Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Luthfi Kaulina
"Halusinasi adalah persepsi sensori palsu yang melibatkan panca indra. Klien pada karya ilmiah ini merupakan perempuan berusia 49 tahun telah mengalami halusinasi pendengaran selama belasan tahun. Instrumen Auditory Vocal Hallucination Scale Questionanre digunakan untuk mengukur tingkat keparahan halusinasi pendengaran. Pemberian asuhan keperawatan generalis halusinasi telah dilakukan dan dikombinasikan dengan mendengarkan musik sebagai upaya mendistraksi halusinasi. Hasil menunjukkan bahwa asuhan keperawatan generalis dan penerapan mendengarkan musik sebagai distraksi halusinasi dapat menurunkan tingkat keparahan halusinasi.

Hallucinations are false sensory perceptions that involve the five senses. The client in this study was a 49-year-old woman who had experienced auditory hallucinations for a dozen years. The Aud Auditory Vocal Hallucination Scale Questionnaire was used to measure the severity of auditory hallucinations. The provision of generalist nursing care for hallucinations has been carried out and combined with listening to music as an effort to distract hallucinations. The results show that generalist nursing care and the application of listening to music as a hallucinatory distraction can reduce the severity of hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karlin Ratna Mustika
"Halusinasi merupakan salah satu dari gejala positif yang paling sering ditemui pada pasien dengan penyakit gangguan jiwa skizofrenia. Halusinasi adalah tanggapan dari panca indera tanpa adanya ransangan atau stimulus dari luar. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan terkait penerapan terapi origami sebagai distraksi pada Ny. W dengan halusinasi pendengaran. Asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan asuhan keperawatan generalis (Ners) ditambahkan dengan terapi seni origami sebagai disraksi yang menjadi fokusnya. Pemberian intervensi dilakukan dari tanggal 20 – 27 April 2022. Evaluasi dilakukan dengan mengukur tingkat keparahan halusinasi menggunakan instrument AVHRS-Q dan evaluasi tanda gejala halusinasi menggunakan instrumen yang dibuat oleh residen FIK UI 2018. Hasilnya didapatkan penurunan tingkat keparahan dari skor 10 menjadi 6 serta turunnya tanda gejala yang dialami dari 30 menjadi 11 tanda gejala yang tersisa. Terapi seni origami ini dapat menjadi salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan dalam mengontrol halusinasi.

Hallucinations are one of the most common positive symptoms in patients with schizophrenia. Hallucinations are responses from the five senses without any external stimulus. The purpose of writing this scientific paper is to describe the application of origami art therapy as a distraction to Mrs. W with auditory hallucinations. Nursing care provided in accordance with generalist nursing care (Ners) was added with origami art therapy as a distraction that become the focus of intervention. The intervention was carried out from 20 – 27 April 2022. The evaluation was carried out by measuring the severity of hallucinations using the AVHRS-Q instrument and evaluating signs of hallucinations using an instrument made by the resident of FIK UI 2018. The result was a decrease in severity from a score of 10 to 6 and decreased from 30 to 11 remaining symptoms. Origami art therapy can be a distraction technique that can be used to control hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Myra Prycilia
"Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis yang ditunjukkan dengan adanya perubahan proses pikir, persepsi dan penurunan fungsi social. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya berupa halusinasi dan risiko perilaku kekerasan. Respon afektif klien dengan halusinasi dan resiko perilaku kekerasan diantaranya berupa perasaan ketakutan, khawatir atau cemas berat. Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan. Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam mengatasi kecemasan yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan kecemasan pada klien halusinasi dan risiko perilaku kekerasan. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini ialah analisis kasus dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap Bapak A (38 tahun) dengan diagnosis keperawatan utamanya halusinasi dan Bapak R (52 tahun) dengan diagnosis keperawatan utamanya risiko perilaku kekerasan yang dikaitkan dengan kecemasan. Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan menunjukkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi kecemasan lebih efektif dilakukan pada klien risiko perilaku kekerasan daripada klien halusinasi.

Schizophrenia is a chronic mental disorder characterized by changes in thought processes, perceptions and decline in social function. Signs and symptoms that appear include hallucinations and the risk of violent behavior. The affective response of clients with hallucinations and the risk of violent behavior include feelings of fear, worry or severe anxiety. Anxiety is unclear fear accompanied by feelings of uncertainty, helplessness, isolation and insecurity. Nursing actions undertaken in overcoming anxiety is by deep breathing relaxation techniques. This scientific work aims to analyze the effectiveness of deep breathing relaxation techniques for reducing anxiety on hallucinatory and the risk of violent behavior client. The method used in this scientific work is case analysis in the provision of nursing care to Mr. A (38 years old) with the main nursing diagnosis of hallucinations and Mr. R (52 years old) with the main nursing diagnosis risk of violent behavior associated with anxiety. The final evaluation of nursing care given shows the relaxation technique of deep breathing to deal with anxiety more effectively done to clients the risk of violent behavior than hallucinogenic clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Larasaty
"ABSTRAK
Gangguan sensori persepsi halusinasi merupakan salah satu gejala utama psikotis pada klien dengan skizofrenia. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak nyata. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya halusinasi diantaranya koping individu tidak efektif, kegagalan dalam menyelesaikan tahap perkembangan sosial, koping keluarga tidak efektif dan  stres yang menumpuk. Tujuan penulisan ini yaitu untuk menganalisis asuhan keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran pada Klien H (22 tahun). Proses keperawatan yang dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis (Ners) yaitu dengan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap, melakukan aktvitas terjadwal, dan minum obat secara teratur. Implementasi yang dilakukan berfokus pada cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap yang dilakukan di dalam peer support. Bercakap-cakap dalam peer support menjadi salah satu cara mengontrol halusinasi pendengaran yang efektif, karena mampu mendistraksi dan mengalihkan fokus klien terhadap halusinasi kepada percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
Gangguan sensori persepsi halusinasi merupakan salah satu gejala utama psikotis pada klien dengan skizofrenia. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak nyata. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya halusinasi diantaranya koping individu tidak efektif, kegagalan dalam menyelesaikan tahap perkembangan sosial, koping keluarga tidak efektif dan  stres yang menumpuk. Tujuan penulisan ini yaitu untuk menganalisis asuhan keperawatan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran pada Klien H (22 tahun). Proses keperawatan yang dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis (Ners) yaitu dengan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap, melakukan aktvitas terjadwal, dan minum obat secara teratur. Implementasi yang dilakukan berfokus pada cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap yang dilakukan di dalam peer support. Bercakap-cakap dalam peer support menjadi salah satu cara mengontrol halusinasi pendengaran yang efektif, karena mampu mendistraksi dan mengalihkan fokus klien terhadap halusinasi kepada percakapan yang dilakukan dengan orang lain.

ABSTRACT
Hallucination sensory impairment perceptions is one of the main symptoms of psychosis in clients with schizophrenia. Hallucination is a wrong sensory perception or a perceptual experience that is not real. There are several factors that cause hallucinations including ineffective individual coping, failure to complete the stage of social development, ineffective family coping and severe stress. The purpose of this writing is to analyze nursing care for sensory impairment perceptions auditory hallucinations in Client H (22 years). The nursing process is carried out based on the standards of generalist nursing care (Ners), namely by teaching how to control hallucinations by rebuking hallucinations, communicating, performing scheduled activities, and taking medication regularly. The implementation is focused on how to control hallucinations with communicating in peer support. Communicating in peer support is one of the ways to effectively control auditory hallucinations, since it is able to distract and shift the clients focus from hallucinations to the conversations conducted with other people.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library