Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teresia Miranti Kesumastuti
"Konstruksi perempuan yang muncul dalam iklan, layar kaca, film maupun media lain menunjukkan salah satu karakter yang dimiliki oleh perempuan yang ideal adalah paras cantik atau menarik. Hal yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan konstruksi sosial kecantikan perempuan yang bekerja di industri media (di belakang layar), apakah sama? Penelitian ini menggunakan teori Konstruksi Sosial dari Berger dan Luckmann. Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pekerja perempuan khususnya mereka yang bekerja di belakang layar. Hasil penelitian menunjukkan Proses konstruksi sosial pada kecantikan perempuan yang bekerja di insitusi media terjadi melalui momen eksternalisasi, yaitu adanya anggapan bahwa bekerja di institusi media walaupun di belakang layar harus tetap memperhatikan penampilan wajah dan tubuh, lalu ada momen objektivasi yang terbagi dua yaitu karyawan perempuan merasa memang diperlukan untuk tampil menarik kapanpun itu dan sebaliknya merasa apabila tampilan menarik hanya diperlukan jika ada acara besar saja. Terakhir ada momen internalisasi yaitu proses sosialisasi melalui keluarga teman dan lingkunan sekitar yang terjadi pada setiap individu lalu kemudian hadir di momen eksternalisasi kembali.

The construction of women who appear in advertisements, television screens, films and other media shows that one of the characters possessed by the ideal woman is a beautiful or attractive face. The question is, what about the social construction of women's beauty working in the media industry (behind the scenes), is it the same? This study uses Social Construction theory from Berger and Luckmann. In this study the paradigm used is constructivism and using qualitative methods. Data collection was carried out by in-depth interviews with women workers, especially those who worked behind the scenes. The results showed that the social construction process on the beauty of women who work in media institutions occurs through moments of externalization, namely the assumption that working in a media institution even though behind the scenes must still pay attention to the appearance of the face and body, then there is a moment of objectivation divided into two, namely female employees feel it is necessary to look good whenever it is and vice versa feel that if an attractive appearance is only needed if there is a big event. Finally there is the moment of internalization, the process of socialization through family friends and the surrounding environment that occurs in each individual and then present at the moment of externalization again."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosiah Yuniarsih
"Memasuki era informasi, elektronik demokrasi sudah diterapkan di Indonesia antara lain pemasangan peralatan elektronik seperti decision making support sejak Orde Baru di, ruang-ruang sidang MPR/DPR di Senayan, Jakarta Pemanfaatan internet untuk demokrasi mulai diterapkan pada tahun 1997. Media internet untuk demokrasi terus saja berlangsung. Sejalan dengan itu ada dua masalah mendasar yang diangkat menjadi tests ini yaitu, "apakah yang telah terjadi pada berbagai fasititas dan aplikasi e-demokrasi (media e-demokrasi) yang telah pernah dibangun itu?", dan "bagaimana sebenarnya karakteristik media edemokrasi yang pernah dibangun itu?"
Mencari jawaban permasalahan itu landasan teoritik yang digunakan di dalam penelitian ini diwarnai perspektif lomunikasi politik dalam konteks ideologi demokrasi: bahwa keberadaan teknologi yang melahirkan salah satunya adalah media e-demokrasi sesungguhnya bersinggungan secara kompleks dengan aspek teknologi itu sendiri, budaya dan organisasi. Di dalamnya secara detail ia bersinggungan dengan produksi budaya media, fungsi media, tipe media, institusi dan serangkaian teori pendukungnya.
Sedangkan landasan metodologis berupa pengungkapan realitas tentang media e-demokrasi secara deskriptif-kualitatif dengan single case multi level analysis. Ada tiga unit analisa yang dideskripsikan yakni: aplikasi sister komunikasi berbasis internet (situs); aktor (key factors) dan kebijakan (proses). Analisa dilakukan dengan `cross sectional research' yang meneliti kejadian (kasus) ( pada rentang waktu kegiatan Amandemen keempat, yakni mulai akhir tahun 2001 hingga tahun 2003 di legislatif nasional MPR/DPR. berbasiskan maksimalisasi keberadaaan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam yang tidak berstruktur dan juga pengamatan.
