Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Komalasari
"Pengalaman mcngikuti program DIR(M), diperoleh dengan mewawancarai empat keluarga dari empat anak SA yang telah mengikuti program tersebut lcbih dari enam bulan. Wawancara, menunjukkan bahwa keluarga yang cocok untuk mengikuti program DIR(M) adalah keluarga yang sepakat untuk mengikuti program dan dapat mengalokasikan waktu untuk mengerjakan program rumah yang tercakup dalam program. Menerapkan Floortime yang merupakan bagian intl dari pendekatan DIR, dilaporkan sebagai bagian tersulit. Keberhasilan melakukan Floorrime lebih didukung oleh kemampuan berempati pada anak dari pada kemampuan memahami teorinya.
Pembahan pertama yang diperlihatkan semua anak dalam penelitian ini adalah perbaikan atensi dan konlak mata, timbulnya pcrilaku lebih akrab dan hangat dcngan caregiver Serta minat untuk rnemulai interaksi sosial. Semua responden mcngekspresikan kegembiraan mereka atas perubahan perilaku anak-anak terscbut. Mereka menyatakan bahwa hubungan dengan anak SA menjadi lebih akrab, mcrcka lebih memahami anak SA ini dan mcngasuhnya menjadi lebih mcnyenangkan.
Kcbutuhan keluarga, yang bclum dapat dipenuhi oleh program DIR(M), adalah pcnjelasan teori dan praktek dari DIR secara rutin dan herulang, juga kunjungan rumah secara rutin oleh salah seorang anggota lim DIR(M). Teori dan praktek DTR pcrlu disebarluaskan pada profesi lain yang bekerja dengan anak dan kcluarga untuk memperbaiki pelayanan pada keluarga yang ingin mengikuti program DTR(`M).

Experiences of parents with DlR(M) program was obtained by interviewing families with children on the Autism Spectrum (AS) who have been with the DIR(M) program. Analysis showed that the program was suitable for families who were in agreement about doing the program and were able to allocate their time to do the home programs. Applying the Floorrime which is an important part of the DIR approach was reported as the most difficult part ofthe program.
Behavior changes showed by children in the study were: improvements in attention and eye contacts, wanner attachment with their caregivers, and initiating social interactions. All parents expressed their happiness about changes in their children’s behavior. They also said that their relations with their AS child became more intimate, they could understand their children better and caring for them became more enjoyable.
The interviews revealed some needs which had not been met by the DIR(M) program. These are: routinely repeated explanations ofthe DIR theories and the home program, also routine home visits by someone from the DIR(M) team. DIR theories and practices should be spread out to other professionals who work with children and families to improve servicw for families who want to take the DIR(M) program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lena
"Tingginya angka penggunaan media elektronik pada anak tipikal dan autism spectrum disorder (ASD) di Indonesia sudah tergolong pada level mengkhawatirkan. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan performa executive function (EF). Meskipun demikian, sejumlah penelitian terkini menemukan hubungan yang positif antara penggunaan media elektronik dan performa EF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kondisi perkembangan anak (tipikal dan ASD) dan durasi penggunaan media elektronik terhadap performa EF, dengan sebelumnya melakukan uji regresi antara kondisi perkembangan anak dan durasi penggunaan media elektronik. Partisipan terdiri dari 24 anak tipikal dan 9 anak ASD yang berusia 48-96 bulan dan memiliki tingkat inteligensi ≥ 70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perkembangan anak yang mengalami gangguan ASD berasosiasi secara signifikan dengan peningkatan durasi penggunaan media elektronik dan penurunan performa EF, namun durasi penggunaan media elektronik tidak berkontribusi dengan performa EF. Penelitian ini menekankan pentingnya mengatur penggunaan waktu media elektronik pada anak, baik tipikal maupun ASD, untuk mengoptimalkan EF mereka.

