Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariani Ni Putu
"Remaja dalam pertumbuhan dan perkembangan merupakan kelompok berisiko terjadi perubahan perilaku: merokok, agresif dan seksual. Perubahan tersebut berhubungan dengan karakteristik remaja dan keluarga, serta pola asuh keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik remaja, keluarga, pola asuh. dan hubungan antara karakteristik remaja, keluarga dan pola asuh keluarga dengan perilaku remaja: merokok, agresif dan seksual pada siswa SMA dan SMK di Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini 263 pasang responder, yaitu remaja dan orang tua.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sebagian besar remaja jenis kelamin laki-laki, 60,1%, keaktifan organisasi 67,3% aktif, dan 46,8% remaja berperilaku merokok, agresif dan seksual yang tidak baik. Terdapat hubungan antara jenis kelamin remaja, keaktifan remaja dalam organisasi dan ekstra kurikuler dengan perilaku remaja: merokok, agresif dan seksual (p<0,005). Ditemukan hubungan antara pendidikan ibu, pendidikan bapak, pendapatan keluarga, dalam keluarga ada yang merokok, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perilaku remaja: merokok, Agresif, dan seksual (p<0,05).
Dari analisis multivariat terdapat 5 variabel berhubungan dengan perilaku remaja, yaitu: jenis kelamin, keaktifan remaja dalam organisasi dan ekstra kurikuler, pendidikan ibu, dalam keluarga ada yang merokok, dan pola asuh keluarga. Pendidikan ibu merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku remaja. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja dan keluarga serta pola asuh keluarga sangat berhubungan dengan perilaku remaja: merokok, agresif dan seksual. Saran yang dapat disampaikan adalah meningkatkan kegiatan UKS pada siswa SMA dan SMK dengan prioritas remaja laki-laki, meningkatkan asuhan keperawatan keluarga, dan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam menangulangi masalah merokok, agresif dan seksual di Kecamatan Bogor Barat.

Adolescence is the age group with the risk of changes in behaviors, such as: smoking, aggressiveness, and sexual. These changes are related with characteristics of adolescence and family, as well as parenting. The adolescence in this study is the students of High School in West Bogor Sub-District. This study is aimed to identify the relationship of adolescence's and family's characteristics, and parenting with adolescence's behaviors: smoking, aggressiveness and sexual of High School Students in West Bogor. This study is a quantitative study, using the cross sectional approach. The total samples in this study were 263 couples, consisted of students and their parents.
The results of the study showed that most of the students in the sample (60.1%) were male; about 67.3 percent of them active in organization, and 46.8 percent had a bad behaviors in terms of smoking, aggressiveness, and sexual. There were significant relationship of sex and organization activities of the students with their behaviors (p<0.005); parent's education, family income, the presence of smoking family members, family type, and parenting, with the behaviors of the adolescence (p<0.05).