Selanjutnya, penelitian ini mengantarkan pada beberapa temuan. Websites bermuatan informatif dan menyediakan fasilitas partisipatif. Website dan mailinglist menjadi media yang bertendensi menyeragamkan kesatuan pandangan terhadap pentingnya proses Amandemen; agar publik yang berpotensi konflik, secara kolektif tidak searah di dalam menerima proses Amandemen, secara fungsional dapat berinteraksi dan berinterelasi yang secara normatif diharapkan mampu membentuk konformitas dan konsensus sehingga semua unsur masyarakat yang menjadi target sasaran mempunyai pan dangan yang relatif searah di dalam menerima Amandemen.
Dibandingkan dengan mailinglist, website tidak seberapa berhasil menjangkau khalayak pada umumnya. Mailinglist relatif berhasil menjadi alat sosialisasi tentang kinerja wakil rakyat dan pecan Amandemen.
Secara keseluruhan website dan mailinglist sebagai media, medianya benar, segmennya benar, konsepnya benar, tetapi pada saat menerjemahkan konsep pengembangan ke dalam strategi dan aplikasi, tidak cukup waktu, otonomi dan sinkronisasi. Digital divide adalah kendala yang dihadapi tatkala media e-demokrasi dibangun dan Amandemen berlangsung, sehingga media edemokrasi berjalan sebatas media untuk melakukan sosialisasi belaka. Di dalam konteks e-demokrasi, pada saat Amandemen berbagai aplikasi internet yang dibangun sebatas berorientasi partisipasi, e-partisipatif bukan sebagai e-voting, pemungutan suara online.
Secara internal, media e-demokrasi berhadapan dengan tiga aspek teknologi yang dikemukakan Pacey; aspek organisasi dan teknik sesungguhnya belum siap mengaplikasikan e-demokrasi, meskipun secara budaya khalayak berpolensi asosiatif terhadap inovasi yang dilakukan. Itu salah satu sebabriya media edemokrasi yang dibangun memang sebaiknya tidak diteruskan.
Namun pada masa akan datang, mengingat perkembangan pengguna internet yang terus meningkat dua kali lipat dalam setiap tahunnya; kemudian, garis kebijakan Pernerintah secara nasional juga memberikan dasar ke arah tumbuh kembangnya realisasi e-demokrasi di tingkat legislatif lokal maupun nasional; penelitian ini merekomendasikan media e-demokrasi patut diteruskan.

During the information age, electronic democracy had been applied in Indonesia, such as electronic equipment of supporting decision making support installed since New Order era at the MPRIDPR meeting rooms of legislative, Senayan Jakarta. At the beginning of 1997, internet had used around the legislatives activities. Up to now internet support the democracy keeps going on, According to that there're two basically thesis questions: what had happened to all the facilities and e-democracy appliances that used to be build ?, and how is that media e-democracies characteristic ?
Answering these theses the theory used in this research mostly political communication politic with democracy ideology context: technology related with e-democracy media truly so close in complexities with the technologies aspect it selves, cultures and organization-. Inside details it's close to media culture production, media function, media type, institution and other supported theories.
Methodology side, it's qualitative-descriptive research covering the realities of democracy media within the single case multi level analysis. There're three descriptive analysis units: communication system (using internet (sites), actors (as key factors) and policies (process). It's cross -sectional analyst's research: researching the cases when Amendment fourth, at the end of 2001-beginning of 2003 within 'national legislative activities. Primary data and secondary data were taken maximize. Primaries data were collected by observing and unstructures interview.
There are some findings in this research: most website were informative, available participative facilities. Websites and mailinglist, media tend into one perspectives uniform about the essential of Amendment process; in order public with potential conflict able to walking hand in hand collectively accepting Amendment process functionally, normatively able to interaction and interrelation building conformities and concencuss within on the one direction to the target segments.
Mailinglist succeed reach the target segmented than websites. Mailinglist succeed relatively to be the socialization tools of people representatives performances and Amendment messages.
Overall website and mailinglist as a media, it's the right media, right in determining the segment, right in conceptual but there's some perfect things when it's translated into development to be applied strategically, unenough aoutonomous time, spaces sincronized. There's also digital divide to face when the media e-democracy was build so the media limited as socialization tools. Mostly the media e-democracy here were e-participated note-voting yet.
In other side, internally, three aspect of technology showed that media democracy applied face unready organization and technically aspects. Though public associated the innovation idea, technically and organizational side were so weak. That's why the media e-democracy were build uncontinously.