The high rate of electronic media usage in typical and autism spectrum disorder (ASD) children in Indonesia were highly concerning, which could contribute to the lowering executive function (EF) performance. However, recent studies found positive association between the use of electronic media and childrens EF performance.
This study aims to determine of the contribution of childrens development state (typical and ASD) and duration of electronic media use in childrens EF performance, with prior measurement using regression analysis for childrens development state and their duration of electronic media use. The participants of this study were 24 typical children and 9 children with ASD, which were 48-96 months of age and had IQ score of ≥ 70.
The results showed that childrens development state with ASD significantly associated with increasing in duration of electronic media use and decreasing in childrens EF performance. However, the duration of electronic media use was not contributed in childrens EF performance. This study emphasized in the importance of managing the duration of electronic media use in typical and ASD children, to promote optimum EF development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jennie Dianita Sutantio
"ABSTRAK
Keterlambatan diagnosis gangguan spektrum autisme (GSA) masih menjadi masalah kesehatan anak di seluruh dunia hingga saat ini. Tenaga kesehatan yang kompeten dalam diagnosis GSA masih terbatas di pusat kesehatan tersier yang seringkali sulit dijangkau. Penggunaan telemedicine sebagai alat diagnosis dengan berbagai metode mulai diteliti; namun keterbatasan aplikasi menyebabkan telemedicine belum digunakan secara luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi telemedicine menggunakan rekaman video yang direkam dengan protokol khusus dibandingkan dengan observasi langsung terhadap aktivitas pasien dalam menegakkan diagnosis GSA. Sebanyak 40 subyek berusia 18-30 bulan yang datang dengan keluhan keterlambatan bicara atau perilaku acuh dan mendapat skor M-CHAT-R lebih dari dua mengikuti penelitian ini. Hasil rekaman video menurut protokol khusus dinilai berdasarkan kriteria GSA menurut DSM-5, kemudian subyek dinilai menurut kriteria yang sama pada observasi langsung. Tingkat kesesuaian diagnosis pada kedua metode mencapai 82,5%. Sensitivitas rekaman video dalam diagnosis GSA mencapai 91,3% (IK 95% 79,7% sampai 100%) dan spesifisitas 70,6% (IK 95% 48,9% sampai 92,2%). Nilai duga positif mencapai 80,7% (IK 95% 65,6% sampai 95,9%), sedangkan nilai duga negatif 85,7% (IK95% 67,4% sampai 100%). Rasio kemungkinan positif adalah 3,1 (IK 95% 1,47 sampai 6,5), sedangkan rasio kemungkinan negatif adalah 0,16 (IK 95% 0,03 sampai 0,47). Berdasarkan hasil di atas, telemedicine berbasis rekaman video cukup baik dalam mendiagnosis GSA, meskipun spesifisitas tidak tinggi. Pada kasus yang meragukan, observasi langsung tetap perlu dilakukan.

ABSTRACT
Delayed diagnosis of autism spectrum disorder (ASD) remains as a persisting child health problem throughout the world until now. Competent professionals in diagnosing ASD are limited in tertiary health care centers which are usually hard to access. The use of telemedicine as a diagnostic tool using various methods has been investigated; however, application limitations cause the telemedicine has not widely used. This study aimed to evaluate the effectiveness of telemedicine using video recording with special protocol compared to direct observation of patient s activities in diagnosing ASD. We included forty subjects aged 18-30 months old with chief complaints of delayed speech or ignoring behavior and M-CHAT-R score more than two. Video records guided by special protocol were assessed using DSM-5 criteria of ASD and the subjects were assessed using the same criteria during direct observation. Diagnostic agreement between the two methods was 82.5%. The sensitivity of video recording in diagnosing ASD was 91.3% (95% CI 79.7% to 100%), while the specificity was 70.6% (95% CI 48.9% to 92.2%). The positive predictive value was 80.7% (95% CI 65.6% to 95.9%), while the negative predictive value was 85.7% (95% CI 67.4% to 100%). The positive likelihood ratio was 3.1 (95% CI 1.47 to 6.55), while the negative likelihood ratio was 0.16 (95% CI 0.03to 0.47). Based on the results, telemedicine using video recording is effective for diagnosing ASD, despite its low specificity. In uncertain cases, direct observation is still need to be done. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khariza Nararya
"Tujuan penelitian ini adalah melihat efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan antara kepuasan pernikahan dengan parenting stress pada orang tua dari anak dengan spektrum autisme di Indonesia. Penelitian dilakukan kepada 131 partisipan di Jabodetabek, Bali, dan Lampung. Penelitian menggunakan alat ukur Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, dan Dyadic Coping Inventory. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson, analisis regresi linear, dan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan parenting stress serta tidak ditemukan efek moderasi dari kedua faktor common dyadic coping terhadap hubungan kepuasan pernikahan dan parenting stress.

