Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Churniatun
"Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana komunikasi dan penanganan konflik yang terjadi antara suami dan isteri khususnya dari sisi atribusi yang diberikan suami/isteri terhadap pasangannya dalam upaya peningkatan hubungan antar pribadi ketika mengetahui anak mereka menderita autis. Autis sendiri merupakan suatu penyakit yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan paradigma konstruktivis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Komunikasi dan konflik tidak dapat dilepaskan dan segala aspek kehidupan rumah tangga. Perkawinan yang bahagia tidak ditentukan oleh ada tidaknya konflik, melainkan pada bagaimana mereka menangani konflik tersebut. Dalam suatu peristiwa yang tidak diinginkan orang seringkali berusaha mencari penyebab dari terjadinya peristiwa tersebut. Disisi lain proses atribusi yang diberikan sate pihak kepada pihak lain sangat menentukan strategi penyelesaian masalah yang dihadapi. Hasil dan penyelesaian konflik tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepuasan yang dicapai oleh suami isteri dan selanjutnya tingkat kepuasan akan memperkuat komitmen dan meningkatkan hubungan menjadi lebih erat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan informan dalam penelitian ini memiliki beberapa daya tarik sehingga mereka makin yakin dalam menjalani hubungan perkawinan yang terjadi. Pasangan informan juga mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menjaga keutuhan hubungan perkawinan tersebut. Kehadiran anak autis menimbulkan konflik yang lebih bersifat karena keadaan yang tidak diinginkan oleh masing-masing informan. Pertentangan antara harapan dan kenyataan ini menimbulkan bermacam reaksi. Sebagaimana diketahui penyebab autis sangat beragam dan tidak dapat ditentukan secara pasti sehingga masing-masing informan menentukan atribusi yang beragam pula. Atribusi ini diberikan baik pada penyebab antis maupun pada perilaku, baik perilaku diri sendiri maupun perilaku pasangannya. Proses ini sangat menentukan strategi penyelesaian konflik yang digunakan oleh masing-masing informan.
Dari penelitian ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu usaha peningkatan hubungan antar pribadi terkait dengan keefektifan komunikasi yang terjadi, dimana usaha tersebut makin mudah dilakukan apabila komunikasi dapat berjalan efektf karena komunikasi yang efektif memungkinkan mereka melakukan keterbukaan, saling berempati dan bersikap positif. Pemberian atribusi yang positif juga akan mendukung strategi penyelesaian konflik yang bersifat win win solution. Kemampuan suami/isteri untuk bertahan pada tuduhan yang tidak benar dan tidak adil (negative assertion) sangat membantu pasangan suami isteri dalam menghadapi konflik. Kekuatan komitmen suami/istri terhadap perkawinan juga menentukan keberhasilan pasangan suami istri dalarn mempertahankan dan meningkatkan hubungan antar pribadi diantara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan fungsi otak yang kompleks dari
seorang anak dimana disertai adanya defisit tingkah laku dan/atau intelektual. Butuh
terapi yang dapat mengoptimalkan fungsi sosialisasi anak autisme. Pemanfaatan terapi
autisme dipengaruhi oleh besarnya motivasi dari orang tua dengan anak autisme.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi orang tua dengan anak autisme untuk membawa anaknya ke klinik terapi.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Sarnpel diambil dengan teknik
consecurive sampling. Analisa data yang di gunakan adalah analisa statistik desknptii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor mempenganlhi motivasi orang tua
dengan anak autisme untuk rnembawa anaknya ke klinik terapi dengan urutan yaitu
keyakinan 18,71%, fasilitas 18,34%, biaya fasilitas 17,85%, pengetahuan 16,50%,
iingkungan 16,29%, dan pengalaman 12,31%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5107
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wenderlinus Imus
"Kehadiran anak autis dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi seluruh kehidupan anggota keluarga. Permasalahan tersebut menimbulkan keinginan peneliti untuk membantu dengan cara menggali permasalahan orangtua, tahapan penerimaan anak dan bentuk dukungan yang mereka perlukan. Melalui Focus Group Discussion (FGD) keinginan ini terwujud.