But for the future according to the double growth of the Indonesian interne users while nationally Government policies directs the growth of the e-democracy realization local and national pace; this research recommended that e-democracy media should be continuous.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Reza
"Penelitian ini membahas konstruksi sosial penyiaran publik terutama terkait dengan lahirnya UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 yang memuat pasal-pasal penting tentang penyiaran publik sekaligus implementasinya terhadap penyiaran publik dalam masa transisi demokrasi yang diwarnai oleh relasi kekuasaan dan distribusi sumber daya baik ekonomi politik yang tidak seimbang. Mengingat dalam perumusan penyiaran publik dalam pasal-pasal UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 berdasarkan proses-proses konstruksi sosial yang menjadikannya sebagai 'arena' pertarungan dan kepentingan antara struktur dan agency. Karena itu, realitas simbolis penyiaran publik dalam UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 menunjukan upaya mereproduksi legitimasi dan stabilitas rezim authoritarian bureaucratic dengan rezim fundamentalisme pasar untuk melanggengkan kekuasaan politik dan ekonominya melalui institusi penyiaran publik. Walhasil, terdapat makna ganda di mana di satu sisi membuka peluang bagi kehadiran penyiaran publik, namun di sisi lain terdapat kontradiksi konseptual dalam pasal-pasal tersebut yang merupakan faktor penghambat perwujudan penyiaran publik.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Sedangkan pendekatannya adalah pendekatan kualitatif. Untuk pengumpulan data dilakukan melalui document analysis, depth interviewing, dan unstructure observation. Dad data yang diperoleh baik berupa dokumen atau hasil wawancara selanjutnya dianalisis adalah Critical Political Economy yang mencoba membongkar kesadaran palsu (false consciousness) yang ditimbulkan oleh "damaging arrangement? (Littlejohn, 1999) pada dua kondisi khusus. Pertama, kencenderungan peralihan masa transisi demokrasi dari sistem penyiaran dikontrol oleh rezim kekuasaan (seperti era Orde baru) kepada sistem penyiaran yang mengakomodasi penyiaran publik dalam UU Penyiaran sebagai ruang publik yang bebas dan netral untuk memposisikan publik menjadi sender sekaligus receiver berdasarkan keinginan dan kebutuhan publik.
Kedua, terdapatnya kontradiksi internal di dalam struktur masa transisi demokrasi ini yang merasa paling mengetahui dan memahami berbagai kebutuhan dan keinginan publik dalam konsep penyiaran publik, sehingga proses perencanaan, perumusan, dan pengesahan yang tersimbolisasi pada pasai-pasal tentang penyiaran publik dalam UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 hanya dilakukan atau melibatkan sekelompok elit di lingkungan legislatif dan eksekutif dalam struktur politik tersebut yang disebut sebagai kecenderungan Paternalistik. Meskipun memang sudah melalui forum konsultasi publik yang diposisikan sebagai legalitas formal dari proses keterlibatan publik semata.
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa konstruksi sosial yang melibatkan pertarungan kepentingan antara struktur dan agency dalam konteks penyiaran publik dalam masa transisi ini menunjukan sebuah konsep penyiaran publik yang belum ideal. Implikasinya adalah pada tahap implementasi penyiaran publik secara kongkrit mengalami hambatan-hambatan ganda, yaitu di satu sisi konsep penyiaran publik dalam pasal-pasal UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 masih didominasi oleh intervensi negara dan pasar, sedangkan di sisi lain secara ekplisit implementasi pasal-pasal tersebut (sejauh dimungkinkan untuk disepakati konseptualisasinya) juga dihambat dalam Bab XI Ketentuan Peralihan Pasal 60 yang menyebabkan terjadinya intervensi pada lembaga penyiaran publik nasional dalam hal pergantian direksi yang secara nyata oleh Meneg BUMN (Laksamana Sukardi) yang telah melanggar dari UU Penyiaran Nomor 32 tahun 2002. Namun, pelanggaran tersebut dianggap wajar terjadi pada masa penyesuaian.
