Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Afriani
"Pada penelitian ini dilakukan pemodelan untuk mengetahui pola bioakumulasi Zn dan 137Cs pada kerang kuda (Modiolus Micropterus) serta prediksi spesiasi kimia Zn (menggunakan Software ChemEQL) dengan melihat pengaruh berbagai konsentrasi, salinitas dan pH. Jalur paparan kontaminan dilakukan melalui jalur air dengan konsentrasi Zn2+ dan 137Cs+ sebagai kontaminan masing-masing dengan kisaran berturut-turut 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm dan 1; 2; 3; 4 Bq.mL-1, salinitas dengan kisaran 25, 26, dan 28 ppt, serta pengaruh pH yang merepresentasikan Ocean Acidification dengan kisaran 7.1; 7.5; 8.3. Setiap hari seluruh biota uji dianalisis dengan radiotracer 65Zn dan 137Cs menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan. Paparan dihentikan saat pengambilan Zn2+ dan 137Cs+ dalam tubuh kerang telah mencapai keadaan tunak (steady state). Selanjutnya, dilakukan proses depurasi pada kerang menggunakan metode pengaliran air laut berulang. Selama proses ini, setiap hari seluruh biota uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pelepasan kontaminan. Pada eksperimen ini didapatkan nilai CF maksimal dalam berbagai konsentrasi, salinitas dan pH masing-masing sebesar 45.54 mL.g-1; 33.26 mL.g-1; 33.47 mL.g-1 untuk bioakumulasi Zn2+ dan 7.35 mL.g-1; 9.66 mL.g-1.; 7.56 mL.g-1 untuk bioakumulasi 137Cs+. Dengan demikian, perubahan berbagai konsentrasi, salinitas, dan pH (representasi Ocean Acidification) mempengaruhi pola bioakumulasi seng dan radiocesium serta spesiasi kimia yang menunjukkan ketersediaan ion Zn2+ dan spesies Zn yang dominan.

In this research, modeling was carried out to study of bioaccumulation patterns of Zn and 137Cs in Horse Mussels (Modiolus micropterus) and chemical speciation prediction (by Software ChemEQL) by looking at the variation of the concentration, salinity, and ocean acidification. The path of contaminant exposure is carried out by seawater pathway, under the variation of Zn2+ and 137Cs+ each with a combination of 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm and 1; 2; 3; 4 Bq. mL-1, respectively, salinity in the range of 25; 26; 28 ppt, and pH variations in the range of 7.1; 7.5; 8.3. Everyday mussels are counted out using a Gamma Spectrometer to obtain data taken from radiotracer 65Zn and 137Cs. Exposure stops when 65Zn and 137Cs activity in the body of the organism tested reaches steady-state conditions. Next, a depuration process was carried out on the organism tested using the recurrent seawater flow method. During this process, every day all activity trials are carried out 65Zn and 137Cs using a Gamma Spectrometer to obtain contaminant release data. In this experiment the CF maximum values obtained at concentrations, salinity and pH were 45.54 mL.g-1; 33.26 mL.g-1; 33.47 mL.g-1 for Zn2+ bioaccumulation and 7.35 mL.g-1; 9.66 mL.g-1; 7.56 mL.g-1 bioaccumulation of 137Cs+. Thus, changes in concentration, salinity, and pH variations (representing Ocean Acidification) affect bioaccumulation and radiocesium patterns as well as chemical speciation that show the contribution of Zn2+ ions and dominant Zn species.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Connell, Des W.
Jakarta: UI-Press, 1995
661 CON bt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"EFFECTS OF CONCENTRATION, AND BODY SIZE ON THE BIOACCUMULATION OF MERCURY ON THE ARK COCKLES ANADARA ANTIQUATA. The kinetics of mercury bioaccumulation on the ark cockles Anadara antiquata were investigated by using radiotracer. An aquaria experiments applied to two groups of cockles, that were smaller (10-20mm) and bigger cockles (35-45 mm), three individuals each, with two replications. Four Hg2+ concentration (0.0025; 0.005; 0.01; and 0.02 μg.L-1) with 0.5 Bq.L-1 of 203Hg2+ were treated to both groups. The experiments of bioaccumulation lasted for 14 days, continued with 5 days depuration treatments. The observed variables were Bioconcentration Factor (BCF), uptake rates, efflux rates, contents of mercury in the body, and elimination rates of mercury. The models to predict BCF and elimination rates also had made. The results showed that Hg2+ bioaccumulation on smaller cockles was higher than bigger cockles. The increased of Hg2+ concentration in the water decreased the BCF on both groups. By the steady state of exposure period, the Bioconcentration Factor (BCF) of Hg was 775,532 on smaller cockles, and 378,708 on bigger cockles. The increased of Hg2+ concentration in the medium effected the increased ofHg2+ efflux rates, and Hg2+ contents in the body on both groups, but decreased the uptake rates on bigger cockles. There were no significant differences of Hg2+ retention percentage during depuration time on both groups."
