Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fisch, Michael J.
New York: McGraw-Hill, Medical, 2007
616.994 FIS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Kanker payudara merupakan gangguan payudara yang paling ditakuti perempuan dan angka kejadiannya terbanyak kedua di Indonesia. Salah satu efek panjang yang dirasakan pada pasien yang mengalami kanker payudara nyeri. Nyeri yang dialami oleh pasien kanker payudara merupakan nyeri kronis yang bersifat nosiseptif yakni nyeri secara fisik dan juga nyeri
yang diakibatkan karena pengalaman emosional pasien. Nyeri tersebut sifatnya berkepanjangan dan dapat membuat pasien tidak nyaman Eratnya keterkaitan antara nyeri dengan emosi memberikan suatu peluang bahwa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri tidaklah semata hanya mengandalkan pengobatan atau terapi secara kimia saja tetapi juga dapat menggunakan metoda komplementer lain seperti terapi modalitas berbasis energy. Salah satu terapi berbasis energy yang mudah dan cukup simple digunakan adalah Quantum Touch yang di Indonesia dikembangkan menjadi sentuhan spiritual quantum. Penelusuran literatur digunakan menggunakan kata kunci Quantum-Touch, Therapeutic Touch, Healing Touch dan Biofield dengan biofield atau terapi sebagai variabel independent dan nyeri, nyeri kronis, nyeri kanker payudara sebagai variabel dependent.
Penelusuran dilakukan pada website Proquest, Ebscohost maupun website lain yang menggunakan bantuan google Scholar. Dari hasil penelusuran di dapatkan sebanyak 13 jurnal yang terkait dengan tema tersebut. Dari ke-13 jurnal tersebut 6 jurnal merupakan sitematik review atau meta analisis, 5 jurnal penelitian klinis dan 2 penelitian cross sectional, Hasil literatur review
didapatkan bahwa dalam hal efektifitas terapi, dari 12 jurnal menyebutkan bahwa quantum touch memiliki kemampuan dalam menurunkan nyeri pada pasien kanker payudara. Selain aspek fisik, ternyata quantum touch pun dapat menyentuh aspek spiritual pasein tanpa menimbulkan efek samping. "
613 JKKI 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Wibisono
"Kanker adalah proliferasi sel yang abnormal dan berlebihan. Salah satu gejala kanker adalah rasa sakit. Faktor penting dalam mengelola nyeri kanker adalah melakukan nyeri yang akurat penilaian termasuk intensitas, lokasi, durasi, kualitas rasa sakit, dan upaya untuk mengurangi rasa sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rasa sakit berdasarkan demografi pada kanker pasien di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel berurutan dan diaplikasikan pada 395 sampel, yaitu rekam medis PT pasien kanker di atas usia 17 tahun yang telah dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sejak 2014 hingga 2019. Data dianalisis menggunakan proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase wanita yang mengalami nyeri parah lebih tinggi daripada pria 51,1%. Kelompok usia 41-65 tahun memiliki rasa sakit yang lebih parah daripada kelompok lain dengan 50,6%. Jenis kanker paling menyakitkan yang ditemukan pada kanker leher dan kepala adalah 57,6%. Selagi kanker dengan kelompok stadium 4 memiliki rasa sakit yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain dengan 56,9%. Ini Studi merekomendasikan perlunya pedoman untuk penilaian nyeri, terutama di awal penilaian mengenai durasi, lokasi, dan kualitas nyeri sehingga penilaian nyeri bisa lebih akurat.

Cancer is an abnormal and excessive cell proliferation. One symptom of cancer is pain. Important factors in managing cancer pain are conducting accurate pain assessments including intensity, location, duration, quality of pain, and efforts to reduce pain. This study aims to identify pain based on demographics in cancer patients in Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. This study used a cross sectional design with sequential sampling and was applied to 395 samples, namely the medical records of PT cancer patients over the age of 17 who had been treated at Dr Cipto Mangunkusumo General Hospital from 2014 to 2019. Data were analyzed using proportions.
The results showed that the percentage of women who experienced severe pain was higher than men 51.1%. The 41-65 year age group had more severe pain than the other group with 50.6%. The most painful type of cancer found in neck and head cancer is 57.6%. While cancers with the stage 4 group had higher pain than other groups with 56.9%. This study recommends the need for guidelines for pain assessment, especially in the initial assessment regarding the duration, location, and quality of pain so that pain assessment can be more accurate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ermawati Putri
"Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker yang sedang menjalani hospitalisasi, sehingga memerlukan manajemen nyeri yang dilakukan secara tepat oleh tenaga kesehatan terutama perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker oleh perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 76 perawat yang ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 48.68% perawat sudah memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik serta 60.5% perawat sudah menerapkan dengan baik manajemen nyeri pada pasien kanker di rumah sakit tersebut. Namun, dari hasil uji Chi Square didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker (p= 0.85, α= 0.05).