Situasi sejarah lahimya penyiaran publik terkait dengan apa yang disebut oleh Golding dan Murdock (dalam Barret, 1995) dengan perkembangan kapitalisme dalam sebuah konteks historis yang spesifik. Dalam perkembangan kapitalisme, deregulasi di bidang penyiaran masa transisi demokrasi ini adalah upaya penghapusan terhadap state regulation (regulasi negara seperti yang terjadi pada Orde Baru, di mana negara melakukan kontrol preventif terhadap industri penyiaran), untuk digantikan oleh market regulation (regulasi melalui mekanisme pasar). Industri penyiaran akan sangat rentan dan akan senantiasa mendasarkan diri pada kaidah-kaidah penawaran-perrnintaan pasar, melalui dogma rasionalitas instrumental maksimalisasi produksi-konsumsi, dan logika never-ending circuit of capital accumulation: M-C-M (Money-Commodities-More Money).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Saefudin
"Perbankan syariah di Indonesia merupakan fenomena bisnis baru yang menawarkan jasa dan produk - produk baru. Sebagai bisnis baru dengan produk baru yang belum dikenal luas, bank - bank syariah dihadapkan pada persaingan dengan bank - bank konvensional yang telah terlebih dahulu berada di pasar. Tantangan semakin menguat, ketika awal Januari 2004, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa bahwa bunga bank adalah Riba dan haram hukumnya. Fatwa ini membawa implikasi perlunya bank - bank syariah memberikan layanan pada seluruh umat yang meyakini haramnya bunga bank, yang tersebar bukan hanya di served area (wilayah yang sudah terlayani bank syariah) tetapi juga di un-served area (wilayah yang tersebar di berbagai pelosok tanah air yang belum memiliki jaringan layanan perbankan syariah).
Permasalahannya, bagaimana perbankan syariah menyiasati keterbatasannya dalam memberikan layanan kepada pasar yang tersebar (scattered) pada sewed maupun unserved area dan bagaimana komunikasi pemasaran produk - produk baru yang dilakukan perbankan syariah?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan eksploratif yang bersifat deskriptif analitis, dengan kategori studi kasus single case, multilevel analysis. Kasus yag diteliti dan unit anaiisisnya adalah Kartu Share , yaitu sebuah produk baru hasil inovasi aliansi dari Bank Muamalat Indonesia.
Kajian komunikasi pemasaran terhadap produk baru bank ini, antara lain karena pionir bank syariah nasional yang mulai beroperasi 1 Mei 1992 / 27 Syawal 1412 Hijriyah ini merupakan satu - satunya bank syariah yang survive pada mesa krisis moneter 1997 -- 1998, tanpa program rekapftalisasi dan terus menunjukkan kinerjanya yang positif. Bank ini menetapkan visinya untuk ?Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional.'' Pasar spiritual adalah masyarakat yang meyakini bahwa bunga bank adalah riba dan haram hukumnya. Sedangkan pasar rasional adalah masyarakat atau pasar yang dafam menggunakan bank tanpa mempertimbangkan haram- halalnya bunga bank.
Upaya mewujudkan visi ini dihadapkan pada persaingan dan keterbatasan, antara lain kurangnya jaringan layanan, variasi produk, sumber daya insani dan permodalan. Kesenjangan (gap) ini memotivasi Muamalat untuk melakukan inovasi (innovation) melalui penemuan (invention) yang menghasilkan produk baru (new product), dipadu aliansi (alliance) dalam dua sisi, yaitu: jaringan pembukaan rekening dan penyetoran (depository arrangement) dan layanan pengambilan tunai, transfer, serta kemudahan transaksi lainnya.
Bagi Bank Muamalat, komersialisasi (commercialization) Shar-e menjadi fokus dalam meningkatkan nasabah ritel perorangan (retail customer base), dana pihak ketiga (dana masyarakat), efisiensi biaya dana (cost of fund) dan memberikan beragam tayanan lainnya. Shar-e menjadi flagship product balk pada sisi tangible benefits (indikator keuangan) maupun pada intangible benefits (pengakuan dan sejumlah penghargaan).
Untuk mengetahui proses komersialisasinya sebagai produk baru hasil inovasi (produk inovatif), tesis ini memfokuskan pada bagaimana Komunikasi Pemasaran Terpadu (integrated Marketing Communications) Shar-e sehingga mampu meningkatkan penjualan (sales volume) dan memberi kontribusi pada kinerja bisnis sesuai visi dan misi perseroan.