Dari hasil analisis focus group discussion tampak bahwa permasalahan orangtua berkisar pada tingkah laku anak, kemampuan anak, pendidikan dan terapi bagi anak, biaya terapi dan alat yang tinggi. Hal baru yang ditemukan dalam penelitian ini adalah disamping menyimpan harapan akan anak-anaknya, orangtua juga menyimpan rasa kekhawatiran akan masa depan anak.
Awalnya hampir semua orang tua terkejut, menolak diagnosis, sedih dan marah dan bertanya mengapa hal itu menimpa mereka hingga berupaya mencari informasi yang Iebih Iengkap. Ada orangtua yang merasa tak berdaya namun ada yang mengalami emosi negatif terutama bila memikirkan masa depan anak hingga menerima keadaan anaknya. Orangtua tidak terlalu berharap dan sebaliknya mereka berusaha untuk menata lingkungan anaknya sesuai kemampuan anak. Akhirnya, orangtua lebih memperhatikan bagaimana harapan dan kehidupan anaknya kelak dan bagaimana menanggulangi dampak pada orangtua dan keluarga secara keseluruhan.
Tampak pula bahwa umumnya orangtua menyadari bahwa untuk meringankan beban, mereka membutuhkan dukungan sosial dari lingkungannya, termasuk dari orang¬orang terdekat seperti keluarga dan sahabat. Keterlibatan anggota keluarga secara lebih nyata sangat diharapkan. Demikian pula keterlibatan instansi untuk memfasilitasi pertemuan orangtua.
Dengan memperhatikan permasalahan orangtua diatas, tahapan penerimaan anak serta dukungan sosial yang mereka butuhkan maka sangat diperlukan suatu wadah yang dapat menampung, membantu para orangtua memecahkan permasalahan mereka melalui parent support group. Tujuannya adalah memberikan kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan interaksi sosial dengan orang Iain. Mereka menceritakan komitmen untuk berubah, dorongan bagi orang lain yang bemutu, dan dapat dipertanggungjawabkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Marlinda
"Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak. Ibu yang merawat anak autis mengalami suka duka tersendiri. Penelitian fenomenologi deskriptif ini bertujuan mengetahui makna pengalaman ibu merawat anak autis. Partisipan diambil dengan teknik purposive sampling adalah ibu yang mempunyai anak autis. Data dianalisis dengan menerapkan teknik Collaizi. Penelitian mengidentifikasi 8 tema yaitu 1)membutuhkan perawatan khusus, 2)membutuhkan konsistensi dan ketegasan, 3)merasa berbeda dengan orangtua lainnya, 4)mencari usaha pengobatan, 5)keinginan berlaku adil terhadap sibling, 6)menyikapi reaksi lingkungan, 7)membutuhkan dukungan dari lingkungan, dan 8)kebutuhan dan harapan ibu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan kepada praktisi keperawatan anak, pendidikan dan penelitian keperawatan.

Autism is a pervasive developmental disorder in children. Mothers had experience ups and downs of its own. This descriptive phenomenological study aims to know the meaning of mothers?s experience caring for autism children. Participants were taken with a purposive sampling technique, were mothers who have autism children. Data were analyzed by the technique of Collaizi. The study identified eight themes: 1)require special care, 2)requires consistency and firmness, 3)feel different from others, 4)seeking treatment, 5) to be fair to the sibling, 6)addressing environmental reactions, 7)need support and 8)the needs and expectations of mothers. The study is expected to provide the knowledge and feedback to practitioners of nursing children, education and nursing research."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James H.D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dipa Sandi Dewanty
"Kurangnya sosialisasi di media mengenai sekolah inklusi menyebabkan satu-satunya sekolah inklusi negeri di Depok ini memiliki jumlah murid yang melampaui batas tanpa diimbangi dengan kompetensi tenaga pendidik yang menunjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana performative competence guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus siswa penyandang autisme di sekolah inklusi SDN Depok Baru 8. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi etnografi, sifat penelitian deskriptif dan wawancara mendalam. Dalam mengolah dan memperkaya data, peneliti menggunakan model performative competence. Dari hasil penelitian terungkap bahwa guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan luar biasa kurang dapat memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam performative competence. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dapat memenuhi semua unsur performative competence dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, guru setidaknya perlu memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dan didukung dengan pelatihan nonformal lainnya.

