Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jensen, Richard S.
Gower Technical: Aldershot, 1989
155.965 AVI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aviandy S.
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Tajam penglihatan adalah kemampuan mata di dalam penerbangan untuk membedakan dua obyek kecil dengan sudut pandang satu menit pada jarak 6 meter dalam kondisi penerangan yang normal. Bayangan obyek tidak jatuh tepat pada fovea sentralis karena fungsi sel kerucut yang bertanggung jawab dalam hal ini tidak dapat bekerja dengan baik dalam membedakan obyek pada jarak 6 meter. Ini adalah salah satu dari kondisi faktor manusia yang terkait dengan kemungkinan tirnbulnya kecelakaan penerbangan. Studi pada 100 orang calon penerbang PSDP ini merupakan studi lanjutan dengan menggunakan desain penelitian simulasi pre dan post eksperimen tetapi memiliki rentang frekwensi, lensa kolimasi dan calon populasi sampel yang berbeda.
Hasil Penelitian:
Secara analisa statistik terbukti bahwa getaran dengan frekuensi 10 Hz menurunkan tajam penglihatan lebih besar dibanding 20 Hz pada jarak pandang 75 cm maupun 6 meter (P < 0,05). Sedang penurunan tajam penglihatan jarak pandang 75 cm lebih besar daripada jarak pandang 6 meter baik pada frekuensi 10 Hz maupun 20 Hz (P < 0,05). Faktor tinggi badan pada jarak pandang 6 meter dengan getaran 10 Hz tanpa kolimasi berpengaruh bermakna terhadap penurunan tajam penglihatan (P < 0,05), begitupun pada analisa regresi multivariat terhadap jarak pandang 75 cm (P < 0,05). Koreksi dengan lensa kolimasi didapatkan paling efektif dengan lensa 8D dibandingkan dengan lensa 6D (P < 0,05).
Kesimpulan:
Searah dengan penelitian terdahulu terbukti bahwa getaran dapat menurunkan tajam penglihatan terutama yang berfrekuensi rendah dan lensa kolimasi sangat bermanfaat dalam menurunkan akibat tersebut.

ABSTRACT
Visual Acuity Impairment Due To The Whole Body Sinusoidal Vertical & Horizontal Vibration Effect And Corrections With Collimating Lens Among PSDP Pilot Candidates at Lakespra Saryanto 1997
Background:
Visual acuity is the ability of the eyes in flight to discriminate two small objects with the visual angle of one minute at 6 m distance in normal illumination. The image projection will not fall preciously on fovea centralis because the cones which is responsible for these do not work well especially at 6 m distance object. This is one of the human factors condition those related to the occurrence of aircraft accidents. Study upon 100 subjects of PSDP pilot candidates at Lakespra Saryanto was an advanced study with different range of frequencies, collimating lens and sample population.
Result:
Statistic analysis proved that visual acuity impairment due to the vibration with 10 Hz was worse than 20 Hz at visual distance of 75 cm or 6 m (P < 0,05), Visual acuity at 75 cm visual distance was more impaired compared with 6 meter on both frequency (P < 0,05). Body height factor has significant influence to visual acuity at 6 m visual distance with 10 Hz vibration without collimation (P < 0,05) either at 75 cm visual distance with regression multivariate analysis (P < 0,05). The most effective correction with collimation lens are using 8D lens rather than 6D lens (P < 0,05).
Conclusion:
In accordance with previous research has been proved that vibrations cause visual acuity impairment, especially at low frequency and collimation lens has special benefit to reduce those effects.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pasar tunggal penerbangan ASEAN (ASEAN Single Aviation Market) pada tahun 2015, merupakan kebijakanyang telah disepakati oleh seluruh negara anggota ASEAN yang tertuang dalam ASEAN MultilateralAgreement on Air Services (ASEAN MAAS) dan telah ditandatangani pada tanggal 20 Mei 2009di Manila, Filipina. Dalam menghadapi ASEAN Single Aviation Market 2015, selain memperhatikanpotensi keuntungan yang dapat diperoleh dari kebijakan open sky tersebut, pemerintah harus mewaspadaipeluang ancaman perebutan pangsa pasar penerbangan di wilayah ASEAN juga pangsa pasar penerbangandomestik. alah satu faktor yang dapat mengancam Indonesia adalah lemahnya pengawasan(direct or indirect) investment bidang angkutan udara, sehingga kemungkinan terjadi penyelundupanhukum investasi, yang akhirnya pasar nasional dikuasai asing melalui badan hukum Indonesia yangdibentuknya (cabotage terselubung). Prinsip cabotage diterapkan secara umum di seluruh dunia dengantujuan menjaga dan melindungi kepentingan politik dan ekonomi negara yang bersangkutan. Penerapanprinsip cabotage secara operasional bisa bersifat fleksibel, selama kepentingan strategis negara tersebuttetap terjaga dan terlindungi. Pelayanan penerbangan di Indonesia saat ini dianggap sudah melanggarprinsip cabotage."
