Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Arum Kusumawardhani
"ABSTRAK
Arsitektur rumah Betawi sangat erat terkait dengan liyan. Hal ini jelas terlihat
bila membandingkan arsitektur Betawi hasil reka cipta dengan arsitektur rumah
Betawi Ora sebagai salah satu studi kasusnya. Temuan penelitian berupa adanya
bangunan blandongan sebagai ruang publik dan pangkeng pendaringan sebagai
ruang sakral pada rumah Betawi Ora yang tidak muncul pada arsitektur rumah
Betawi hasil rekacipta, mempertegas adanya keliyanan tersebut. Rumah yang
bagi masyarakat Betawi Ora merupakan bagian dari diri dan identitas mereka,
menjadi liyan di tengah representasi formal yang menutupi keberadaan mereka.
Peminggiran terus menerus terhadap masyarakat Betawi sejak dari masa
kolonial Hindia Belanda hingga sekarang ini, ditengarai sebagai faktor utama
yang mempertegas keliyanan tersebut. Penghapusan kampung ? kampung
Betawi sedikit banyak memaksa masyarakat Betawi untuk mengubah pola hidup
dan keruangan mereka, menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru, termasuk
juga pada cara mereka berarsitektur.
Keberadaan arsitektur rumah Betawi Ora yang belum diakui sebagai bagian dari
kekayaan khasanah arsitektur tradisi Betawi akan dijelaskan melalui pendekatan
historiografi arsitektural, terutama yang terkait dengan penyebab liyan serta
penyikapan orang Betawi terhadap arsitektur dan keruangan mereka sendiri.
Sebuah penelitian dengan menggunakan metode interpretasi menjadi dasar dari
tulisan ini, yang bertujuan untuk mengangkat kesejarahan dari masyarakat
kebanyakan melalui pendekatan ?history from below?.
Pendekatan teoritis terkait konsep liyan dan subaltern digunakan untuk
mengenali masyarakat Betawi yang sering kali dikatakan sebagai kelompok
marginal di ibu kota Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi dan
kebudayaannya, terutama yang terkait dengan arsitektur rumah dan ruang
keterbangunan mereka, akan diamati perubahan dan perkembangannya sejak
periode akhir pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga periode reformasi
sebagai upaya untuk memperjelas kesejarahan mereka dan liyan yang terkait
erat di dalamnya.

Abstract
Betawi house architecture is closely related to ?Otherness?. This is clearly seen when
comparing Betawi architecture formal representation with the architecture of Betawi
Ora house as a case study. The research findings of blandongan as a public space and
pangkeng pendaringan as sacred space at Betawi Ora house which does not appear on
the architecture of Betawi house formal representation, confirm the existence of
otherness. The house for Betawi Ora people is part of the self and their identity,
became ?Others? in the middle of a formal representation that covers their existence.
Continuous marginalization of the Betawi people since the colonial Dutch East Indies
until now, identified as the main factors that reinforce the otherness. Elimination of
the Betawi villages, forced the Betawi people to change their everyday life and
spatiality, to adjust to new conditions, including to their architecture
The existence of Betawi Ora house that has not been recognized as part of Betawi
architectural traditions will be explained through the historiography architectural
approaches, especially those related to the cause of the ?Otherness? and Betawi
people attitude towards their own architecture and spatial. A study using the
interpretive research method is the basis of this paper, which aims to raise the history
of the commoners through a 'history from below' strategy.
Theoretical approach and related concepts of Other and subaltern are used to
identify the Betawi people, often said to be a marginal group in the capital city of
Jakarta. The existence of the Betawi people and its culture, especially as related to
architecture and their built environment, will be observed the changes and
developments since the end of the period of the Dutch East Indies colonial rule until
the period of reforms in an effort to clarify their historical and ?Otherness? are
inextricably linked in it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31810
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Gustiana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Kautzar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchelia Lunggaer
"Suku Betawi adalah suku asli Jakarta yang memiliki banyak kegiatan kebudayaan. Suku Betawi merupakan hasil dari percampuran banyak suku bangsa yang membuat suatu kebudayaan baru. Suku Betawi sampai saat ini bertempat tinggal di kampung. Kampung juga merupakan tempat dimana kebudayaan dan identitas berkembang. Contoh kampung yang didiami oleh mayoritas suku Betawi adalah kampung Setu Babakan yang mempertahankan kebudayaannya dengan mewariskannya dari generasi ke generasi melalui tradisi dan upacara adat pada setiap tahapan daur hidup manusia. Apakah ruang arsitektur yang merupakan sarana kebudayaan dalam siklus daur hidup suku Betawi memengaruhi masyarakat dalam menjalani kehidupannya dan perubahan apa saja yang sudah terjadi? Melalui topik ini, saya akan menjelaskan keterhubungan antar ruang kampung yang menjadi rumah disetiap kegiatan upacara daur hidup, siklus dan kebudayaan dalam kampung ini serta perubahan yang terjadi.