Dapat dicatat bahwa komunikasi pemasaran Shar-e sebagai produk baru telah dilakukan dengan fokus, terpadu, berlangsung efektif dan berhasil menambah jumlah nasabah secara signifikan. Bauran komunikasi (Communications Mix) yang diramu dalam bauran promosi (Promotional Mix), antara lain perikalan (advertising), publikasi dan kehumasan (publicity and public relations), promosi penjualan (sales promotion), penjualan langsung (direct selling) dan penjualan tatap muka (personal selling). Keberhasilan komunikasi pemasaran ini ditunjang aiiansi yang memungkinkan tersedianya produk ini (availability of product) pada jaringan di served maupun urserved area. Inovasi dalam ?Modes of Entry" ini mendapat sejumlah penghargaan, antara lain pengakuan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Menteri Negara Riset dan Teknologi bekerjasama dengan majalah SWA dan MARS Consulting, dan menempatlan Shar-e sebagai the Most Innovative Product.
Dapat disimpulkan bahwa apabila produk baru hasil inovasi didukung komunikasi pemasaran terarah, fokus dan terpadu, akan memiliki tingkat keberhasilan komersial yang meningkatkan kinerja bisnis, reputasi produk maupun reputasi korporasi. Namun demikian, dalam kasus produk baru ini masih perlu dilakukan peningkatan komunikasi pemasaran terpadu, termasuk perlunya riset khusus tentang brand, diferensiasi keunggulan dan positioningnya di benak masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Damastuti
"Industri kosmetik di Indonesia memiliki prospek bisnis yang cukup potensial. Namun semakin banyaknya produsen kosmetik dewasa ini dan gencarnya produk kosmetik asing, persaingannya menjadi semakin kompetitif. Di tengah banjir produk ini, agar publik tetap memiliki awareness terhadap sebuah produk, produsen harus berkomunikasi. Salah satu caranya adalah melalui komunikasi above the line atau media iklan. Dalam iklan diketahui, endorser sebagai elemen source dalam proses komunikasi memiliki peranan yang penting. Fungsi seorang endorser sangat erat kaitannya dengan konsep kredibilitas, di mana endorser dapat menjadi sumber yang relevan dengan tema komunikasi terkait serta dapat dipercaya untuk memberikan pernyataan obyektif.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka thesis ini akan meneliti iebih jauh apa yang menjadi preferensi produsen kosmetik Indonesia dalam memilih endorser. Dan mengapa pula endorser tertentu dipilih untuk meng-endorser produk tertentu.
Pada bab selanjutnya penulis menggunakan beberapa teori, yaitu: Konsep Komunikasi Pemasaran, Konsep Merek (Brand), Teori Periklanan, Teori Endorser dan Konsep Persepsi. Teori-teori ini selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis secara mendalam dan tajam hasil dan data penelitian. Pada penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis metode penelitian, yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitian eksploratif. Sebagai unit penelitian, penulis melakukan studi kasus di PT. Mustika Ratu dan PT. Vitapharm (Viva Cosmetics).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa preferensi produsen kosmetik dalam memilih endorser didasarkan pada beberapa elemen, yakni:
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
2. Kredibilitas (Credibility)
3. Kesesuaian Merek dan Kesesuaian Khalayak (Brand Matchup & Audience Matchup)
Sebagai rekomendasi akademis, berkaitan dengan pemilihan endorser, persuasi dan stimulus harus dilakukan terhadap target market sebagai calon konsumen, sehingga konsumen memiliki awareness yang tinggi terhadap merek yang pada akhirnya akan mencapai tahap keputusan pembelian. Dalam hal ini perlu diperhatikan segmentasi demografis dan psikografis yang berpengaruh pada proses pengolahan informasi, sehingga selanjutnya dapat ditentukan cara komunikasi seperti apa yang paling tepat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami
"Pada saat perusahaan menghadapi dengan sebuah krisis, yang terbaik dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan manajemen krisis agar krisis dapat tertangani dengan baik, cepat dan tepat. Pelaksanaan manajemen krisis ini dilakukan agar situasi krisis tidak mengarah kepada situasi yang memburuk dan berakibat fatal pada citra perusahaan di masyarakat.
Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melakukan manajemen krisis dengan baik dan efektif, salah satunya dapat dilihat dari persepsi khalayak terhadap perusahaan pasca penanganan krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis berita-berita pembentuk opini khalayak yang berhubungan dengan krisis tersebut dan dimuat dalam media cetak surat kabar apakah sudah sesuai dengan pedoman penanganan krisis manajemen.