The results of multivariate analysis showed that 5 variables were significantly related to the adolescence's behaviors. Those independent variables were sex, organization activities, mother's education, the presence of smoking family member, and parenting Thus, one can conclude that the adolescence's and family's characteristics as well as parenting were significantly related to adolescence's behaviors: smoking, aggressiveness, and sexual. Therefore, the author suggests some programs to be implemented, such as improvements of: School Health Program with emphasis on male students; family health care; and involvement of all community to control the problems of smoking, aggressiveness, and sexual abuse in West Bogor Sub-District.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ijime yang terjadi di lingkungan sekolah Jepang muncul dan berlangsung di dalam kelompok pertemanan anak. Dengan menggunakan konsep amae sebagai bagian dari kebudayaan Jepang, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami makna Ijime dalam kelompok pertemanan anak Jepang dewasa ini. Hal ini dilakukan dengan menganalisis sejumlah data mengenai kasus-kasus Ijime yang terjadi di lingkungan sekolah dasar di Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa Ijime yang terjadi dalam kelompok pertemanan sebenarnya bertujuan untuk menjaga keutuhan kelompok. Rasa kebersamaan dan rasa kesatuan para anggota kelompok untuk menjaga keutuhan kelompok merupakan unsur dari amae yang menunjukkan nilai budaya masyarakat Jepang. Amae berperan menunjukkan kesadaran berkelompok pada diri anak. Ijime kelompok pertemanan anak yang didasari amae menunjukkan keinginan untuk melestarikan kehidupan kelompok melalui tindakan kebersamaan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada pada teman-temannya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia, karena merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial. Di Indonesia, masa remaja akhir (usia 16-19 tahun) umumnya dikarakteristikan dengan individu memasuki pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU). Sejalan dengan perkembangan globalisasi, berkembang pula berbagai masalah menyangkut kesehatan remaja. Salah satunya adalah gangguan pola makan. Gangguan pola makan dapat berupa anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan compulsive-overeating. Gangguan pola makan merupakan masalah kesehatan yang sangat sering ditemukan pada remaja, terutama siswi SMU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis gangguan pola makan yang sering terjadi pada siswi SMU. Penelitian ini dilakukan pada 38 orang responden yang diambil dengan teknik purposive-sampling dan mengglmakan desain deskiptif cross-sectional. Dari penelitian ini didapatkan hasil yaitu 63,16% responden mengalami anoreksia nervosa, 28,95% mengalami compulsive-overeating, dan 7,89% mengalami bulimia nervosa. Peneliti merekomendasikan untuk melakukan kembali penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan pola makan pada siswi SMU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5148
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: W.B. Saunders , 1983
618.928 DEV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wicks-Nelson, Rita
London: Pearson Education, 2014
616.89 WIC a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Rahmawati
"ABSTRAK
Gangguan mental pada anak-anak dan remaja berkontribusi dalam beban penyakit dunia karena dampak yang ditimbulkan mencakup aspek yang luas. Di Indonesia, gangguan mental usia 15 tahun ke atas cukup tinggi dengan proporsi terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT . Komunikasi orang tua-anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi emosi dan perilaku anak, terutama pada anak usia 3-6 tahun ketika dimulainya perkembangan kemampuan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan emosi dan perilaku pada anak usia 3-6 tahun di Provinsi NTT dan hubungannya dengan frekuensi komunikasi orang tua-anak. Desain potong lintang analitik dilakukan terhadap 328 sampel anak usia 36-83 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49,7 subjek mengalami gangguan emosi dan perilaku. Pada hampir setengah jumlah subjek jarang atau tidak pernah terjadi komunikasi orang tua-anak 44,2 . Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan hubungan tidak bermakna antara frekuensi komunikasi orang tua-anak dengan gangguan emosi dan perilaku pada anak p=0,272 . Selain itu, didapatkan hasil yang tidak bermakna antara karakteristik subjek lainnya, yaitu faktor jenis kelamin p=0,505 , gangguan perkembangan p=0,956 , jumlah anak dalam keluarga p=0,244 , dan status ekonomi keluarga p=0,707 . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi komunikasi orang tua-anak tidak berhubungan secara bermakna dengan gangguan emosi dan perilaku pada anak.