The aim of this study is to evaluate the moderating effect of the two factors of common dyadic coping in the relationship between marital satisfaction and parenting stress for parents of individuals with autism spectrum disorder in Indonesia. The study was conducted to 131 participants in Jabodetabek, Bali, and Lampung area. This study uses Couples Satisfaction Index–Short Form, Parenting Stress Index, and Dyadic Coping Inventory to measure the variables. Data is analyzed using Pearson correlation, linear regression analysis, and Hayes Macro Process. Findings of the study showed that there is a significant negative correlation between marital satisfaction and parenting stress, and there is no moderating effect from the two factors of common dyadic coping to that relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Anindia Anugrah Putri
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi kemampuan perawat pada anak dengan gangguan spektrum autisme (GSA) yang dirawat di rumah sakit. Desain penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan metode cross sectional dengan teknik total sampling menggunakan sampel 59 perawat dari rawat inap anak, unit thalasemia, serta ruang bedah anak di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Instrumen yang digunakan Survey. Brachlow5 milik Allison Golnik tahun 2009 dengan perubahan demografi sesuai kebutuhan populasi di Indonesia.
Hasil penelitian antara lain persentase usia muda 54,2%, perempuan 91,5%, jenjang pendidikan D3 78%, pengalaman kerja kurang dari 5 tahun 39%, lokasi ruangan rawaat inap 57,6%, tidak pernah training 98,3%, tingginya kapasitas perawat 55,9%, tingginya kapasitas perawat 58,8%, tingginya pengetahuan perawat 57,1%, tingginya kepercayaan orang tua 100%, hambatan perawat 59,3% mengaku kurangnya pendidikan mengenai gangguan spektrum autisme. Saran dari penelitian antara lain diadakan training pada perawat di rumah sakit serta penambahan ilmu mengenai GSA di instansi pendidikan.

The purpose of this study was to determine the perception of the ability of nurses in children with autism spectrum disorders (ASD) were hospitalized. This study was a descriptive analysis using cross sectional method with a total sampling technique using samples of 59 nurses from the children’s inpatient, thalassemia unit, as well as the child's surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital. Instruments used Survey.Brachlow5 owned by Allison Golnik (2009) with the changing demographics of the population in Indonesia as needed.
The results of the study include the percentage of young age of 54.2%, 91.5% female, 78% diploma degree, work experience of less than 5 years of 39%, the location of the children’s inpatient was 57.6%, 98.3% said never training, the high capacity of nurses 55.9%, 58.8% of high source of knowledge, nurse 57.1% high knowledge, high trust of parents 100% , barrier 59.3% of nurses admitted lack of education about autism spectrum disorders. Suggestions of research are conducted training to nurses in hospitals as well as the addition of knowledge about the ASD in educational institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaula Sahida
"Hadirnya anak dengan Autism Spectrum Disorders (ASD) di tengah keluarga memiliki dampak pada kehidupan orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat penolakan orangtua terhadap kondisi anak penyandang ASD dengan tingkat kelelahan yang dialami orangtua. Desain penelitian yang digunakan analitik numerik cross-sectional, dengan 61 orangtua yang didapatkan melalui cluster random sampling pada 15 sekolah luar biasa di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan Parent Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) dan kuesioner kelelahan.
Hasil analisis menggunakan uji Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat penolakan orangtua dengan tingkat kelelahan yang dialami orangtua (p=0,001; r=0,407; α=0,05). Hal ini menggambarkan bahwa pentingnya memberi asuhan sejak awal kepada orangtua untuk mendorong orangtua agar menerima kondisi anak, sehingga risiko terjadinya kelelahan berkurang.