Penelitian ini memberikan implikasi sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya, terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawat terkait manajemen nyeri kanker.

Cancer pain is the most articulated grievances by undergoing hospitalization cancer patients, so they require pain management by health workers properly, especially nurses. This research aims to identify the relationship between knowledge and attitudes with the implementation of cancer pain management among nurses in Dharmais Cancer Hospital. This research used cross sectional design by involving 76 nurses who had been chosen by total technical sampling.
The result showed that 48.68% of nurse had good level of knowledge and attitude, and 60.5% of nurses implemented cancer pain management well. However, the Chi Square test result revealed that there was no relation between level of knowledge and attitude with the implementation of cancer pain management (p= 0.85, a= 0.05).
This research showed implication as starting data for the next research, especially which related to the influencing factors of knowledge and attitude of nurse towards cancer pain management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trowce Lista Nalle
"ABSTRAK
Nyeri merupakan keluhan utama penderita kanker yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Langkah awal untuk menanggulangi nyeri akibat kanker adalah penilaian nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang adekuat akan tercapai bila nyeri dijadikan tujuan utama dalam pengobatan kanker, hal ini dapat terpenuhi bila ada kesesuaian antara derajat nyeri yang dilaporkan pasien dengan analgesik yang diresepkan. Tujuan penelitian yaitu menilai ketepatan pemilihan analgesik dan keadekuatan terapi analgesik pada pasien nyeri kanker. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif dengan cara melakukan kajian penggunaan analgesik pada pasien dewasa dengan nyeri kanker yang menjalani rawat inap di RSCM periode Maret-Mei 2016, pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu semua pasien baru dengan nyeri kanker dan sesuai kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi. Keadekuatan terapi dinilai dengan Pain Management Index PMI . Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil yang didapat dari 96 pasien yang dirawat, pada awal masuk didapatkan nyeri ringan pada pada 55 pasien 57,29 , setelah 24 jam rawat pada 60 pasien 62,5 dan setelah 48 jam rawat; nyeri ringan didapatkan pada 80 83,33 pasien. Nyeri sedang di awal masuk 41 42,7 pasien, setelah 24 jam 36 37,5 pasien dan 48 jam sebanyak 16 16,66 pasien. Dari 96 pasien yang dirawat terdapat 672 penggunaan analgesik. Jenis analgesik yang paling banyak digunakan adalah Parasetamol tablet 51,63 . Persentase cara pemberian analgesik secara oral 77,23 dan intravena 21,87 . Ketepatan penggunaan analgesik berdasarkan derajat nyeri adalah 290 43,1 penggunaan dari 672 penggunaan. Skor PMI nol dan positif didapatkan 95 98,9 pasien dan skor negatif 1 0,01 pasien. Overtreatment didapatkan pada 79 82,2 pasien. Tingkat kepuasan pasien dengan skor kepuasan > 5 pasien yang merasa puas adalah 77,08 . Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan ketepatan pemilihan jenis analgesik masih relatif rendah, meskipun tingkat kepuasan tinggi 77,08 Kata kunci :Analgesik, nyeri kanker, derajat nyeri

ABSTRACT
Abstract Pain is an important problem for cancer patients that can affect their quality of life. The first step to manage cancer pain is assessing the pain. Adequate pain management will be achieved if pain control is the main goal in cancer treatment. This will be fulfilled if there is compatibility between pain level reported by the patient and prescribed analgesic.To evaluate the accuracy of analgesic selection and the adequacy of analgesic therapy in cancer pain patients.This research is a prospective observational study, by reviewing analgesic administration in adult patients with cancer pain that were hospitalized in Cipto Mangunkusumo Hospital in March to May 2016. Subjects were selected by consecutive sampling admissions, i.e. all new admitted patients with cancer pain that meet inclusion criteria were included in the study until required sample was fulfilled. The adequacy of therapy was measured with Pain Management Index PMI . Collected data was analyzed descriptively. Results from 96 selected subjects, mild pain was found in 55 patients 57,29 at the time of admission, 60 patients 62,5 at 24 hours of hospitalization, and 80 patients 83,33 at 48 hours of hospitalization. Moderate pain was found in 41 patients 42,7 at the time of admission, 36 patients 37,5 at 24 hours of hospitalization, and 16 patients 16.67 at 48 hours of hospitalization. From 96 patients, there were 672 analgesic usage. The most frequently used analgesic is paracetamol tablet 51,63 . Percentage of oral route administration is 77,23 , while intravenous is 21,87 . The accuracy of analgesic usage based on pain level is 290 43,1 out of 672 usage. PMI score of positive and zero was found in 98,9 subjects, while negative was found in 0,01 patients. Overtreatment was found in 79 patients 82,2 . Level of patient rsquo s satisfaction for satisfaction score 5 patient is satisfied is 77,08 .Conclusion from this research we found that the accuracy of analgesic selection for cancer pain is relatively low, but level of satisfaction is high 77,08 .Keywords analgesic, cancer pain, pain level"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okki Kardian
"Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri kanker perlu dilakukan secara efektif sehingga dampak dari nyeri yang mungkin timbul dapat diatasi dengan tepat. Penanganan nyeri yang tepat pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan khususnya manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri kanker. Data dianalisis dengan menggunkan proporsi. Besar sampel pada penelitian ini sebesar 107 responden. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif Cross Sectional dari pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner Pain Treatment Satisfactoin Scale. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan manajemen nyeri kanker secara keseluruhan dengan presentase sebesar 79,4%. Hasil ini merekomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas pelayanan manajemen nyeri, dan menjadwalkan rutin evaluasi terhadap manajemen nyeri untuk meningkatan kepuasan pasien dan menjaga kualitas pelayanan.

Pain is one of the symptom that is most felt by cancer patients. Cancer pain needs to be manage effectively so that the cancer pain can be controlled. Adequate cancer pain management can increase the satisfaction of patient in nursing service. This study aimed to describe the patients satisfaction with cancer pain management. This study used a descriptive design, with 107 respondents from inpatients at the Dharmais Cancer Hospital. The questionnaire was used was Pain Treatment Satisfaction Scele. The result showed that most respondents were satisfied with the overall management of cancer pain by percentage 79,4%. This result recommends to maintain and to improve the quality of pain management services, and scheduling routine evaluations of pain management to improve patient satisfaction and maintain service quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandy
"Nyeri kanker timbul pada sekitar 40% pasien kanker dan meningkat hingga 75-80% saat kankernya menyebar. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dengan opioid dapat menimbulkan efek samping, toleransi dan adiksi, sehingga diperlukan modalitas lain dalam mengatasi nyeri kanker. Akupunktur merupakan suatu modalitas terapi yang banyak digunakan untuk membantu kondisi ini. Penelitian terhadap penggunaan akupunktur aurikular sebagai terapi untuk nyeri kanker masih sedikit, dan belum terdapat suatu tinjauan sistematis untuk menilainya. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker. Tinjauan sistematis ini menggunakan daftar periksa PRISMA. Dari 3 studi yang dianalisis, semuanya menunjukkan penurunan intensitas nyeri dan terdapat luaran tambahan berupa pengurangan dosis analgesik harian, jumlah obat, dan posisi dalam WHO analgesic ladder. Kualitas studi yang dinilai dengan Cochrane Risk of Bias Tool terbaru dan GRADE mengungkapkan bahwa meski terdapat risiko bias yang digunakan pada dua studi, namun masih termasuk dalam rekomendasi Moderate, sementara studi oleh Ruela dkk (2018) mendapat rekomendasi High. Dapat disimpulkan, meskipun studi yang dianalisa masih sedikit, namun kualitasnya cukup baik dalam memaparkan efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker.

Cancer pain occurs in about 40% of cancer patients and increases to 75-80% when the cancer spreads. Pharmacological pain management with opioids can cause side effects, tolerance and addiction, so other modalities are needed in dealing with cancer pain. Acupuncture is a widely therapeutic modality to help this condition. There is little research of auricular acupuncture as a therapy for cancer pain, and there is no a systematic review to assess it. The purpose of this paper is to determine the effectiveness of auricular acupuncture on cancer pain. This systematic review uses the PRISMA checklist. Of the 3 studies analyzed, all showed a decrease in pain intensity and additional outcomes that is a reduction in the daily analgesic dose, drug amount, and position in the WHO analgesic ladder. The quality of the study assessed by Cochrane Risk of Bias Tool and GRADE revealed that although there was a risk of bias used in the two studies, it was still included in the Moderate recommendation, while the study by Ruela (2018) received a High recommendation. It can be concluded, although the studies analyzed are still few, they are of good quality in describing the effectiveness of auricular acupuncture in cancer pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Jumiari
"Nyeri merupakan salah satu gejala yang dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri yang adekuat diperlukan agar pasien dapat mengontrol nyerinya. Meskipun pasien sudah mendapatkan manajemen nyeri, sebagian pasien merasakan nyeri masih belum dapat dikontrol dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi hambatan manajemen nyeri terutama dari sisi pasien, sehingga manjemen yang adekuat dapat diberikan kepada pasien. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan manajemen nyeri pada pasien kanker. Penelitian dilakukan pada total 158 pasien kanker yang mengalami nyeri dengan menggunakan kuesioner Barriers Quetionnare (BQ) II. Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden sebagai berikut; responden terbanyak pada usia lansia awal (33,54%), dengan jenis kelamin perempuan (60,12%), tingkat pendidikan menengah (59,50%), jenis kanker kepala dan leher (27,84%), stadium III (32,37%), dan pengobatan kemoterapi (48,73%). Hambatan manajemen nyeri paling banyak dilaporkan responden adalah pada aspek toleransi obat terhadap nyeri (52,53%) dan mengkomunikasikan nyeri (52,53%). Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian tentang hambatan manajemen nyeri dari sisi petugas kesehatan.

