Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Garry Anthony
"Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan otoritas penerbangan Indonesia,pilot DM yang mendapat terapi insulin dianggap tidak layak terbang karena risiko hipoglikemia. Beberapa negara seperti Kanada, Inggris, Irlandia, Austria, dan Amerika Serikat memberikan sertifikasi aeromedis pilot tersebut. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah meninjau risiko hipoglikemiapada pilot DM yang diterapi insulin.Pencarian literatur dilakukan melalui Cochrane, PubMed, Scopus dan Ingentaconnect. Kriteria inklusi adalah studi pada pilot sipil dengan DM yang diterapi insulin dalam bentuk studi case report studies, case series, systematic reviews, case controls, cohorts, and randomized control trials. Literatur dinilai secara kritis menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.Terdapat 2 literatur sesuai kriteria inklusi.Studi kohort oleh Mitchell, dkk (2017) menunjukkan tidakada perubahan signifikan kadarglukosa darah pada pilot DM dengan insulin sebelum dan sesudah mendapat sertifikasi aeromedis,studi kasus-kontrol oleh Mills, dkk (2017) menyatakan pilot DM dengan insulin yang diberikan sertifikasi aeromedis tidak signifikan menjadi penyebab kecelakaanpesawat.Hasil studi terdapat risiko inkapasitasi pada pilot DM yang diterapiinsulin karena efek samping hipoglikemianamun risiko dapat dihindari dengan menerapkan protokol khusus seperti pemeriksaan kesehatan berkala oleh dokter spesialis penyakit dalam dan pemeriksaan glukosa darah sebelum dan selama menerbangkan pesawat.

According to International Civil Aviation Organization and Indonetian national aviation authorities, diabeticpilots withinsulin are considered unfit due to risk of hypoglycemia. Several countries such as Canada, UK, Ireland, Austria, and the US provide aeromedical certification to these pilots. The purpose of this evidence-based case report is to review the risk of hypoglycemia in insulin-treated DM pilots.Literature search was conducted through Cochrane, PubMed, Scopus and Ingentaconnect. Inclusion criteria were studies of insulin treated diabetic civilian pilots in the form of case report, case series, systematic reviews, case controls, cohorts, and randomized control trials. Literature is critically appraised using Oxford Center for Evidence-based Medicine criteria.Twoliterature selected according to the inclusion criteria. Cohort study by Mitchell, et al (2017) showed no significant changes inblood glucose levels before and after receiving aeromedical certification, case-control study by Mills, et al (2017) stated that diabetic pilots with insulin who were given aeromedical certification were not the cause of aircraft accidents.Study results show there arisk of incapacitation in insulin-treated DM pilots because of hypoglycemia, risk can be avoided by implementing special protocols such as periodic medical examinations by internal medicine specialists and blood glucose checks before and during flight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adre Dwi Wiratama
"Keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama dalam operasional penerbangan di seluruh dunia. Namun, kecelakaan fatal penerbangan sipil masih sering terjadi di Indonesia. Kecelakaan fatal pada penerbangan umumnya tidak hanya melibatkan satu faktor, tapi terjadi melalui berbagai faktor yang terakumulasi dan saling berinteraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kecelakaan fatal pada penerbangan sipil di Indonesia. Penelitian menggunakan desain potong lintang yang dilakukan pada bulan Juli 2023 dengan mengambil seluruh data dalam bentuk final report kecelakaan pesawat sayap tetap yang dipublikasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia dari tahun 2007-2019. Didapatkan total 36 insidensi kecelakaan fatal penerbangan sipil di Indonesia selama periode tersebut. Didapatkan total 36 insidensi kecelakaan fatal penerbangan sipil di Indonesia selama periode tersebut. Setelah eksklusi dan analisis bivariat dengan metode uji chi-square dan Fisher’s exact, faktor-faktor yang ditemukan berhubungan dengan kecelakaan fatal penerbangan komersial adalah jenis lisensi pilot, tipe kabin pesawat, jumlah engine pesawat, maximum takeoff weight (MTOW) pesawat, hari kecelakaan, lokasi kecelakaan terhadap bandara, keterlibatan api, kategori kecelakaan dan fase penerbangan. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada seluruh faktor yang diabalisis terhadap kecelakaan fatal penerbangan umum.