604 JTPL 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukukan penelitian bioakumulasi metil merkuri melalui jalur pakan menggunakan radioisotop."
604 JTPL 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang melibatkan ekstraksi emas dengan menggunakan logam merkuri telah menyebabkan peningkatan konsentrasi logam tersebut di Sungai Cikaniki. Keberadaan logam merkuri di perairan telah banyak dilaporkan menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifikasi merkuri pada biota dan rantai makanan yang ada diperairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bioakumulasi merkuri pada fauna makrobentik yang berbeda kebiasaan makan fungsionalnya pada daerah yang tercemar merkuri akibat aktivitas PETI. Lokasi penelitian meliputi daerah Cikaniki Hulu untuk daerah yang belum tercemar,, dan Cisarua, Curug Bitung dan Lukut yang berlokasi di Sungai Cikaniki untuk daerah-daerah yang sudah tercemar oleh logam merkuri. Pada masing-masing lokasi pengamatan dilakukan sampel air, sedimen dan biota air yang meliputi perifiton, fauna makrobentik dan ikan, untuk dianalisi konsentrasi logam merkurinya. Untuk melihat adanya gejala biomagnifikasi pada rantai makanan di perairan tersebut, maka biota air yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan kebiasaan makan fungsionalnya yaitu, produsen primer/perifiton, scrapper, scredder, collector gatherer, collector filterer, dan predator. Dari hasil analisis diketahui bahwa bioakumulasi merkuripada perifiton adalah yang tertinggi diantara kelompok kebiasaan makan fungsional yang diamanti di Sungai Cikaniki, diikuti selanjutnya oleh kelompok scraper, collector filterer, collector gatherer, shredder an terakhir predator. Pola bioakumulasi merkuri pada biota air dari hulu ke hilir menunjukkan pola peningkatan denga akumulasi tertinggi berada di Curug Bitung, kecuali untuk kelompok kebiasaan makan fungsional scraper. Bioakumulasi merkuri pada biota perairan Sungai Cikaniki berkorelasi dengan konstrasi merkuri pada media lingkungannya. "
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Daniel Jeffry
"ABSTRAK
Logam arsen merupakan salah satu logam berat yang berbahaya karena bersifat toksik jika terakumulasi dalam jaringan mahkluk hidup dan sulit terdegradasi dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran logam arsen yang terdapat di dalam fraksi sedimen, mengetahui pengaruh pH pada proses ekstraksi sedimen serta mengetahui tingkat bioakumulasi logam arsen baik sebagai arsen (As) tunggal maupun campuran logam pada ikan mas (Cyprinus carpio L.). Proses pengambilan sampel sedimen dilakukan di tiga stasiun di perairan Teluk Jakarta. Proses pembuatan larutan ekstraksi berdasarkan prosedur TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure). Proses bioakumulasi dilakukan dengan memberikan toksikan kepada biota uji yaitu ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang berlangsung selama 28 hari. Adapun toksikan yang diberikan adalah arsen tunggal dan arsen dalam campuran logam yang terdapat dalam sedimen. Sampel sedimen dan biota uji tersebut dianalisis dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam arsen yang terdapat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta berkisar 1,008 -1,552 µg/g. Berdasarkan baku mutu standar internasional Dutch Quality Standards for Metals in Sediment, level terendah konsentrasi As yang masih dapat ditolerir sebesar 29 mg/kg. Kandungan logam arsen berdasarkan ekstraksi pH 3, 5, dan 7 berturut-turut adalah 0,049-0,058 µg/g, 0,077-0,091µg/g, 0,045-0,069 µg/g. Sedangkan konsentrasi logam As yang terbioakumulasi pada Cyprinus carpio L. yang diberi toksikan arsen tunggal yaitu bagian insang sebesar 0,177 µg/g dan daging sebesar 0,166 µg/g. Sementara logam arsen yang terbiokumulasi pada Cyprinus carpio L. yang diberi toksikan arsen dalam campuran logam yaitu pada bagian insang sebesar 0,166 µg/g dan daging sebesar 0,162 µg/g. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan arsen dalam sedimen di Teluk Jakarta masih tergolong aman dan pH berpengaruh dalam proses pelepasan logam arsen dalam sedimen serta logam arsen berpotensi terbioakumulasi dalam tubuh biota.

