Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lazare, Aaron
New York: Oxford University Press, 2004
291.2 LAZ o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Tania
"Karya tulis ini membahas perbedaan cara minta maaf mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2010 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, beserta faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Mahasiswa dan mahasiswi melakukan komunikasi secara berbeda, hal ini terlihat pula dalam cara mereka meminta maaf pada satu sama lain. Penelitian ini dianalisa berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah strategi permintaan maaf yang biasa digunakan, seperti gerak tubuh dan pemilihan kata (sori atau maaf) dengan mengacu pada beberapa studi dari Bataineh (2005), Chunlin (2013), dan Schumann (2011). Sementara itu, teori Tannen (1993) dan sejumlah penelitian lainnya dijadikan bahan acuan untuk menjelaskan faktor biologis dan lingkungan yang turut memainkan peranan penting dalam perbedaan cara minta maaf tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pertama, mahasiswa cenderung hanya menggunakan gerak tubuh dibandingkan mahasiswi yang menggunakan gerak tubuh untuk mendukung pernyataan maaf mereka. Kedua, mahasiswa menggunakan kata sori baik terhadap orang yang mereka kenal ataupun tidak, sementara mahasiswi menggunakan kata sori kepada orang yang mereka kenal dan maaf kepada orang yang tidak mereka kenal. Ketiga, baik mahasiswa maupun mahasiswi bersedia untuk meminta maaf duluan terlepas dari siapa yang berbuat salah. Melalui karya tulis ini, disimpulkan bahwa cara minta maaf antara mahasiswa dan mahasiswi dapat bervariasi bukan hanya karena perbedaan gender, tetapi juga karena faktor-faktor lingkungan, seperti hubungan kedekatan, besar-kecilnya masalah, keluarga-masyarakat-personalitas, budaya, dan situasi saat berbicara.

This study examines gender differences in apology strategies among male and female students batch 2010 from Faculty of Humanities Universitas Indonesia as well as the factors behind these differences. Male and female students somehow communicate differently, and this can also be seen in the way they apologize toward one another. This research is analyzed based on some apology strategies observed, such as the use of gestures and choice of words (sorry or maaf) by referring to some studies from Bataineh (2005), Chunlin (2013), and Schumann (2011). Meanwhile, Tannen’s theory (1993) and some other research are used to explain biological and environmental factors playing important roles in these apology strategies.
According to the results, it is found that male students tend to use only gestures rather than female students who use gestures to support their apologies. Moreover, male students see sorry the same way as maaf whereas female students prefer saying sorry toward those they already know and maaf toward those they do not really know. Finally, both male and female students are willing to offer apology first regardless who makes the mistakes. This study concludes that apology strategies among the students vary not only because they are biologically different in some extent, but also because they consider different environmental factors, such as relationship, problems, mood, family-society-personality, cultures, and situations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Umar Sadikin
"Selebriti sering kali berusaha untuk mendapatkan kembali popularitas mereka dan menghindari "dibatalkan" di media sosial setelah dikritik atas perilaku yang menyakitkan hati. Salah satu pendekatan umum adalah meminta maaf secara publik di media sosial, dengan beberapa orang memilih untuk muncul secara langsung saat meminta maaf. Diasumsikan bahwa selebriti-selebriti ini menggunakan strategi permintaan maaf yang tepat serta gerakan tubuh untuk menciptakan permintaan maaf yang kuat dan efektif. Penulis percaya bahwa keberadaan fitur visual dalam menyampaikan permintaan maaf publik sama pentingnya dengan aspek linguistik, terutama dalam proses pembuatan makna. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan strategi permintaan maaf serta gerakan tubuh dalam video permintaan maaf publik yang dilakukan oleh tiga selebriti Amerika: Will Smith, Ellen DeGeneres, dan Hannah Brown. Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan multimodal, yang dapat membantu mengurai berbagai mode komunikasi dalam penelitian ini — baik yang linguistik maupun yang non-linguistik. Analisis non-linguistik dalam penelitian ini difokuskan pada analisis pandangan mata (gaze analysis), yang terhubung dengan klasifikasi strategi permintaan maaf yang digunakan dalam video-video tersebut. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan teori fungsi pandangan mata yang dikembangkan oleh Leathers dan Eaves (2008), sedangkan strategi permintaan maaf dianalisis berdasarkan teori yang diajukan oleh Trosborg (1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap strategi permintaan maaf cenderung berhubungan dengan perilaku mata tertentu saat dilakukan oleh pembicara.

Celebrities often attempt to regain their popularity and avoid being "canceled" on social media after being criticized for offensive behavior. One common approach is to apologize publicly on social media, with some opting to appear in person during the apology. It is assumed that these celebrities use both appropriate apology strategies and gestures to craft a potent and effective apology. The author believes that the existence of visual features in delivering a public apology is as significant as the linguistic aspect, especially in the meaning-making process. This study aims to examine the use of apology strategies as well as gestures in public apology videos done by three American celebrities: Will Smith, Ellen DeGeneres, and Hannah Brown. To carry out this study, the author involves a multimodal approach, which can help to unravel the different modes of communication in this study — linguistic and non-linguistic. The non-linguistic analysis in this study is specified to gaze analysis, which is linked to the classification of the apology strategies used in the videos. In conducting the analysis, the author utilizes the theory of gaze function devised by Leathers and Eaves (2008), whereas the apology strategies are analyzed by the theory proposed by Trosborg (1994). The result shows that each apology strategy tends to be associated with certain eye behaviours when it is performed by the speakers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian sosiolinguistik selalu menarik untuk diamati. Hal ini disebabkan karena topik penelitian yang terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat langsung dipraktekkan. Perbedaan cara meminta maaf yang merupakan topik penelitian kali ini, selain membuat para pemelajar Bahasa Jepang lebih memahami Bahasa Jepang, mereka juga diharapkan makin memahami cara pikir orang Jepang."
NIGAKU 1:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Dwi Praramadhanti
"

Keterlibatan figur publik dalam skandal dapat membuat hubungan antara penggemar dan publik figur melemah. Beberapa cara dapat dilakukan figur publik untuk tetap mempertahankan hubungan tersebut dengan penggemarnya, salah satunya adalah permintaan maaf. Studi eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh efek moderasi permintaan maaf dan hubungan parasosial terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial setelah terjadinya skandal seorang idol K-Pop. Partisipan merupakan individu yang mengidentifikasikan diri sebagai penggemar K-Pop dan dibagi ke dalam kelompok eksperimen (n = 97) dan kelompok kontrol (n = 96). Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memoderasi pengaruh permintaan maaf terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial.


Scandals involvement of public figures may weaken the relationship between the public figures and their fans. Various ways can be done by public figures to maintain those relationships, one of which is an apology. This experimental study was conducted to determine the moderation effects of apology and parasocial relationships on parasocial breakup and forgiveness after the scandal of a K-Pop idol. Participants are individuals who identify themselves as a K-Pop fan and were divided into experimental (n = 97) and control groups (n = 96). Multiple regression analysis shows that parasocial relationship do not moderate the effects of apology on parasocial breakup and parasocial forgiveness.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library