340 ARENA 6:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Afian
Jakarta: UI Publishing, 2019
616.980 213 FER p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sauverplanne, Jean George
"asuransi penerbangan; sejarah, resiko, dan urgensinya."
Leiden: Nederlandsche Uitgeversmaatschappij, 1949
BLD 368.576 SAU l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pratama
"Latar belakang: Kelebihan berat badan pada penerbang dapat berkaitan dengan jam terbang total dan faktor risiko lainnya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi kaitan jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko tersebut.
Metode: Studi potong lintang dengan sampel purposif diantara penerbang yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan Jakarta dari 27 April-13 Mei 2015. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan pemeriksaan antropometri. Data terdiri dari karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan makan dan olahraga. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh(IMT) berdasarkan standar WHO Asia Pasifik. Analisis dengan regresi Cox dengan waktu yang konstan.
Hasil: Diantara 690 penerbang yang berusia 19-65 tahun, diperoleh 428 penerbang yang beresdia mengikuti penelitian ini. Penerbang yang sesuai dengan kriteria berjumlah 220 orang (145 kelebihan berat badan dan 75 normal). Faktor dominan berkaitan dengan kelebihan berat badan adalah jam terbang total dan kebiasaan makan makanan berlemak. Dibandingkan penerbang dengan jam terbang total 40-2000, subjek dengan jam terbang total 2001-15000 dan 15001-30000 masing-masing mempunyai 58% risiko lebih besar untuk mempunyai kelebihan berat badan.[masing-masing risiko relatif suaian (RRa)=1,58 ; p=0,000] Dibandingkan subjek yang hampir tidak pernah makan makanan berlemak, subjek dengan kebiasaan makan makanan berlemak 3-4x/minggu mempunyai 48% risiko lebih besar untuk mempunyai kelebihan berat badan (RRa=1,48; 95% CI=1,24-1,76; p=0,000).
Kesimpulan: Jam terbang total lebih dari 2000 jam dan kebiasaan makan makanan berlemak 3-4x/minggu mempertinggi risiko kelebihan berat badan di antara penerbang sipil Indonesia.

Background: Overweight at risk on pilots can be related to the total flying hours and other risk factors. This study aimed to identify the relationship between total flight hours and other factors related to overweight at risk in Indonesian civil pilot.
Methods: A cross-sectional study with a purposive sampling was conducted among pilots undergoing periodic medical check up on April 27th-May 13th 2015 at Aviation Medical Centre (Balai Kesehatan Penerbangan) The collected data were demographic and characteristics, eating and exercise habits. Data were collected through interviews and anthropometric measurements. Subjects were classified normal and overweight at risk according to WHO Asia Pacific. Analysis was using Cox regression with constant time.
Results: A number of 690 pilots who conducted medical examinations, 428 subjects agreed to join the study. A number of 220 subjects were available for this study, which consisted of 145 overweight at risk pilots and 75 normal. Pilots who had 2001-15000 and 15001-30000 total flight hours, compared to pilots who had 40?2000 total flight hours had 58% increased risk to be overweight [adjusted relative risk (RRa)= 1.58; p = 0.000]. Pilots who had eating fatty food habit 3-4 times a week had 48% increased risk to be overweight at risk (RRa = 1.48; 95% CI= 1.24 to 1.76; p = 0.000).
Conclusion: Flying hours total 2000 or more and eating fatty foods habit increase the risk of overweight at risk civilian pilot in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bendady Hindom Pramono
"ABSTRAK
Jadwal Penerbangan merupakan produk dan sebuah maskapai penerbangan yang
alcan meinenuhi kebutuhan konsumennya, Keberhasilan suatu perusahaan
penerbangan sangat bergantung dan rancangan jadwal penerbangan yang
ditawarkannya ke pasar.
