Di pekerjaan ini, pembelajaran mengenai efek kekasaran permukaan (Ra) terhadap umur kelelahan perpaduan Aluminum 7075-T6 dilakukan. Berdasarkan pekerjaan sebelumnya, umur kelelahan adalah fungsi dari kekasaran permukaan material/spesimen. Semakin kasar permukaan spesimen, semakin menurun umur kelelahannya. Sebaliknya, semakin halus permukaan specimen maka umur kelelahannya meningkat. Dalam kasus ini, kekasaran (Ra) hanya didapat dari proses machining. Selanjutnya, dibuatlah suatu faktor koreksi yang merupakan perbandingan dari umur kelelahan specimen dengan nilai Ra tertentu terhadap umur kelelahan specimen ideal. Kemudian, digambarkan sebuah kurva nilai faktor koreksi sebagai fungsi dari Ra. Simulasi keausan dengan menggunakan perangkat lunak komersil telah dilakukan untuk memprediksi umur kelelahan pada kondisi ideal. Kemudian, umur kelelahan untuk spesimen dengen berbagai kondisi kekasaran dapat diestimasi dengan factor koreksi yang didapat dari atas. Dapat disimpulkan bahwa kurva yang menunjukan hubungan Ra dengan faktor koreksi dapat digunakan untuk memprediksi umur kelelahan secara efisien saat simulasi.
In this work, the effect of surface roughness to the fatigue life of 7075-T6 Aluminum Alloy were studied. The objective is to estimate values of surface factor correction of 7075-T6 Aluminum Alloy and its fatigue life using the obtained correction factors. Based on previous research, a function of fatigue life in terms of surface roughness were obtained. As the surface roughness increases, fatigue life decreases and vice versa. In this case, the Ra value were obtained from machining process only. First, an estimated surface factor correction was obtained as the fatigue limit ratio of specimen with certain Ra value to specimen having ideal surface condition. Then, a function of surface factor correction in terms of Ra were generated. After that, a fatigue simulation was conducted using commercial software to predict fatigue life at the ideal surface condition. Finally, fatigue life for various value of Ra can be estimated using the correction factors obtained. It was concluded that the function of surface factor correction in terms of Ra was applicable to estimate the fatigue life efficiently during simulation.
"Pengaruh dari rasio natrrum nitrat—natrium fluorida sebagai degasser pada pengecoran aluminium tipe AC4B telah diteliti. Degasser merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses pengecoran untuk membantu menghilangkan gas-gas yang terdapat dilelehan logam, seperti gas hidrogen. Metode degassing yang umum untuk digunakan adalah degassing dengan memasukkan gas inert ke dalam lelehan logam, yaitu gas argon. Pada penelitian ini, digunakan metode degassing konvensional dalam bentuk tablet degasser berbasis natrium nitrat—natrium fluorida, dengan memvariasikan rasio perbandingan natrium nitrat—natrium fluorida. Variabel rasio yang digunakan adalah 0:0, 3:5, 1:3, 1:1, dan 3:1 untuk natrium nitrat berbanding dengan natrium fluorida. Material yang digunakan adalah aluminium tipe AC4B dengan tambahan scrap. Material tersebut dilebur pada suhu 720°C, kemudian tablet degasser dimasukkan ke dalam dapur peleburan dan ditahan selama 3 menit untuk memastikan seluruh tablet tersebut telah larut. Temperatur tinggi digunakan dalam peleburan material dikarenakan kelarutan gas hydrogen pada aluminium diatas 660°C sangatlah tinggi. Lelehan logam kemudian dituang ke dalam cetakan, denagn temperatur penuangan 690°C. Produk hasil pengecoran kemudian dilakukan pengujian mekanik seperti, pengujian Tarik, pengujian impak, pengujian keras, pengamatan mikrostruktur, dan perhitungan %porositas. Hasil pengujian menyatakan bahwa pada rasio 3:5 (degasser standar), diperoleh nilai porositas yang kecil (0,07%) dengan kekuatan mekanik yang lebih tinggi, yaitu kekuatan tarik 156,58 MPa, kekerasan 97 BHN, dan harga impak 0,20 J/mm2.
Effect of Sodium Nitrate—Sodium Fluoride ratio as degasser in Aluminum AC4B casting product has been investigated. Degassing is one of the methods used in the casting process to remove gases, such as hydrogen gases, in the molten metal. The most commonly used degassing method is by injecting an inert gas such as argon. In this experiment, a conventional degassing method with degasser-based sodium nitrate-sodium fluoride was used with changes in sodium nitrate to sodium fluoride ratio variables are 0:0, 3:5, 1:3, 1:1, and 3:1. The type of material used is AC4B material with additional scrap. The material melted first at 720°C, then the degasser was added into the furnace and held for 3 minutes. The high temperature was used to melt the material due to the solubility of hydrogen gases in liquid metal at above 660°C is high. The molten metal then poured into the mould at approximately 690°C. The casting process results are then prepared for mechanical testing, such as tensile test, impact test, and hardness test, microstructure, and %porosity testing. The results show that at the ratio of 3:5 (standard degasser), the porosity was lower (0,07%) and the mechanical strength was higher, such as tensile strength 156,58 MPa, hardness 97 BHN, and impact value 0,20 J/mm2.
"