Pain is one of the symptoms of cancer. Adequate pain management is needed so that the patient can control the pain. Even though the patient has received pain management, some patients feel the pain is still cannot be controlled adequately. Therefore, it is necessary to identify barriers to pain management, especially from the patient's side, so that adequate management can be given to the patient. This cross sectional study aimed to identify barriers to pain management in cancer patients. The study was conducted on a total of 158 cancer patients who experienced pain using the Barriers Quetionnare (BQ) II questionnaire. The results showed that the characteristics of the respondents were as follows; most respondents were early elderly (33.54%), female (60.12%), have secondary education level (59.50%), have head and neck cancer (27.84%), stage III (32.27%) , and chemotherapy treatment (48.73%). The barrier pain management that were mostly reported by respondents were in the aspect of drug tolerance to pain (52.53%) and communicating pain (52.53%). This study recommends conducting research on the barriers to pain management from the health care worker side."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Deryl Ivansyah
"Pendahuluan: Metastatic Bone Disease (MBD) merupakan tempat penyebaran jauh terbanyak ketiga setelah paru dan liver. Hal ini menimbulkan morbiditas yang tidak sedikit dan pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup dan kesintasan pasien. Metode: Penelitian ini menggunakan studi potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan total sampling. Pasien yang terdiagnosis MBD selama periode 2008 – 2018 dilihat karakteristik, kesintasan, dan jika masih hidup, dilakukan penghitungan skor fungsional menggunakan kuesioner SF-36 dan MSTS. Hasil: Terdapat 113 pasien MBD dengan rerata usia 54,34 ± 11,09, 69% perempuan, 24,8% tumor primer dari paru, 17,7% dari mammae, 16,8% dari tiroid. 55,8% lesi MBD terdapat pada ekstremitas dan 74,3% merupakan lesi soliter. 65,5% pasien tidak menjalani operasi, namun 78,8% mendapatkan bisfosfonat dan 51,3% mendapatkan radioterapi. Sebanyak 82,3% pasien sudah meninggal, sehingga terdapat 20 pasien yang masih hidup. SF-36 menunjukkan rentang median 40,0 – 100,0 dari 8 skala yang ada. MSTS ekstremitas atas rerata 45,55 ± 24,46 dan ekstremitas bawah median 26,67 (20,00 – 60,00). Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pembedahan dengan kesintasan (P=0,034). Analisis multivariat menunjukkan operasi memiliki peluang terhadap kesintasan yang lebih baik sebesar 2,8 kali (95%CI 1,1 – 7,6). Kesimpulan: Operasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap kesintasan pasien MBD.