The lacking of socialization in the media about inclusive school has made the one and only inclusive school in Depok exceeded its student's amount, and also without the support of proper teacher's capabilities. The aim of this research is to review teacher's performative competence in dealing children with special need, such as autism, in an inclusive school, SDN Depok Baru 8. This research uses constructivist paradigm, qualitative approach, ethnographies strategies, descriptive disposition, and deep interview. To cultivate and enrich data, researcher uses performative competence. The research reveals that teachers without proper educational background are less capable to fits within the elements of performative competence. Thus indicates that to fulfill all the elements within performative competence in handling children with special needs, at least the teachers need to have proper educational background or supported by an informal training."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Asthira Pitaloka
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Program Penggunaan PECS fase 1 dapat meningkatkan kemampuan meminta objek yang diinginkan pada anak dengan spektrum autistik dan faktor-faktor apa saja yang berperan. Salah satu karakteristik dari anak-anak dengan spektrum autistik adalah adanya gangguan komunikasi. Secara verbal, ritme, intonasi, dan kata-katanya tidak sesuai konteks, tidak biasa/aneh. Secara non-verbal, penyandang autisme tidak menunjukkan ekspresi wajah, ekspresi vokal, dan tidak melakukan komunikasi untuk mengekspresikan kebutuhan, minat, dan perasaan mereka. Kemampuan meminta sering dianggap sebagai keterampilan komunikasi yang vital bagi kemandirian individu dengan keterampilan komunikasi fungsional yang terbatas seperti pada anak-anak dengan autisme ini. Desain penelitian yang digunakan adalah single-subject research. Intervensi yang dilakukan berupa pelatihan PECS fase 1, dimana anak diajari untuk memulai komunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapat objek yang ia mau. Tahapan yang harus dilakukan adalah mengambil kartu, menjangkau trainer, dan meletakkan kartu ditangan trainer. Hasil yang diperoleh dari program intervensi ini menunjukkan adanya perbedaan perilaku sebelum dan sesudah intervensi, hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti karakteristik anak, motivasi dan reinforcement, serta konsistensi dan kesinambungan. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan PECS dapat membantu meningkatkan kemampuan meminta pada anak dengan spektrum autistik meski waktu yang dibutuhkan untuk menguasai satu tahapan berbeda-beda untuk tiap anak demikian pula dengan tingkat keberhasilannya.

The purpose of this research is to investigate the PECS (Picture Exchange Communication System) training in developing requesting skill for children with autism spectrum disorder (ASD) and what the influential factors are. One of the most commonly observed characteristic in children with ASD is communication and language deficits, in which they are not able to make an appropriate and understandable request. Requesting is a behavior often cited as a communication skill vital to the independence of individuals with little to no functional communication skills. A single-subject research design is used in this study to see if there is any behavior improvement before and after treatment. First phase of PECS is introduced to the children, where they have to exchange picture with desired objects. In details, children will pick up a picture of the item, reach toward the communicative partner (trainer), and release the picture into the trainer's hand. Result indicate that there is a slight improvement behavior before and after treatment; and the improvement depends on children characteristic; motivation and reinforcement; and consistency and continuity. These findings suggest that PECS training has impact in developing requesting skill for children with ASD. However, time needed for each subject is different and so is the percentage of independent exchange."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rolla Apnoza
"ABSTRAK
Joint attention adalah kapasitas yang dimiliki individu dalam mengkoordinasikan atensi untuk berbagi ketertarikan suatu objek atau kejadian/peristiwa yang ada disekelilingnya dengan sosial partner dalam suatu interaksi (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), dan merupakan perkembangan awal kompetensi sosial-kognisi (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke dkk, 2007). Pada anak dengan ASD, perkembangan joint attention mengalami keterhambatan dan hal tersebut merupakan karakteristik dan ciri khas mereka (Mundy & Crowson, 1997). Intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD adalah pivotal response training (PRT). Peran ibu sebagai terapis sangat penting dalam menerapkan komponen-komponen PRT. Penelitian ini melihat keefektifan penerapan PRT oleh ibu untuk meningkatkan kemampuan joint attention anak dengan ASD. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD setelah diberikan intervensi PRT oleh ibu.

