit dan ditahan selama 120 menit. Jumlah gondorukem yang ditambahkan sebesar 5, 10, dan 15 % dari bobot VR. Hasil prekursor didapatkan yield pada VR-G0%, VR-G5%, VR-G10%, VR-G15% secara berurutan sebesar 21,31; 23,61; 27,11; dan 29,60%. Untuk nilai indeks aromatisitas secara berurutan sebesar 0,375; 0,346; 0,344; dan 0,322. Nilai rasio atom C/H secara berurutan sebesar 2,43; 2,37; 2,28; dan 2,01. Prekusor kemudian diaktivasi dan dikarbonisasi. KOH dengan rasio 3:1 digunakan sebagai activating agent untuk prekursor karbon aktif yang selanjutnya dikarbonisasi di dalam reaktor tubular pada suhu 700℃ dengan laju pemanasan 5oC/menit dan ditahan selama 120 menit dan kondisi pada aliran gas nitrogen sebesar 100 mL/menit. Karbon aktif yang dihasilkan memberikan luas permukaan yang meningkat seiring dengan penambahan gondorukem dan nilai rasio C/H yang semakin menurun. Pada karbon aktif AC-G0%, AC-G5%, AC-G10%, dan AC-G15% menghasilkan luas permukaan secara berurutan sebesar 120.806, 194,560; 312,363; dan 462,188 m2/g. Kandungan karbon yang dihasilkan juga sudah cukup baik sekitar 85-89%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zazali
"ABSTRAK
Komposit karbon adalah material komposit yang matriks dan penguatnya adalah karbon. Material ini biasanya digunakan pada berbagai aplikasi tertentu yang membutuhkan sifat mekanis yang baik dan mampu stabil pada suhu tinggi. Komposit karbon ini dibuat dengan material penyusun coal tar pitch, batubara(BB) dan arang batok kelapa(ABK). Dalam pembuatan komposit karbon ini akan divariasikan jumlah dari bahan penguat BB:ABK yaitu 60:40, 70:30, 80:20. Proses pembuatan spesimen uji dilakukan dengan metode kompaksi serbuk panas dengan tekanan 78 Mpa, temperatur 1000C, waktu tahan 30 menit dan kemudian dikarbonisasi. Pengujian densitas dan porositas dilakukan untuk mengetahui kepadatan spesimen uji yang dihasilkan sedangkan pengujian kekerasan dan keausan bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis spesimen uji. Nilai densitas tertinggi dan persentase porositas terendah didapat pada saat komposisi BB:ABK 80:20 yaitu 1.53 gr/cm3 dan 32.14 %. Nilai kekerasan tertinggi dan laju keausan terendah terdapat pada saat komposisi BB:ABK 60:40 yaitu 38.54 BHN dan 0.05838 mm3/Nm.

ABSTRACT
Carbon composite is kind of composite that using carbon as the matrix and reinforcement. This material is commonly used for applications which requires excellent mechanical properties and dimensional stability at high temperatures. Carbon composite consisting of coal tar pitch, coal, and coconut shell charcoal. Ratio between coal:coconut shell charcoal as reinforcement in the process of making this composite carbon is 60:40, 70:30, and 80:20. Composite carbon are prepared by hot compaction method at pressure of 78 MPa, temperature of 1000C for half hour and then perform carbonization. Porosity and density testing performed to determine the density of sample. Hardness and wear testing also performed to determine mechanical properties of specimens. Maximum density obtain was 1.53 gr/cm3 (ratio 80:20). Lower density value was 32.14 %(ratio 80:20). Maximum hardness was 38.54 BHN (ratio 60:40) which also have lowest wear rate value (0.05838 mm3/Nm)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library