Sehingga rumusan permasalahan yang ada menjadi, isu-isu apa saja yang ada di surat kabar sehubungan dengan kecelakaan pesawat komersial Lion Air? Dan bagaimana persepsi khalayak terhadap isu-isu yang tampil di media dan dampaknya pada citra?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan isu-isu yang ada di surat kabar sehubungan dengan kecelakaan pesawat komersial Lion Air. Mengetahui dan menganalisis persepsi khalayak terhadap isu-isu yang tampil di media serta dampaknya pada citra perusahaan.
Konsep kerangka pemikiran di sini berpusat pada public relations dan crisis management beserta turunannya, selain itu terdapat pula teori komunikasi beserta prilaku konsumen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis pemberitaan surat kabar serta melakukan diskusi kelompok terarah dengan pemilihan peserta berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Temuan yang menarik dari penelitian ini adalah isu manajemen yang menjadi perhatian besar peserta diskusi selain daripada isu alam dan isu teknis. Isu manajemen ini pada dasamya dapat di hindari, yaitu dengan melakukan beberapa langkah pada manajemen isu yang merupakan bagian dari manajemen krisis.
Rekomendasi praktis dari penelitian ini adalah perusahaan sebaiknya mempersiapkan sebuah manual untuk menangani krisis jauh had sebelumnya. Agar pada saat krisis terjadi, perusahaan lebih terkoordinasi dan sistematis dalam mengatasinya, sehingga krisis tidak berkelanjutan dan teratasi dalam waktu singkat.
Pada saat krisis terjadi, perusahaan lebih terkoordinasi dan sistematis dalam mengatasinya, sehingga krisis tidak berkelanjutan dan teratasi dalam waktu singkat. Sedangkan rekomendasi akademis untuk penelitian selanjutnya agar melakukan pendekatan kepada perusahaan sehingga dapat mengetahui dengan pasti strategi apa saja yang dilakukan perusahaan Lion Air pada saat penanganan krisis. Sehingga dapat dilakukan referensi silang untuk mengetahui apakah seluruh strategi yang telah dilakukan perusahaan berhasil atau tidak. Rekomendasi akademis lainnya adalah dengan menggunakan metode yang berbeda dengan metode diskusi kelompok terarah. Metode yang dapat digunakan adalah dengan melalui metode survey lewat pendekatan kuantitatif atau dengan menggunakan kombinasi metode lainnya. Sehingga hasil yang telah dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi Iebih sempurna."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dega Tri Ananthadevi
"Kampanye sebagai alat komunikasi sebuah organisasi atau institusi berperan penting dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Seringkali tercapainya tujuan organisasi ditentukan oleh kampanye yang dilakukan kepada populasi sasarannya. KEHATI sebagai sebuah organisasi pengumpul dana untuk pelestarian lingkungan melakukan kampanye pelestarian keanekaragaman hayati dengan populasi sasaran anak-anak usia 10-12 tahun (kelas 4-6 SD). Medium yang digunakan adalah Buku Seri Keanekaragaman Hayati.
Terkait dengan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati tersebut peneliti rnemandang penting untuk melakukan evaluasi pada tahap formatif, proses maupun tahap sumatif. Dari evaluasi yang bersifat menyeluruh tersebut, dapat diperkirakan efek kampanye berupa pelestarian keanekaragaman hayati oleh populasi sasaran anak-anak.
Dan hasil evaluasi diperoleh gambaran bahwa kampanye yang dilakukan oleh KEHATI berpeluang untuk berhasil. Hal ini disebabkan kredibilitas tinggi yang dimiliki KEHATI sebagai organisasi yang bergerak di bidang pelestarian keanekaragaman hayati. Hal lain yang turut mempengaruhi peluang keberhasilan kampanye adalah perencanaan / pemilihan obyek komunikasi, populasi sasaran, pesaing komunikasi, pemanfaatan aspek pendukung komunikasi yang konsisten dengan pelaksanaan kampanye. Hasil yang tercatat peneliti adalah populasi sasaran kampanye mengalami perubahan pemahaman, munculnya sikap mendukung dan kecenderungan periiaku yang sesuai dengan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati.
Namun demikian masih terdapat beberapa kelemahan dalam kampanye ini, berupa kurang fokusnya perumusan tujuan maupun distribusi penyebaran materi kampanye berupa Buku Seri Keanekaragaman Hayati, yang jika tidak memperoleh perhatian dapat mengganggu proses kampanye berikutnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika kampanye selanjutnya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas, maka potensi keberhasilannya akan semakin besar. Namun jika kampanye selanjutnya dilakukan dengan tidak memperhatikan hal-hal tersebut, maka potensi keberhasilannya akan berkurang.