ABSTRACT
Arsenic is one of dangerous heavy metal that is toxic if it accumulates in living tissue and it is difficult to degrade in the environment. This research was conducted to determine the level of arsenic contamination present in the sediment fraction, determine the effect of pH on the extraction process and determine the level of bioaccumulation of sediment arsenic well as arsenic (As) single or a mixture of metals in carp (Cyprinus carpio L.). The process of sediment sampling conducted at three stations in Jakarta Bay of waters. The process of making extraction solution based on TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) procedure. Bioaccumulation process is done by giving the test toxicant to Cyprinus carpio L. and is held for 28 days. The toxicant was given a pure arsenic and arsenic that mix with another metals in the sediments. Sediment and biota samples were analyzed by AAS. The results showed that the levels of arsenic in the sediment ranged 1,008 -1.552 µg/g. Based on Dutch Quality Standards for Metals in Sediments international the lowest concentrations of As can still be tolerated by 29 µg/g. The level of the arsenic content by extraction pH 3, 5, and 7 in a row is 0.049 to 0.058 µg/g, 0.077 to 0.091 µg/g, from 0.045 to 0.069 µg/g. While the heavy metal concentrations of As in Cyprinus carpio L. bioaccumulated who were given a pure arsenic toxicant in the gills is 0,177 µg/g and the flesh is 0,166 µg/g. While arsenic bioaccumulated in Cyprinus carpio L. that given arsenic mixed toxicant with another alloy in the gills is 0,166 µg/g and in the flesh is 0,162 µg/g. This case indicates that the level of arsenic in sediments is still relatively safe, pH influence the process of arsenic released in sediment and the arsenic is potentially bioaccumulated organism."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42596
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faradilla Maulina
"Operasional Reaktor Serba Guna (RSG) 30 MW di kawasan Puspitek, Serpong yang memungkinkan terjadinya pelepasan radionuklida yang akan mengkontaminasi sistem perairan, salah saatunya adalah Cesium-137. Biota laut mampu mengakumulasi zat radioaktif sehingga konsentrasinya pada tubuh biota menjadi berlipat dibandingkan konsentrasi zat radioaktif di lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi melalui jalur internal (ingesti) maupun jalur eksternal (radiasi lingkungan). Didukung oleh hal tersebut maka dilakukan studi bioakumulasi 137Cs oleh ikan kerong-kerong (Therapon jarbua) dari perairan Teluk Jakarta melalui jalur air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme bioakumulasi 137Cs dengan faktor pengaruh salinitas dan suhu air pada T. jarbua dengan menggunakan metode biokinetika kompartemen tunggal melalui tiga tahap percobaan yaitu, aklimatisasi, kontaminasi dan depurasi serta dilakukan pengukuran aktivitas 137Cs dengan spektrometer gamma HPGE. Hasil penelitian menunjukkan Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada salinitas 26?; 29?; 32?; dan 35? berturut-turut adalah 2.22; 2.14; 1.56; dan 6.17 mL g-1, sedangkan nilai BCF pada suhu 28˚C; 31 ˚C;34 ˚C; dan 37 ˚C berturut-turut adalah sebesar 2.78; 3.25; 3.79; dan 3.51 mL g-1.

The 30MW-Serba Guna Reactors (RSG) in puspitek ,Serpong may allow the release of the radionuclides that would contaminate the water system, one of them, is Caesium-137. Marine organisms are capable of accumulating the radioactive substances, resulting a higher concentration of it inside their body in contrast to the environment. Contamination can occur through internal pathways (ingestion) or external pathway (radiation in the environment). Supported by these statement, the 137Cs bioaccumulation study was performed by observing Target Fish (Therapon jarbua) from the Jakarta Bay.
This research is intended to study the bioaccumulation's mechanism of 137Cs with the influence of salinity and water temperature on T. jarbua using a single-compartment biokinetic model by doing three experimental processes, namely acclimatization, contamination, and depuration. The activity of 137Cs was measured by High-purity Germanium (HPGE) gamma spectrometer. The results shows the values of bioconcentration factor (BCF) on T. jarbua at 26 ?; 29 ?; 32 ?; and 35 ? salinity, which are 2.22; 2.14; 1.56; and 6.17 mL g-1, respectively. On the other hand, the BCF values at 28°C; 31 °C; 34 ° C; and 37 ° C temperature are 2.78; 3.25; 3.79; and 3.51 mL g-1, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ramadhanti
"ABSTRAK
Kenaikan jumlah konsumsi ikan nila Oreochromis niloticus menunjukkan bahwa masyarakat sekarang sudah mengerti pentingnya nutrisi yang terkandung dalam ikan. Sayangnya, banyak masyarakat yang bekerja di bidang budidaya ikan tidak sadar akan bahaya yang mungkin ada apabila lokasi budidayanya berada di tempat yang tidak aman. Salah satu contohnya adalah budidaya ikan air tawar yang berlokasi di sekitar BATAN, Serpong. BATAN Serpong sekarang sedang mengembangkan Reaktor Daya Eksperimental RDE yang memiliki probabilitas untuk melepaskan radionuklida seperti 137Cs sebagai produk dari reaksi fisi. 137Cs yang dilepaskan akan masuk ke atmosfer, mengalami proses global fallout, diabsorbsi oleh tanah dan terakumulasi di air. Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis proses bioakumulasi 137Cs oleh O.niloticus dan kajian resiko dengan menghitung Bio Concentration Factor BCF . Nilai BCF yang didapat dengan ukuran 7.00 cm, 7.70 cm, 8.70 cm, dan 9.80 cm secara berurutan adalah sebesar 20.02, 9.12, 4.45, dan 2.88. nilai BCF kemudian digunakan pada software Erica tool untuk menghitung dosis total 137Cs yang terkandung dalam makhluk hidup di ekosistem tersebut. Distribusi 137Cs juga dianalisis melalui pembedahan dan didapatkan hasil bahwa akumulasi terbesar berturut-turut berada di otot, insang, dan isi perut. Keseluruhan hasil yang didapat kemudian dikombinasikan untuk menentukan apakah biota ini berada dalam nilai ambang batas.