Introduction: Metastatic Bone Disease (MBD) is the third distant sites after lungs and liver. This creates quite morbidity and in the end affect the patient’s quality of life and survival. Methods: This study uses cross sectional design with total sampling at Cipto Mangunkusumo Hospital. MBD diagnosed patient during 2008 – 2018 were evaluated for characteristics, survival rate. Survived patient will evaluated for functional score with SF-36 and MSTS. Results: From 113 patients, with mean age of 54,34 ± 11,09, 69% were female, 24,8% were lung primary tumor, 17,7% from breast tumor, and 16,8% from thyroid tumor. 55,8% of the lesions were from extremity and 74,3% were solitary lesions. 65,5% patients did not get a surgery, 78,8% were given bisphosphonates, and 51,3% got a radiotherapy treatment. 82,3% patients were already died, so we got 20 patients that were still alive and being evaluated for the functional score. SF-36 shows median of 40,0 – 100,0 from 8 scales, and upper extremity MSTS results mean 45,55 ± 24,46, and lower extremity MSTS results median 26,67 (20,00 – 60,00). Bivariate analysis shows statistically significant association of surgery with survival (P=0,034). Multivariate analysis shows surgery has a 2,8 times higher chance of survival (95%CI 1,1 – 7,6). Conclusion: Surgery has a significant association with MBD patient survival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaika Rosalin
"Pendahuluan: Kanker ginekologi adalah kanker yang dimulai pada organ reproduksi wanita. Lima jenis utama kanker ginekologi adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva. Nyeri kanker merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien kanker, lebih dari 70% individu dengan kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang hingga berat (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) sehingga menimbulkan kesulitan dalam merawat diri sendiri dalam melanjutkan aktivitas hidup sehari-hari dan stress. Penggunaan opioid pada pasien yang mengalami nyeri kanker diketahui memberikan efek analgesia yang memadai untuk nyeri yang lebih berat, namun memiliki efek samping dan dapat menimbulkan kecanduan. Elektroakupunktur dapat berfungsi sebagai terapi komplementer untuk menghilangkan rasa sakit terkait kanker dan pengobatan kanker.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal multisenter dilakukan pada 54 pasien nyeri kanker ginekologi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak sesuai kriteria eksklusi. Subjek penelitian dirandomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 subjek kelompok elektroakupunktur dan terapi standar dan 27 subjek kelompok terapi standar. Kelompok elektroakupunktur dan terapi standar akan mendapatkan terapi satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, terapi selama 30 menit dengan gelombang continuous, frekuensi 2 Hz, titik akupunktur yang digunakan adalah LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Intensitas nyeri dengan skor VAS, kualitas hidup pasien dengan EORTC QLQ-C30 dan dosis analgetik merupakan luaran primer yang dinilai.
Hasil: Perbandingan rerata penururnan skor VAS hari pertama lebih besar pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dengan nilai p = 0,009, Perbaikan skor kualitas hidup pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar lebih baik daripada kelompok terapi standar saja pada status fungsi fisik, fungsi model diri, fungsi emosi, fungsi kognitif, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Sedangkan penilaian pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar pada hari pertama dan hari ketujuh didapatkan hasil bermakna pada status kesehatan menyeluruh, fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, nyeri, insomnia, konstipasi, perbaikan nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Serta penurunan total dosis anlagetik harian lebih besar pada kelompok terapi elektroakupunktur dan terapi standar.
Kesimpulan: Terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat menurunkan skor VAS serta dosis analgetik harian disertai perbaikan pada kualitas hidup pasien.

Introduction: Gynecological cancer is cancer that starts in the female reproductive organs. The five main types of gynecological cancer are cervical cancer, ovarian cancer, uterine cancer, vaginal cancer, and vulvar cancer. Cancer pain is a common symptom in cancer patients, more than 70% of individuals with advanced cancer suffer from moderate to severe pain (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) which causes difficulty in caring for themselves in continuing daily life activities and stress. . The use of opioids in patients experiencing cancer pain is known to provide adequate analgesia for more severe pain, but has side effects and can cause addiction. Electroacupuncture may serve as a complementary therapy for cancer-related pain relief and cancer treatment.
Methods: A multicenter single-blind randomized clinical trial was conducted on 54 patients with gynecological cancer pain who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The research subjects were randomized into 2 groups, namely 27 subjects in the electroacupuncture and standard therapy group and 27 subjects in the standard therapy group. The electroacupuncture and standard therapy groups will receive therapy once a day for three consecutive days, therapy for 30 minutes with continuous waves, frequency 2 Hz, the acupuncture points used are LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Pain intensity with VAS score, quality of life of patients with EORTC QLQ-C30 and analgesic dose were the primary outcomes assessed.
Results: Comparison of the mean reduction in VAS score on the first day was greater in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy with a p value = 0.009, Improvement in score The quality of life in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy was better than the standard therapy group alone in the status of physical function, self-model function, emotional function, cognitive function, social function, fatigue, nausea and vomiting, shortness of breath, appetite with a p value < 0.05. Meanwhile, the assessment in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy on the first day and the seventh day showed significant results on overall health status, physical function, emotional function, social function, fatigue, nausea and vomiting, pain, insomnia, constipation, improvement in appetite with values p < 0.05. And the reduction in total daily analgesic dose was greater in the electroacupuncture therapy and standard therapy groups.
Conclusion: Combination therapy of electroacupuncture and standard therapy can reduce VAS scores and daily analgesic doses accompanied by improvements in the patient's quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>