ABSTRACT
Joint attention is the capacity of an individual to coordinate attention to shared interests of objects or events around with the social partners in an interaction (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), and an early development social cognitive competence (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke et al, 2007). In children with ASD, the development of joint attention experienced obstacle. It is a characteristic and their special character (Mundy & Crowson, 1997). Interventions that can improve the ability of joint attention in children with ASD is Pivotal Response Training (PRT). The role of the mothers as therapists, is very important in applying components of PRT. This study sees the effectiveness of applying PRT by mothers to increase joint attention skills of children with ASD. Results showed an increase in joint attention skills in children with ASD after given intervention PRT by mothers."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Ekharisti Lidya Hasian
"ABSTRAK
RINGKASAN EKSEKUTIF Bagian 1:Analisis SituasiDi Indonesia, keberadaan orang autis masih belum diberi perhatian khusus bahkan cenderung sering diabaikan. Akibatnya orang-orang autis sering disalahpahami oleh orang-orang non autis yang akhirnya menimbulkan stigma negatif dalam pikiran mereka. Stigma negatif membuat orang-orang non autis terutama mereka yang belum pernah bertemu dengan orang autis sebelumnya menjadi takut, menjauhi, bahkan melakukan tindak bullying terhadap orang autis. Keadaan ini mengakibatkan orang-orang autis semakin dikucilkan dari lingkungan bermasyarakat dan jarang ada orang yang mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka kecuali keluarga atau kerabat dekat mereka.Bagian 2:Tujuan dan ManfaatTujuan utama dari film ini adalah untuk menginformasikan masyarakat non autis bahwa pada kenyataannya tidak selalu orang autis seburuk stigma-stigma negatif yang mereka miliki selama ini. Selain itu, film ini juga bertujuan untuk mengedukasi khalayak bagaimana cara berinteraksi dan berkomunikasi yang tepat dengan orang-orang autis. Dan pada akhirnya film ini ingin memberikan manfaat kepada orang-orang autis dan keluarganya agar diberi perhatian dan lsquo;tempat rsquo; yang layak di Negara ini.Bagian 3:Film yang DikembangkanFilm yang dikembangkan berjudul ldquo;Berbicara Dengan Mereka rdquo; yang menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari seorang yang autis dan bagaimana orang-orang di sekitarnya berinteraksi dan berkomunikasi dengan dia.Bagian 4:Media Pre-test dan Rencana EvaluasiMetode pre-test yang dilaksanakan akan menggunakan metode Focus Group Discussion FGD . Sedangkan metode evaluasi film akan dilaksanakan dengan menggunakan metode survei online menggunakan kuesioner.Bagian 5:AnggaranAnggaran pembuatan film adalah sejumlah Rp. 362.000,00. Sedangkan untuk prakiraan pendapatannya sejumlah Rp. 390.000,00.

ABSTRACT
EXECUTIVE SUMMERY Part 1 Situation AnalysisIn Indonesia, the existence of autistic people haven rsquo t been given the special attention or even so often still being ignored. As a result, autistic people often being misunderstood by non autistic people and will leads to make negative stigmas inside of their minds. These negative stigmas make non autistic people ndash especially for them who were never met autistic people before ndash to be afraid of, avoid, and even bullied the autistic people. This condition makes autistic people to be even more excluded from the society and seldom there will be people who want to interact and communicate with them except their family or relatives.Part 2 Goals and Functions of Making This FilmThe main goal of making this film is to inform the non autistic people that in reality the autistic people are not always as bad as all the negative stigmas they have all this time. Furthermore, this film also wants to educate the audience how are the right ways to interact and communicate with the autistic people. And in the end the purpose of making this film is to help the autistic people and their families so they will get the special attention and the rightful lsquo place rsquo in this country.Part 3 Developed Film The title of the developed film is ldquo Berbicara Dengan Mereka rdquo ldquo Talk to Them rdquo which told the story about the daily life of a female autist and how the people around her interact and communicate with her.Part 4 Pre test Media and Evaluation PlanThe pre test method that will be held is Focus Group Discussion. And on the other hand, the method that will be used for the film rsquo s evaluation is online survey using questionnaire.Part 5 BudgetingThe amount of budget for making this film is Rp. 362.000,00. Whereas the estimation for the income is Rp. 390.000,00. "
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>