Secara akademis, hash evaluasi pada penelitian ini hanya bersifat menggambarkan potensi keberhasilan kampanye pelestarian keanekaragarnan hayati yang dilakukan oleh KEHATI, tanpa berupaya mengukur keberhasilan berupa terpeliharanya keanekaragaman hayati yang menjadi tujuan utama kampanye. Sehingga disarankan, perlu ada penelitian berikutnya yang berupaya mengukur korelasi antara pelaksanaan kampanye dengan keadaan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Secara praktis, direkomendasikan agar pada pelaksanaan kampanye - khususnya yang memiliki kesamaan karakteristik dengan kampanye KEHATI - agar menetapkan tujuan yang terfokus. Penetapan tujuan yang terfokus harus benar-benar diperhatikan sebab hasil kampanye sangat dipengaruhi oleh tujuan awal yang ditetapkan. Disamping perumusan tujuan yang terfokus, distribusi pesan kampanye pun harus diperhatikan, sehingga pesan memiliki potensi yang besar untuk dapat mencapai seluruh populasi sasaran - dengan kesempatan yang sama, dan dengan demikian dapat memperbesar peluang tercapainya keberhasilan tujuan kampanye."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Prima Wibisono
"Masyarakat miskin, bagaimanapun keadaannya merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Keberadaan mereka seharusnya bukanlah menjadi beban bagi Negara namun sebaliknya harus menjadi pendorong bagi seluruh komponen masyarakat untuk bekerja lebih keras lagi sehingga kesejahteraan bangsa bisa tercapai. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang masih lekat dengan Indonesia. Dan kemiskinan menyebabkan hampir sebagian besar rakyat Indonesia rentan terhadap penyakit. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi setiap hari, pengetahuan yang sangat minim tentang sanitasi lingkungan, kurang perilaku hidup sehat, membuat masyarakat miskin menjadi objek dari penyakit.
Tahun 2005, sebagai lanjutan program tahun-tahun sebelumnya, pemerintah mengadakan program alokasi dana subsidi BBM dan menunjuk PT. Askes untuk menjadi perusahaan yang menanggung semua klaim kesehatan dari masyarakat. Dana yang dikucurkan sangat besar dan mencakup seluruh masyarakat miskin Indonesia. Dana tersebut juga digunakan untuk mempromosikan semua program-program kesehatan kepada masyarakat miskin. Artinya tidak hanya untuk tindakan kuratif namun juga preventif-promotif sehingga pada awalnya diharapkan masyarakat tidak hanya tahu bahwa pemerintah menanggung biaya kesehatan mereka namun juga pemerintah mengharapkan adanya perubahan perilaku kesehatan terhadap mereka.
Dan penelitian ini ingin melihat bagaimana usaha-usaha promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat miskin khususnya di desa Karang Asem Barat, Kecamatan Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Apakah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pusat, dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, sampai kepada masyarakat miskin. Bagaimana alumya sehingga diketahui apa yang menjadi permasalahan sehingga di desa Karang Asem Barat ini masih terdapat penderita polio dan gizi buruk. Kendala-kendalan apa saja yang ditemui di lapangan sehingga masih banyak terdapat kekurangan di banyak hal.
Dalam penelitian ini juga dipaparkan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan melihat secara langsung penerapan promosi kesehatan kepada masyarakat miskin dimana masih banyak hal yang belum maksimal sehingga secara menyeluruh banyak masyarakat yang bukan hanya masih hidup di bawah garis kemiskinan namun juga masih hidup dalam pola hidup yang tidak sehat sehingga masih rentan terhadap penyakit.