Proses perancangan jadwal penerbangan sendiri merupakan salah satu aspek yang
paiing kompleks dalam rnanajemen perusahaan penerbangan. Berbagai faktor hanis
dipertimbangkan dengan seksaina mengingat jadwal penerbangan ini merupakan
sumber pendapatan perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan perancangan jadwal penerbangAn
dengan mengambil kasus PT. Bouraq Indonesia Airlines Rancangan jadwal
penerbangan baru dibuat dengan memperhitungkan anis lalu untas penumpang
pada setiap sektor penerbangan dan mempergunakan asumsi faktor inuatan
penumpang sebesar 66%.
Hasil rancangan jadwai penerbangan baru inarnpu mengbasillkan pendapatan
potensial yang Iebih balk dan jadwal penerbangan lama, dengan margin laba operasi mencapai 4%.
Peningkatan margin laba operasional ini disebabkan adanya penambahan kapasitas tempat duduk melalui pengurangan jumlah transit, beberapa penambahan frekuensi penerbangan serta adanya pengalihan alokasi penggunaaan pesawat ke sector penerbangan yang lebih potensial.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Prakoso
"ABSTRAK
Jasa pelayanan udara komersjal ,erupakan salah satu instrumen
ekonomi yang penting sebagai katalis perkembangan ekonomi dan
sosial di hampir sebagian besar negara di dunia ini.
Mengingat peranannya yang sedemikian penting, kiranya sudah
sepatutnya setiap negara memikirkan suatu sistem angkutan
udara yang efisien dan efektjf, melalui suatu proses analisa,
perencanaan dan pengawasan yang matang, baik yang dilakukan
oleh pemerintah ataupun oleh perusahaan penerbarigan komersial
itu sendiri. Proses di mana selalu melibatkan kegiatan pera
malan, utamanya perainalan mengenai besarnya perinintaan pasar,
dan pada umumnya kegiatan peranialan permintaan inilah, meru?
pakan awal dan proses sebagai dasar untuk berlanjut pada
kegiatan lainnya.
Posisi kegiatan peramalan perniintaan yang strategis, dan
kompleksitas hubungan Indonesia-Jepang (terutama dalam bidang
ekonomi), mendorong penibahasan yang lebih jauh inengenai
kegiatan ini, yang difokuskan pada jalur Jepang-Indonesia.
Perimitaan timbul didorong oleh adanya suatu kebutuhan, dan
untuk mencapai pemuasan )cebutuhan yang niakaimal, seorang kon
konsumen senantiasa cihadapkan kepada alternatif pemilihan
kombinasi barang atau jasa pemuas kebutuhan. Keseimbangan
tercapai pada saat kombinasi barang atau jasa pemuas kebutu
han yang diinginkan, dapat dibeli dengan pendapatan yang
diperolehnya.
Selain besarnya pendapatan, permintaan tarhadap suatu barang
atau jasa, dari sudut pandang seorang konsumen secara ulnuin
dipengaruhj oleh : harga barang itu sendini, harga barang
atau jasa substitusi dan selera konsumen.
Sedangkan permintaan spesifik pada jasa angkutan udara,
selain faktor-faktor tersebut di atas , konclisi makro yang
mempengaruhi industri diantaranya adalah : pertumbuhan dan
besarnya populasi, kegiatan ekspor dan impor (perdagangan
internasional), investasi, nilai tukar mata uang, kegiatan
pariwisata dan lain?lain yang secara terperinci dipaparkan
pada bab telaah kepustakaan.
Pembahasan pada karya akhir ini dibatasi hanya pada faktor
faktor eksternal terpilih yang berada di luar kendali perusa
haan penerbangan komersial, selain untuk menyederhanakan
masalah, juga untuk mengetahui pengaruh elemen-elemen yang
timbul dari hubungan Jepang-Indonesia, kondisi perkembangan
jumlah kamar hotel berbintang di Indonesia (bagian dan
produk pari.wisata) dan pertumbuhan serta besarnya populasi,
tingkat pendapatan per?kapita masyarakat Jepang (kondisi
Jepang), terhadap tingkat permintaan Jasa angkutan udara.
Permintaan jasa angkutan udara jalur Jepang?Indonesia,
dilihat secara individual, sangat signifikan dipengaruhi oleh
faktor fasilitas akomodasi yang ada di Indonesia, dan penda?
patan per?kapita masyarakat Jepang, dengan koefisien deter
minasi menunju)çan angka sebesar 96% dan 92%.