The presence of children with Autism Spectrum Disorders (ASD) in the family has an impact on parent?s life. This study aims to determine the relationship between parental rejection levels of the ASD children conditions with levels of fatigue experienced by parents. The design of this study was cross-sectional analytic numerical, with 61 parents recruited by cluster random sampling in 15 special schools in South Jakarta. This study used a Parent Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) and fatigue questionnaire.
The results of Pearson test showed that there is a significant correlation between the level of parental rejection and the levels of fatigue experienced by parents (p=0,001; r=0,407; α=0,05). It represents the importance of giving care from the beginning to the parents and encourage parents to accept the children?s condition, so that can reduce the risk for experiencing fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Meilany
"Latar Belakang. Anak dengan Spektrum Gangguan Autisme (SGA) seringkali mengalami gangguan gerak halus, yang dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta mengganggu performa sekolah. Hingga saat ini belum ada data mengenai prevalens maupun gambaran gangguan gerak halus pada anak SGA di Indonesia, termasuk dampaknya terhadap performa sekolah.
Tujuan. Mengetahui prevalens gangguan gerak halus anak SGA, mengetahui gambaran gangguan gerak halus anak SGA, mengetahui dampak gangguan gerak halus terhadap performa sekolah anak SGA.
Metode. Penelitian analitik potong lintang dilakukan sejak bulan Januari sampai Mei 2014. Subjek anak SGA didapatkan dari Klinik Anakku CMC Kayu Putih. Subjek pada kelompok kontrol dari sebuah sekolah swasta yang telah dilakukan matching usia dan jenis kelamin dengan kelompok SGA. Terhadap subjek penelitian dilakukan pemeriksaan keterampilan gerak halus dengan BOT-2 dan penilaian performa fungsional sekolah melalui pengisian kuesioner SFA oleh guru atau terapis.
Hasil. Subjek penelitian pada kelompok SGA dan kelompok kontrol masing- masing berjumlah 43 anak. Prevalens gangguan gerak halus pada kelompok SGA sebesar 91%. Jumlah subjek pada kelompok SGA yang mengalami gangguan gerak halus pada komposit fine manual control dan manual coordination, serta subtes fine motor precision, fine motor integration, manual dexterity, dan upper- limb coordination lebih besar dibanding kelompok kontrol, dengan median skor kelompok SGA yang lebih rendah pada semua komposit/subtes dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat hubungan bermakna antara gangguan gerak halus kelompok SGA dengan performa fungsional sekolah.
Simpulan. Prevalens gangguan gerak halus anak SGA pada penelitian ini adalah 91%. Gangguan gerak halus yang dialami anak SGA berdasarkan pemeriksaan dengan BOT-2 mencakup komposit fine manual control dan manual coordination, serta subtes fine motor precision, fine motor integration, manual dexterity, dan upper-limb coordination. Pada anak SGA, gangguan gerak halus berhubungan dengan gangguan pada performa fungsional sekolah.