Penulis berharap bahwa penelitian ini bisa memberikan gambaran bagaimana usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan kesehatan masyarakat miskin. Dimulai dari kebijakan-kebijakan pusat sampai daerah. Bagaimana jalur komunikasi yang terjadi serta usaha promosi kesehatan yang dilakukan. Dan tentunya penelitian ini bisa memberikan sedikit ajakan bagi pihak-pihak yang peduli akan peningkatan kesehatan masyarakat miskin untuk berupaya lebih maksimal lagi. Tidak hanya menggantungkan semuanya kepada pemerintah meskipun pemerintah bertanggung jawab dalam memelihara kehidupan mereka dan membatu pemerintah untuk menanggulangi permasalah kesehatan di masyarakat miskin terutama untuk mempromosikan kesehatan kepada mereka. Sehingga mereka juga tidak hanya dibuai dengan jaminan kesehetan namun juga berkeinginan untuk mengubah pola hidup mereka kepada pola hidup yang sehat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Pribadini
"Teknologi memang suatu studi yang akan selalu meluncurkan inovasiinovasi yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya. Peneliti tertarik membahas strategi komunikasi pemasaran di bidang telekomunikasi karena studi komunikasi dan telekomunikasi adalah bidang-bidang yang senantiasa berkembang mengikuti tren dan gaya hidup. Kecenderungan gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar, yang terkadang memaksakan diri untuk tampil gaya dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Telekomunikasi kini sedang booming dengan teknologi CDMA, di mana masyarakat lebih mengenal brand TelkomFlexi, Fren, StarOne, dan Esia. Operator-operator ini muncul di tanah air dengan jarak yang saling berdekatan. Pantaslah jika ada yang memegang peranan sebagai market leader dan newcomer, dimana newcomer ini berada di pasar challenger, follower, ataupun niche. Peneliti tertarik menganalisa strategi komunikasi pemasaran newcomer dalam menghadapi market leader. Dan dalam hal ini newcomer berada dalam challenger market.
Penelitian ini dilakukan dengan analisa kualitatif, dengan metode penelitian menggunakan method of agreement dan method of difference, dimana peneliti akan menganalisa strategi apa yang sama dan berbeda dari 9 poin yang diperbandingkan. Sembilan poin tersebut adalah market segment, positioning, produk, tarif, program promosi, fasilitas layanan pelanggan, program jangka panjang, and barrier to entry, dan marketing PR-nya.
Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara baik melalui email maupun tatap muka dengan narasumber yang kompeten dan latar belakang yang sesuai dengan penelitian ini.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi newcomer lebih menekankan pada sector harga (price), yaitu dengan mematok tarif termurah di antara operator telepon yang lain. Selain itu, dengan latar belakang perusahaan yang cukup besar dan sudah malang melintang di dunia telekomunikasi cukup lama newcomer ini berani head-to-head dengan market leader. Serangan yang dilakukan cukup frontal dan flanking. Sehingga market leader-pun merasa bahwa newcomer ini sangat potensial merebut market share-nya.
Namun karena umurnya yang masih sangat muda, peneliti juga menemukan banyak kekurangan. Diantaranya kurangnya informasi yang ada di situsnya sendiri dan kurang unik dan kreatif dalam promosi penjualannya. Konsumen tentu akan lebih cepat ingat dengan hal-hal yang unik sehingga brand awareness dalam benak konsumen pun akan cepat tercapai. Melihat program jangka panjang yang lebih fokus pada akses data, seharusnya newcomer memperhitungkan dengan benar tentang hal ini.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Syahwati
"Pertumbuhan industri pameran semakin meningkat sehingga persaingan pada industri ini semakin ketat. Kondisi ini mengharuskan penyelenggara event pameran merancang strategi komunikasi pemasaran yang tepat untuk memenangkan persaingan. PT Wahyu Promo Citra selaku penyelenggara pameran Agro & Food Expo dapat mempertahankan pamerannya selama sepuluh tahun. Fenomena ini mendorong dilakukannya penelitian dengan topik Analisis Hubungan Fungsi-Fungsi Komunikasi Pemasaran Terhadap Loyalitas Peserta Pada Event Pameran (Studi Kasus Pameran Agro & Food Expo). Berdasarkan hasil penelitian temyata kedua variabel tersebut tidak saling mempengaruhi secara signifikan. Namun perusahaan perlu mengkaji kembali fungsi-fungsi pemasaran yang telah diterapkan demi tercapainya tujuan pemasaran yang efektif dan efisien.

The development of exhibition industry has grown rapidly so that the competition is getting tighter. This condition has urged the event organizer to create a better marketing communication strategy to win the competition. PT Wahyu Promo Citra as the organizer of Agro & Food Expo which already held the show for 10 consecutive times in 10 years. This phenomenon has urges the writer to do a research with topic” analysis of the functions of marketing communication relations toward the exhibitors loyalty on exhibition (study case is Agro & Food Expo exhibition)”. The research is indicating that correlation between independent and dependent variable has not significant. However a company should reconsider the application of marketing functions to reach out marketing objective effectively and efficiently."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25744
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>