Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amreta Nandini
"Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Jakarta menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan sarana rekreasi ikut meningkat. Akibatnya pemukiman dan sarana prasarana baru di luar konsep awal muncul dan menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau sebagai tempat penampungan air tanah. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan beberapa lokasi menjadi rawan banjir. Bencana banjir dapat mengakibatkan berbagai macam pencemaran terhadap lingkungan sekitar termasuk pencemaran udara. Banjir yang masuk ke dalam rumah menyebabkan kondisi menjadi lembab dan memberikan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udara dalam rumah yang terkena banjir berdasarkan konsentrasi bakteri dan jamur, dan untuk mengetahui apakah jenis material bangunan memiliki keterkaitan dengan konsentrasi bakteri dan jamur di dalam rumah serta mengetahui pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur pada udara dalam rumah terhadap kesehatan penghuni rumah. Pengukuran konsentrasi bakteri dan jamur dilakukan pada 3 rumah kayu, 3 rumah beton, dan di halaman masjid yang dijadikan sebagai pembanding. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah EMS (Environmental Microbial Sampler). Hasil pengukuran konsentrasi mikrobiologis (bakteri dan jamur) pada rumah yang sering terkena banjir berkisar antara 141,34-5.671,38 CFU/m3 untuk rumah kayu dan 194,35-3.551,24 CFU/m3 untuk rumah beton. Hasil tersebut secara umum berada di atas standar baku mutu yang tertera pada PERGUB DKI No 52 tahun 2006. Uji statistik dengan t-test menyatakan tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara konsentrasi mikroba dengan jenis material bangunan, namun konsentrasi bakteri dan jamur memiliki kecenderungan lebih tinggi pada material kayu dibandingkan dengan material beton. Uji statistik dengan metode fisher menyatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara konsentrasi bakteri dan jamur dalam rumah dengan kesehatan penghuni rumah.

The increase of population growth in Jakarta led to the need for housing and recreational facilities. As a result, the settlements and the new infrastructure beyond the initial concept emerged and took the Green open area such as the reduction of water deposits in the soil. This condition finally led to several locations to be prone to flooding. Floods can result in various types of pollution to the environment, including air. Floods in houses cause damp condition and provides a good place for bacteria and fungi to grow. The purpose of this study was to determine the indoor air quality affected by floods based on the concentration of bacteria and fungi, and to determine whether the type of building material is related to the concentration of bacteria and fungi at houses and also the influence of bacteria and fungi concentration inside of the houses to the health of residents. The measurement of the concentration of bacteria and fungi takes in three houses of wooden, three houses of reinforce concrete, and in the courtyard of the mosque that used as a comparison. The tools used in the measurement are EMS (Environmental Microbial Sampler). The result of measure ment of bacteria and fungi concentration are 141,34 ?5.671,38 CFU/m3 for wooden house and 194,35 ? 3.551,24 CFU/m3 for reinforce
concrete house. The result shows that the microbe and fungi concentration is above the threshold based on PERGUB DKI No.52/2006. Statistical test, using ttest, indicated that there is no significant relationship between the concentration of microbes with the material of construction, but the concentration of bacteria and fungi have a greater tendency in the wood material compared to concrete. Statistical test using fisher method stated that there is no relationship between the concentration of bacteria and fungi in houses with the health of residents.
"
2011
S109
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusysyarifah Aliyyah
"Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang cukup serius karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Wilayah di DKI Jakarta dengan prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter yaitu Kota Jakarta Pusat sebesar 12,16%. Partikulat meter organik dan komponen partikulat meter dapat memicu proinflammatory effects pada paru-paru karena kemampuannya mengakibatkan stress oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pengaruh pajanan PM2,5 di udara ambien terhadap kejadian hipertensi melalui stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada penduduk dewasa (18-65 tahun) di Kota Jakarta Pusat dengan disain studi hybrid cross sectional ecology. Pengumpulan data secara cluster random sampling dengan analisis data dilakukan melalui pemodelan regresi logistik multilevel dan cox regresi proporsional hazard.
Hasil analisis menunjukkan terdapat asosiasi antara PM2,5 di udara ambien dengan biomarker stress oksidatif (IOR PM2,5: 2,185173-2,185176) dan dengan biomarker sitokin inflamasi (IOR PM2,5: 1,21-1,91). Pemodelan multivariat dengan cox regresi proporsional hazard menunjukkan bahwa variabel umur dan indeks massa tubuh merupakan confounder hubungan antara stress oksidatif dengan hipertensi dan antara sitokin inflamasi dengan hipertensi dengan nilai Rasio Prevalens adjusted (95% CI) masing-masing sebesar 1,19 (0,69-2,03) dan 0,99 (0,58-1,72). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi PM2,5 di udara ambien memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi, stress oksidatif dan sitokin inflamasi pada penduduk di Jakarta Pusat.

Hypertension is a serious medical condition that can increase the risk of heart, brain, kidney and other diseases. The area in DKI Jakarta with the highest prevalence of hypertension based on doctor diagnosis is Central Jakarta city about 12.16%. Organic particulate matters and particulate matter components can trigger proinflammatory efects in the lung due to their ability to cause oxidative stress. This study aims to develop a model of the Influence of PM2,5 Exposure in Ambient Air on Hypertension Occurrence through Oxidative Stress and Inflammatory Cytokines among residents in Central Jakarta. The study was conducted among adult residents (age 18-65 years) in Central Jakarta with hybrid cross sectional study design. Data collected using cluster random sampling with data analysis carried out through multilevel logistic regression modeling and cox proportional hazard regression.
Results show there is an association between PM2.5 in ambient air with oxidative stress biomarkers (IOR PM2.5: 2.185173-2.185176) and with inflammatory cytokine biomarkers (IOR PM2.5: 1.21-1.91). Multivariate modeling with Cox regression proportional hazard shows that age and body mass index are confounders of the relationship between oxidative stress with hypertension and between inflammatory cytokines with hypertension with an adjusted prevalence ratio (95% CI) value of 1.19 (0.69-2.03) and 0.99 (0.58-1.72). It can conclude that concentration of PM2.5 in ambient air has a role on hypertension, oxidative stress and inflammatory cytokine among residents in Central Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library