ABSTRACT
Children rsquo s and adolescents rsquo mental disorder attributes to global burden of disease due to its wide impacts. In Indonesia, mental disorder of people aged 15 years old or more is high and Nusa Tenggara Timur NTT has the highest proportion. Parent child communication is one of many factors that influences the development of children rsquo s emotion and behavior, especially when they are 3 6 years old, the time whose social abilities is developing. This research aims to assess the emotional and behavioral disorder of 3 6 years old children in NTT and its association with parent child communication frequency. This analytical cross sectional study is used to 328 subjects of 3 6 years old children. The result shows that 49.7 subjects had emotional and behavioral disorder. Nearly half of the subjects had infrequently parent child communication 44.2 . Bivariate analysis using chi square test shows a nonsignificant association between parent child communication and children rsquo s emotional and behavioral disorder p 0.272 . In addition, there are nonsignificant association with other characteristics of the subjects gender p 0.505 , developmental delay p 0.956 , number of children in the family p 0.244 , and family rsquo s economic status p 0.707 . In conclusion, parent child communication frequency has nonsignificant association with emotional and behavioral disorder among 3 6 years old children in NTT."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadianti Sukma Hanifa
"Bunuh diri merupakan salah satu masalah kesehatan global yang masih terjadi dan merupakan penyebab kematian ke-2 pada kelompok usia 15-29 tahun. Berdasarkan estimasi terakhir yang dilakukan oleh WHO, prevalensi kematian akibat bunuh diri yang terjadi di Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan sebuah pemodelan yang dilakukan oleh WHO, ditemukan bahwa dari setiap orang yang meninggal akibat bunuh diri, diperkirakan ada 20 orang lainnya yang melakukan percobaan dan merencanakan untuk bunuh diri yang kemudian dikenal sebagai perilaku bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia dengan menggunakan desain studi campuran (mix method) kuantitatif potong lintang dan kualitatif wawancara mendalam. Analisis multivariat regresi logistik dilakukan terhadap 8.949 responden Global School Based Health Survey Indonesia Tahun 2015, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap pelajar SMP dan SMA di Kota Malang, guru bimbingan konseling sekolah terkait, dan pakar pencegahan bunuh diri di Indonesia, dengan jumlah informan sebanyak 11 orang. Hasil penelitian menunjukan prevalensi gangguan perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia adalah sebesar 1,7%. Analisis risiko menunjukan bahwa menjadi perempuan, memiliki perilaku merokok, memiliki perilaku penyalahgunaan alkohol, memiliki perilaku penggunaan obat-obatan, sering atau selalu merasa cemas berlebihan dan kesepian, serta mengalami peristiwa perundungan, merupakan faktor risiko dari gangguan perilaku bunuh diri. Intervensi untuk mengurangi angka gangguan perilaku bunuh diri diantaranya adalah dengan mengintegrasikan usaha kesehatan jiwa pada tingkat sekolah secara lebih komprehensif.

Suicide remains as one of global public health problem and the second leading cause of mortality among 15-29 years old people. Based on WHO’s estimation, it is known that the prevalence of suicide death in Indonesia 2016 was 3.4 per 100,000 people. Furthermore, based on a modelling by WHO, it is stated that behind every suicide death, there are approximately 20 more people having suicide attempt or suicide plan that are further known as suicidal behavior. This study aimed to discover the associated factors of suicidal behavioral disorder among high school students in Indonesia by using mix method study design. Logistic regression analysis was done to 8,949 Global School Based Health Survey Indonesia 2015’s respondents and in-depth interview was done to high school students in Malang, related counselour teachers, and suicidologist in Indonesia. The study showed that the prevalence of suicidal behavior disorder was 1.7%, while risk analysis showed that being female, smokers, substance abuser, alcohol misuser, anxious most of the time, lonely most of the time, having no friends, and bullied were the risk factors for developing suicidal behavior disorder. One of the interventions that can be done to address this finding is by integrating mental health effort on school bases comprehensively."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Durasi screen time tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah perilaku pada anak usia prasekolah. Aspek yang bisa menjadi faktor protektif terhadap dampak buruk dari media adalah parental mediation. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak usia prasekolah yang dimoderasi oleh parental mediation. Partisipan merupakan 663 orang tua anak usia prasekolah yang memenuhi kriteria. Hasil menunjukkan adanya efek positif dan signifikan antara screen time dan masalah perilaku (r = 0.128, p < 0.01). Efek negatif dan signifikan ditemukan antara parental mediation terhadap masalah perilaku (r = , p < 0.01). Dimensi dari parental mediation yaitu, supervision (r = -0.25, p <0.01), activerestrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), dan technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan masalah perilaku. Namun, dimensi couse tidak memiliki efek signifikan terhadap masalah perilaku ( r = - 0.02, p > 0.05). Selanjutnya, parental mediation secara keseluruhan dan dimensinya tidak memoderasi secara signifikan hubungan antara durasi screen time dan masalah perilaku (p > 0.05). Penemuan dari riset ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pembuatan panduan durasi screen time dan pengembangan strategi untuk memitigasi efek negatif dari screen time.