Background. Children with Autism Spectrum Disorders (ASD) often have fine motor impairment, which may present barriers in performing their daily activities and interfere with their school performance. Until now there has been no data on the prevalence and description of fine motor impairment in children with ASD in Indonesia, including its impact on the children’s school performance.
Objective. To determine the prevalence of fine motor impairments in children with ASD, to provide the description of fine motor impairments in children with ASD, and to determine the impact of fine motor impairments on the school performance of children with ASD.
Method. A cross-sectional analytic study conducted from January to May 2014. Subjects were children with ASD from Klinik Anakku CMC Kayu Putih. Subjects in the control group were students from a private school matched by age and sex with the ASD group. Fine motor examination was performed using BOT-2 and assessment of school functional performance was conducted through SFA questionnaires filled by teachers or therapists.
Result. There were 43 subjects each on ASD and control groups. Prevalence of fine motor impairments in children with ASD in this study was 91%. The number of subjects in the ASD group having fine motor impairement on the fine manual control and manual coordination composites, as well as fine precision motors, motors fine integration, manual dexterity, and upper-limb coordination subtests are greater than the control group, with median score of all the composites/subtests lower on ASD group compared to that in the control group. There was a significant correlation between fine motor impairments in ASD children with their school function performance.
Result. Prevalence of fine motor impairments in children with ASD in this study was 91%. Fine motor impairments experienced by children with ASD based on examination using BOT-2 covers fine manual control and manual coordination composites, as well as fine precision motors, motors fine integration, manual dexterity, and upper-limb coordination subtests. In children with ASD, fine motor impairment was associated with disturbances in the school function performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Kurniasih
"Penelitian ini merupakan penelaahan linguistik dan psikologi mengenai bagaimana orang dewasa dengan gangguan spektrum autisme ASD menggunakan pelesapan dalam tuturan yang dihasilkan. Penelitian yang menggunakan pembanding dengan anak-anak normal sebagai grup control ini menggunakan narasi untuk melihat fenomena penggunaan pelesapan dengan teknik cerita tanpa alat bantu dan dengan alat bantu. Penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena pelesapan yang hadir dalam tuturan orang dewasa dengan ASD dan anak-anak sebagai grup control secara kuantitatif tidak terlalu jauh berbeda namun secara kualitatif memiliki ciri yang dapat dijadikan pembanding. Ciri khusus tersebut berhubungan dengan permasalahan gangguan spectrum autisme mengenai kemampuan komunikasi dalam memberikan respons terhadap lawan tutur. Pada akhirnya, hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai langkah awal diagnosis gangguan kebahasaan bagi orang dengan ASD.

This research is a linguistics and psychology research about how adults suffering from Autism Spectrum Disorder ASD use omissions in the utterances produced. Normal children are included in the control group as a comparison to see the omission phenomenon with story telling technique with or without aid. This research shows that the omission phenomenon taking place in the utterances of adults suffering from ASD and in children as the control group is quantitavely not sigfinicantly different however, qualitatively it has symptoms that can be used to compare the two groups. Such certain characteristics are related to the issues of autism spectrum disorder on the communication ability in giving responses to the partners in speaking. Finally, the result of this research can be the first step in diagnosing language disorders experienced by people suffering from ASD."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imtiaz Amrinusantara Surapaty
"

Kelainan kemampuan bicara dan interaksi sosial merupakan gejala yang sering timbul pada anak-anak Autism Spectrum Disorder.  Akupunktur sebagai terapi tambahan diketahui dapat membantu memperbaiki kemampuan bicara dan interaksi sosial pada anak Autism Spectrum Disorder.  Salah satu modalitas akupunktur dengan efek samping minimal dan aman untuk anak-anak adalah laserpunktur.  Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh laserpunktur terhadap kemampuan bicara dan interaksi sosial pada pasien Autism Spectrum Disorder.  Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol.  Melibatkan 46 pasien Autism Spectrum Disorder yang dibagi menjadi dua kelompok.  Tidak terdapat subyek penelitian yang dinyatakan gugur (drop out).  Kelompok perlakuan sebanyak 23 pasien mendapatkan terapi sensori integrasi dan laserpunktur, kelompok kontrol sebanyak 23 pasien mendapatkan terapi sensori integrasi dan laserpunktur plasebo, kemudian pada kedua kelompok dilakukan penilaian kemampuan bicara dan interaksi sosial menggunakan kuisioner WeeFIM dan penilaian laporan orang tua menggunakan sensori profile sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan.  Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan nilai kemampuan bicara, interaksi sosial yang lebih baik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok laserpunktur dibandingkan laserpunktur plasebo.  Skala pemahaman (p<0,001), OR: 18,8, 95%IK: 4,09-87,17.  Ekspresi (p<0,001), OR:  50,2, 95%IK: 5,61-450,2 dan interaksi sosial (p=0,005), OR:7,2, 95%IK: 1,68-31,42 dan nilai laporan orang tua (p=0,765).  Dapat disimpulkan bahwa laserpunktur terbukti efektif terhadap perbaikan nilai kemampuan bicara dan interaksi sosial yang lebih baik dibandingkan laserpunktur plasebo pada anak Autism Spectrum Disorder