Betawi is the ethnic who claimed as the origin of Jakarta with many cultural activity. Betawi is the result of a mixture of many ethnic groups that produce their own culture. Until today, Betawis mostly live in the kampung which is also a place of cultural development and identity. The example of existing kampung Betawi is Setu Babakan. They inherit culture to the next generation which is by way of traditional ceremonies at every level of life cycle. Whether the architectural space that is the means of culture affect the citizens in living their lives and what changes have occurred It is important to understand space of life cycle ceremonies. Life cycle is connected with cultural ceremonies, so in this topic I will explain the connectivity between kampung as a development space of Betawis living and life cycle as a culture, to understand how they treat their own space in kampung as their house and connectivity with each other and the modification during time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota, 1991
R 720.9 RUM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Januar Adhitama
"Rumah tradisional Betawi memiliki beberapa tipe yaitu tipe Gudang, Kebaya, Joglo, dan Panggung yang dipengaruhi oleh kedua aspek geografis dan budaya. Secara geografis, wilayah Jakarta dan sekitarnya memiliki iklim tropis lembap, perbedaan ketinggian daratan dan intensitas vegetasi. Secara budaya, terdapat persebaran kelompok Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, dan Betawi Ora/Udik di lokasi berbeda dengan variasi budaya. Masyarakat Betawi dipengaruh oleh budaya asing seperti Melayu, Cina, Arab, dan Eropa serta budaya lokal seperti etnis Sunda, Jawa, dan lainnya. Variasi geografis dan budaya tersebut menyebabkan rumah tradisional Betawi memiliki beberapa variasi bentuk atap, denah, kaki, dan bukaan yang berkaitan dengan pencahayaan alami.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan karakteristik bukaan, beserta pengaruh fisik dan non fisik pencahayaan alami terhadap kualitas ruang penghuni dari empat tipe rumah tradisional Betawi. Karakteristik bukaan tersebut meliputi aspek bentuk, luas, letak, warna, dan material. Pengaruh fisik pencahayaan alami meliputi aspek iluminasi, kontras, suhu, dan kelembaban. Sedangkan, pengaruh non fisik meliputi dari aspek privasi dan budaya. Studi kasus skripsi adalah rumah tradisional Betawi tipe Joglo di Setu Babakan, tipe Panggung di Marunda, tipe Kebaya di Condet, dan tipe Gudang di Matraman. Hasil dari skripsi ini adalah perbandingan karakteristik bukaan serta pengaruh pencahayaan alami pada keempat tipe rumah tradisional Betawi.

Betawi traditional house has several types such as Gudang, Kebaya, Joglo, and Panggung that influenced by both geographical and cultural aspects. Geographically, Jakarta and its surroundings has tropical humid climate, different heights of land and intensities of vegetation. Culturally, there are Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, and Betawi Ora/Udik groups spread in different locations with various cultures. Betawi people are influenced by foreign cultures such as Malay, Chinese, Arabian, and European, along with the local cultures such as Sundanese, Javanese, and others. Those geographical and cultural variences caused Betawi traditional house have some varieties in roof forms, floor plans, foot, and openings that are related to day lighting.
This undergraduate thesis aims to find out the similarities and differences of the openings characteristics, along with the physical and non physical influences of day lighting on dweller spatial quality of four types of Betawi traditional house. These opening characteristics are shape, wide, location, color, and material. The physical influences of day lighting consist of illumination, contrast, temperature, and humidity aspects. The non-physical influences consist of privacy and cultural aspects. The case studies of this undergraduate thesis are Betawi traditional house of Joglo type in Setu Babakan, Panggung type in Marunda, Kebaya type in Condet, and Gudang type in Matraman. The results of this undergraduate thesis are the comparison of the opening characteristics along with the influences of day lighting on four types of Betawi traditional house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library