High screen time duration can be considered as a risk factor for the emergence of problem behaviors in preschool-aged children. One aspect that may serve as a protective factor against the negative effects of scree time is parental mediation. The aim of this research is to examine the moderating effect of parental mediation on screen time and behavior problems will also be studied in this study. Based on the results of this study, it was found that there was a positive and significant effect between screen time and behavioral problems (r = 0.128, p < 0.01). Furthermore, a negative and significant effect was found between parental mediation and problem behavior (r = -0.18, p < 0.01). Different dimensions of parental mediaiton such as supervision (r = -0.25, p <0.01), active- restrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) was also found to correlate negatively with problem behavior. However, co-use did not have a significant effect on behavior problems (r = -0.18, p < 0.01). There was also no significant moderating effect of parental mediation and its dimensions on the relationship between screen time and behavior problems (p > 0.05). The findings of this research can considered for creating guidelines regarding screen time duration as well as developing strategies to mitigate the negative effects of screen time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhisa Zalfa
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia remaja pada siswi SMA Negeri 3 Depok tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional menggunakan data primer yang diselenggarakan di SMA Negeri 3 Depok pada bulan Oktober dan November 2023 dengan sampel berjumlah 110 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan anemia dengan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, keterlaksanaan program pencegahan anemia di sekolah, ketersediaan sarana kesehatan sekolah, dan dukungan teman sebaya. Data berupa hasil pengisian kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden dan dianlisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa sebanyak 69 responden (62,7%) sudah menunjukkan perilaku pencegahan anemia yang baik. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan anemia (p-value = 0,006). Hasil penelitian menyarankan untuk sekolah agar meningkatkan pemantauan terhadap konsumsi TTD oleh siswi, bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat untuk mengadakan skrining atau deteksi dini anemia yang menyeluruh, serta meningkatkan lagi edukasi melalui anemia dan pencegahannya melalui media informasi dan pelatihan peer education.


The purpose of this study is to explore and confirm the factors related to behaviors in anemia prevention by female students at SMA Negeri 3 Depok in 2023. This is a quantitative study with a cross-sectional method with the usage of primary data, held at SMA Negeri 3 Depok in October and November of 2023 with a sampel size of 110 respondents. The dependent variable is the behaviors in anemia prevention, with knowledge, attitude, implementation of the school’s anemia prevention programs, availability of the school’s health infrastructure and resources, and peer social support as the independent variables. The data includes results from questionnares the respondents answered themselves and analyzed with the chi-square test. Analysis shows that 69 respondents (62,7%) has shown good behaviors in anemia prevention. Statistically, there’s a significant relation between attitude and good behaviors in anemia prevention (p-value = 0,006). Study results suggest that the school escalates their monitoring on the students’ monthly consumption of iron supplements, work together with local health facilities to organize an exhaustive screening for anemia in students, and improve education of anemia and its prevention methods through informative media and peer education training.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Prasetyohati
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran locus of control guru SD dalam mempersepsikan penyebab misbehavior siswa ketika belajar di dalam kelas dan mengetahui apakah ada pengaruh atribusi penyebab terhadap strategi guru menangani misbehavior siswa Sekolah Dasar. Ada limaMisbehavioryang digunakan menurut versi guru. Locus of control internal dijelaskan oleh atribusi penyebab dari guru, sedangkan locus of control eksternal dijelaskan oleh atribusi penyebab dari dalam diri siswa, keluarga, dan teman sebaya. Atribusi penyebab tentang misbehaviordiukur dengan alat ukur penyebab masalah perilaku siswa di kelas (FORM KAG)berdasarkan studi literatur dan strategi guru diukur dengan alat ukur strategi penanganan masalah perilaku siswa di kelas (FORM SAG)berdasarkan teori Ormrod (2008). Penelitian dilakukan kepada guru-guru SD Negeri dan SD Swasta di wilayah Jakarta Selatan (N=140).