ABSTRACT
The rise of consumption of Nile Tilapia Oreochromis niloticus shows how people now understand the importance of the nutrients contained by fishes. However, people who work on the site of aquaculture sometimes do not realize how tangible the threats are if the site is unsafe. One of the examples is the aquaculture site located near BATAN, Serpong. BATAN Serpong is currently working on its Experimental Power Reactor ERP which has the probability to release radionuclide such as 137Cs as a fission product from nuclear reactors. 137Cs released into the atmosphere will undergo the process of global fallout, absorbed in the soil and accumulated in the water. Thus, the aim of this study was to analyze the process of bioaccumulation of 137Cs by O.niloticus and its risk assessment by calculating the bioconcentration factor BCF . The values of BCF with the size of 7.00 cm, 7.70 cm, 8.70 cm, and 9.80 cm are 20.02, 9.12, 4.45, and 2.88 respectively. These values of BCF will then be inserted to Erica Tool in order to calculate the total dose of 137Cs contained in living organisms. The distribution of 137Cs inside the body of O.niloticus was also analyzed through dissection. The result shows that highest accumulation of 137Cs was located in the muscle, the second highest was in the gills, and the lowest was in the viscera. All the results were combined to decide whether these organisms are safe to be consumed or not."
2017
S70168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farihah Rahma Harfiatin
"Dalam penelitian ini dilakukan studi bioakumulasi dan depurasi ion logam Nikel yang diamati dari spesies kerang hijau atau Perna viridis yang diperoleh dari Muara Kamal, Jakarta Utara. Kerang hijau yang mengandung ion logam Nikel apabila dikonsumsi masyarakat dalam jumlah banyak akan menimbulkan efek toksisitas. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar ion logam Nikel yang terkandung di dalam kerang hijau dibutuhkan metode depurasi. Terlebih dahulu, dilakukan bioakumulasi ion logam Nikel sebesar 0,13 ppm. Hasilnya, didapatkan logam berat Nikel yang terakumulasi di tubuh kerang hijau sebesar 12,12 mg/kg. Kemudian dilakukan depurasi dengan pengaliran air berulang selama tujuh hari, perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan konsentrasi 0.75 , 1.5 dan 2.25 selama dua jam. Sehingga, didapatkan penurunan kadar ion logam Nikel yang terbesar dengan depurasi asam sitrat 2,25 menjadi 6,60 mg/kg. Penentuan kadar ion logam nikel menggunakan alat instrument SSA Spektroskopi Serapan Atom . Ditentukan juga kadar protein sebelum dan sesudah depurasi dengan metode kjeldahl. Kadar protein sebelum depurasi 18,51 dan setelah depurasi mengalami penurunan terbesar pada depurasi pengaliran air sebesar 11,07 . Diharapkan, dengan metode depurasi ini bisa dipergunakan dalam skala rumah tangga.

In this study, conducted studies bioaccumulation and depuration of ions metal nickel were observed from the species of green mussels or Perna viridis from Muara Kamal, North Jakarta. Green mussels containing ions metal nickel when consumed by the public in large quantities will cause toxic effects. Therefore, to reduce the levels of ions metals nickel contained in the green mussels required depuration method. First, bioacumulation metals of nickel is 0.13ppm. The result, obtained heavy metal Nickel that accumulates in the body of green mussels is 12.12 mg kg. Then, depuration with recurrent water drainage for seven days, soaking of acetic acid and citric acid with concentration 0.75 , 1.5 and 2.25 for two hours. Thus, the largest decrease of ion metal nickel content with citrate acid depuration 2.25 became 6.60 mg kg. Determination of the levels of metal ions using AAS Atomic Absorption Spectroscopy . Also, determined protein levels before and after depuration with kjeldahl method. Protein content before depuration was 18.51 and after depuration experienced the greatest decrease in water drain depuration by 11.07 . Hopefully, with this depurasi method can be used in a household scale."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>