Disorder of speech ability and social interaction are the most common symptom in children autism spectrum disorder.  Acupuncture as an adjunctive therapy is knowm to help repair speech ability and social interaction in children autism spectrum disorder.  One of the acupuncture modalities with minimal side effects and safe for children is laser acupuncture or laserpuncture.  This study aims is to determine the laserpuncture effects to speech ability and social interaction in autism spectrum disorder.  The study design is a randomized double-blinded clinical trial, involving 46 patients divided into two groups.  There is no respondent who did not qualify (drop out).  The treatment group (23 patients) received sensory integration and laserpuncture therapy, and the control group (23 patients) received sensory integration and  laserpuncture placebo.  Both of groups evaluated for speech ability and social interaction using WeeFIM questionare and parental report using sensory profile before and after treatment.  The result showed an Improvement of speech ability and social interaction on laserpuncture group better than placebo group before and after treatmet.  Perception score (p<0,001), OR: 18,8, 95%CI: 4,09-87,17. Ekspresion score (p<0,001), OR:  50,2, 95%CI: 5,61-450,2, social interaction score (p=0,005), OR:7,2, 95%CI: 1,68-31,42, and parental report score (p=0,765).  In can be concluded that laserpuncture therapy more better effectively improve speech ability and social interaction score in autism spectrum disorder compared to laserpuncture placebo.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Azzahra Putri
"Orang tua dari anak dengan ASD mengalami stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada anak tanpa ASD. Jika tidak diatasi dengan baik, maka stres pengasuhan bisa berdampak bagi penurunan kualitas pengasuhan, serta berkaitan dengan hubungan pasangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi coping untuk menghadapi stres pengasuhan pada orang tua dari anak dengan ASD. Dyadic coping dapat digunakan untuk menghadapi stres pengasuhan dalam mengasuh anak dengan ASD. Dyadic coping terdiri dari positive dan negative dyadic coping. Positive dyadic coping terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping. Peneliti berfokus pada supportive dyadic coping karena menampilkan dukungan yang diberikan dan didapatkan pasangan dalam menghadapi stres pengasuhan. Tujuan penelitian adalah melihat hubungan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD. Partisipan penelitian berjumlah 82 ayah atau ibu dari anak dengan ASD di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah subskala supportive dyadic coping (by partner dan by self) dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). Hasil penelitian menampilkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). Artinya, semakin tinggi supportive dyadic coping, maka semakin rendah stres pengasuhan orang tua dengan anak ASD.

Parents of ASD children experience higher parenting stress than those without ASD children. If it doesn't dealt properly, there is a chance that parenting stress has an impact on the quality of parenting and couple's relationship. Therefore, coping strategies are needed to deal with parenting stress for parents of ASD children. Dyadic coping can be used to deal with parenting stress in rearing ASD children. Dyadic coping consists of positive and negative dyadic coping. Positive dyadic coping consists of supportive, delegated, and common dyadic coping. This study focused on supportive dyadic coping because it displays the support by self and partner in dealing with parenting stress. The purpose of this study was to assess the relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children. There are 82 fathers or mothers of ASD children in Indonesia that participated in this study. The measurement tools used in this study were the supportive dyadic coping subscales (by partner and by self) of the Dyadic Coping Inventory (DCI) and the Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). The results showed that there was a significant negative relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). That is, the higher the supportive dyadic coping, the lower the parenting stress of parents of ASD children."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>