Hasil penelitian menunjukkan guru SD memiliki skorlocus of control eksternal lebih tinggi secara signifikan dalam mempersepsikan lima misbehavior yang digunakan dalam penelitian (M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dari empat atribusi penyebab(dari dalam diri guru, siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru mendiskusikan masalah secara pribadi dengan siswa(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). Ada pengaruh dari tiga atribusi penyebab(siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru mengajarkan strategi regulasi diri(R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). Ada pengaruh dari atribusi penyebab siswa terhadap penggunaan strategi guru melakukan intervensi (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). Ada pengaruh dari tiga atribusi penyebab(siswa, keluarga, dan teman sebaya) secara bersama-sama terhadap penggunaan strategi guru berunding dengan orang tua (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). Tidak ada pengaruh dari atribusi penyebab guru terhadap penggunaan strategi guru menggunakan manajemen kelas.

ABSTRACT
The purpose of this study is to have an understanding of the locus of control of elementary school teachers in perceiving the cause of students' misbehavior when studying in the classroom and to understand if there is an influence of the causal attribution on teachers' strategies in handling the misbehavior of elementary school students. There are five types of misbehavior that are used according to teachers. There are four factors of causal attribution which are from the teacher, students, family and peers. Internal locus of control explained by teacher causal attribution. External locus of control explained by student, family, and peers causal attributions. Causal attribution of misbehavior was measured using a cause of student misbehavior in the classroom questionnaire (FORM KAG) based on a study of literature, and teachers' strategies were measured using a handling strategies of students misbehavior in the classroom questionnaire (FORM SAG)based on Ormrod (2008).Participants in this study are 140 teachers from state and private elementary school in South Jakarta.
The results of this study showed that teachers tend to have significantly highe score on external locus of control attributing this to family, student and peers as the cause of the students' misbehavior(M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486).
The results show that there is an impact from the four causal attribution (teacher, student, family and peers) togetherwhen using discussing problem privately with studentstrategy(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using teaching self regulation strategies (R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). There is an impact from student causal attribution when using interventionsstrategy (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using conferring wth parentsstrategy (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). There is no impact from teacher causal attribution when using classroom management strategy.
, The purpose of this study is to have an understanding of the locus of control of elementary school teachers in perceiving the cause of students' misbehavior when studying in the classroom and to understand if there is an influence of the causal attribution on teachers' strategies in handling the misbehavior of elementary school students. There are five types of misbehavior that are used according to teachers. There are four factors of causal attribution which are from the teacher, students, family and peers. Internal locus of control explained by teacher causal attribution. External locus of control explained by student, family, and peers causal attributions. Causal attribution of misbehavior was measured using a cause of student misbehavior in the classroom questionnaire (FORM KAG) based on a study of literature, and teachers' strategies were measured using a handling strategies of students misbehavior in the classroom questionnaire (FORM SAG)based on Ormrod (2008).Participants in this study are 140 teachers from state and private elementary school in South Jakarta.
The results of this study showed that teachers tend to have significantly highe score on external locus of control attributing this to family, student and peers as the cause of the students' misbehavior(M(SD): 2,25(0,455), 2,49(0,503), 2,11(0,377), 2,35(0,425), 2,46(0,486).
The results show that there is an impact from the four causal attribution (teacher, student, family and peers) togetherwhen using discussing problem privately with studentstrategy(R2= 0,110, F(4,135) =4,165, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using teaching self regulation strategies (R2= 0,059, F(3,136) =2,862, p< 0,05). There is an impact from student causal attribution when using interventionsstrategy (R2= 0,053, F(1,138) =7,706, p< 0,05). There is an impact from the three causal attribution (student, family and peers) together when using conferring wth parentsstrategy (R2= 0,105, F(3,136) =5,319, p< 0,05). There is no impact from teacher causal attribution when using classroom management strategy.
]"
2016
T45069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>