Sedangkan faktor-faktor populasi, nilai tukar mata uang
Rupiah terhadap Yen, dan aktivitas perdagangan internasional
antara Jepang?Indonesia, pengaruhriya dinilai cukup berarti.
Koefisien determinasi, masing?masing secara berurutan menun
jukan sebesar 88%, 82% dan 77%. Faktor investasi pengaruhnya
kecil sekali, dengan koefisien deterininasi hanya sebesar 57%.
Dengan metode korelasi (causal method), diperoleh model
permintaan pada jalur Jepang-Indonesia, di mana untuk mengu
rangi pengaruh multikolinear, kami hanya memilih tiga faktor
saja (yang kami anggap sangat penting) sebagai variabel
bebasnya dengan persamaan logaritmik regresi berganda.
Pada tingkat kepercayaan 95%, keseluruhan model persamaan,
Sangat signifikan untuk menerarigkan dinamika permintaan jasa
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovian Aritonang
"Dunia penerbangan, baik sipil maupun militer, adalah zona baru yang rentan terkena serangan laser. Jumlah peningkatan angka kejadian yang dilaporkan, menunjukkan ancaman serius terhadap keselamatan penerbangan. Serangan laser pada ketinggian rendah dapat menyebabkan gangguan pengelihatan yang menyilaukan hingga kebutaan mendadak kepada pilot pada fase kritis sebuah penerbangan, seperti saat mendarat atau tinggal landas. Sinar laser yang terlihat maupun yang tidak terlihat juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata manusia. Studi literatur ini menyajikan diskusi dan kesimpulan dari sebuah literatur tentang teknologi baru untuk melindungi mata manusia dari ancaman serangan laser."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2018
355 JDSD 8:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Guntarto
"

Industri penerbangan Indonesia diprediksi menjadi negara ke-6 di dunia yang memiliki penumpang pasar terbanyak. Jumlah penumpang pasar pada 15 tahun terakhirpun memiliki pertumbuhan yang signifikan, yang berjumlah 30 juta pada tahun 2005 dan ±97 juta pada tahun 2017. Hal ini merupakan sebuah kesempatan bagi PT. X, salah satu maskapai penerbangan di Indonesia, untuk mempersiapkan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk memenangkan pangsa pasar. Untuk mengimplementasikan strategistrategi tersebut, tentunya perusahaan perlu untuk mempersiapkan sumber daya manusia, material, dsb. Namun, berdasarkan laba rugi komprehensif 5 tahun terakhir, perusahaan mengalami defisit yang menyebabkan perusahaan akan fokus terlebih dahulu terhadap permasalahan saat ini sebelum bergerak kepada potensi di masa depan. Pada penelitian ini, peneliti membuat model tentang tail assignment problem, yang merupakan permasalahan dalam membuat jadwal penerbangan terhadap pesawat yang tersedia dengan memerhatikan keterbatasan yang ada. Tujuan dari dibahasnya tail assignment problem agar perusahaan dapat mengurangi jumlah penggunaan pesawat dari penyusunan ulang tail assignment untuk menghilangkan idle dengan mengaggregatkan penerbangan yang satu dengan yang lainnya, dan atau mengurangi jumlah penerbangan agar jumlah pesawat berkurang. Dengan berkurangnya jumlah pesawat, berkurang biaya sewa pesawat, yang merupakan biaya terbesar kedua dari total biaya yang ada. Penelitian ini menggunakan metode optimasi branch & cut, dengan solver engine COIN–OR CBC (Linear Solver).


The Indonesian aviation industry is predicted to be the 6th country in the world that has the most market passengers. The number of market passengers in the last 15 years also has a significant growth, which amounted to 30 million in 2005 and ± 97 million in 2017. This is an opportunity for PT. X, one of the airlines in Indonesia, to prepare strategies that can be done to win market share. To implement these strategies, of course, companies need to prepare human, material, etc. However, based on the comprehensive income of the last 5 years, the company experienced a deficit that caused the company to focus first on current problems before moving on to future potential. In this study, researchers made a model by using the tail assignment problem, which is a problem in making flight schedules to the available airplane by taking into account existing limitations. The purpose of discussing the tail assignment problem is that the company can reduce the number of airplane usage by rearranging the tail assignment to eliminate idle by aggregating flights with one another and or reducing the number of flights so that the number of airplanes decreases. With the reduced number of airplanes, reduced airplane rental costs, which is the second-largest cost of total costs. This research uses the branch & cut optimization method, with COIN-OR CBC (Linear Solver) engine solver. 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>