Aviation safety is a priority in aviation operations throughout the world. However, fatal civil aviation accidents still occur frequently in Indonesia. Fatal aviation accidents generally do not only involve one factor but occur through various factors that accumulate and interact with each other. This research aims to identify factors that are related to fatal accidents of civil aviation in Indonesia. The research used a cross-sectional design which was carried out in July 2023 by including all final reports on fixed-wing aircraft accidents published by the Indonesian National Transportation Safety Committee (KNKT) from 2007-2019. There were a total of 36 fatal civil aviation accidents in Indonesia during the period. After exclusion and bivariate analysis using the chi-square and Fisher's exact test methods, the factors found to be associated with fatal commercial aviation accidents were type of pilot license, aircraft cabin type, number of aircraft engines, maximum takeoff weight (MTOW) of the aircraft, day of the accident, accident location relative to airport, fire involvement, accident category and flight phase. There was no significant association found between all factors that responded to fatal general aviation accidents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Januar Widjaja
"Awak pesawat memiliki lingkungan kerja yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah (NPB). Tujuan dari studi ini adalah untuk mencari tahu apakah lama bekerja seorang awak pesawat komersial berpengaruh terhadap NPB. Studi ini adalah sebuah laporan kasus berbasis bukti, dengan pencarian literatur yang dilakukan pada database PubMed, Cochrane, dan Ingenta. Kriteria inklusi dalam pencarian ini adalah literatur dengan subyek penelitian awak pesawat dan adanya kejadian NPB. Penilaian kritis dilakukan sesuai dengan metode pada literatur yang diperoleh. Seleksi literatur mendapatkan tiga literatur. Ketiganya adalah studi prevalensi dengan metode potong lintang. Berdasarkan penilaian kritis, hanya ada satu studi yang memiliki kualitas yang paling baik, dimana hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah penderita NPB pada periode lama bekerja 10-24 tahun (Rasio Odds: 0,93 dan Interval Kepercayaan 95%: 0,78-1,03). Bukti-bukti yang kami dapatkan masih belum cukup untuk membuktikan bahwa semakin tinggi lama bekerja seorang awak pesawat berpengaruh terhadap kejadian NPB, karena level of evidence dari semua studi yang kami dapatkan adalah rendah.

Flight crew has a work environment that can increase the risk of low back pain (LBP). The aim of this study is to find out whether the length of work resulted in commercial flight crews suffering from LBP. This study is an evidence-based case report, with literature searches conducted in the PubMed, Cochrane, and Ingenta databases. The inclusion criteria in this search were literature with research subjects as crew members and the presence of LBP. Critical appraisal was carried out in accordance with the methods in the articles. We found three literatures after selecting literatures based on inclusion and exclusion criteria. The selected articles applied cross-sectional method. Only one study has the best quality, where the results of the study showed that there was no increase in the number of LBP sufferers within the 10-24 years working period (Odds Ratio: 0.93 and 95% Confidence Interval: 0.78-1.03). These evidences are still insufficient to prove that the longer length of work increases the risk of LBP in commercial flight crews, because the articles were low level of evidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Wardhana
"Umrah dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa tahapan ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram. Berbeda dengan ibadah haji, ibadah umrah dapat dilakukan kapan saja dan tanpa dibatasi batasan umur. Umroh dan haji sebagai salah satu bentuk mass gathering yang rutin dan berulang dengan konsekuensi potensi masalah kesehatan antara lain penularan penyakit infeksi. Saat ini alat transportasi pilihan utama yang digunakan oleh jamaah umrah adalah menggunakan pesawat terbang. Lingkungan pesawat yang unik merupakan salah satu sarana penyebaran penyakit antar penumpang. Mobilitas yang tinggi dari perjalanan pesawat terbang akan menimbulkan penyebaran penyakit antar negara dan berpotensi menyebabkan pandemi. Disiplin Kedokteran Penerbangan berperan penting dalam mencegah terjadinya penularan penyakit pada jamaah umrah yaitu dengan cara memastikan seluruh Jemaah telah mendapatkan vaksinasi. Salah satu penyakit yang penularannya dapat terjadi di pesawat dan dapat dicegah dengan menggunakan vaksinasi adalah meningitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan jamaah umrah melaksanakan vaksinasi meningitis. Penelitian menggunakan potong lintang. Seratus jamaah umrah yang tiba di Bandara Soekarno Hatta diambil datanya menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan faktor faktor yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan, lokasi penyuntikan, dan asas manfaat. Jamaah umrah dengan tingkat pendidikan tinggi lebih patuh 3,56 kali daripada jamaah umrah yang berpendidikan rendah. Jamaah umrah yang melakukan vaksinasi di KKP lebih patuh 4,3 kali daripada jamaah umrah yang melakukan vaksinasi di klinik/rumah sakit. Sedangkan jamaah umrah dengan persepsi manfaat yang tinggi lebih patuh 4,82 kali daripada jamaah umrah dengan persepsi manfaat yang rendah

Umrah is carried out by performing several stages of worship in the holy city of Mecca, especially at the Grand Mosque. Unlike the pilgrimage, Umrah can be done at any time and without age restrictions. Umrah and hajj are a form of routine and recurring mass gathering with potential consequences for health problems, including the transmission of infectious diseases. Currently, the main mode of transportation used by Umrah pilgrims is by airplane. The unique aircraft environment is one means of spreading disease between passengers. The high mobility of airplane travel will cause the spread of disease between countries and the potential to cause a pandemic. The Discipline of Aviation Medicine plays an important role in preventing the spread of disease in Umrah pilgrims, namely by ensuring that all Congregations have been vaccinated. One of the diseases that can be transmitted on board and can be prevented by using vaccination is meningitis. This study aims to determine the factors that influence the obedience of Umrah pilgrims in implementing meningitis vaccination. Research using cross sectional. One hundred Umrah pilgrims who arrived at Soekarno Hatta Airport were collected using a questionnaire. The results showed that the influencing factors were the level of education, the location of injection, and the principle of benefit. Umrah pilgrims with a higher level of education are 3.56 times more obedient than those with low education. Umrah pilgrims who vaccinate at the KKP are 4.3 times more obedient than Umrah pilgrims who vaccinate in clinics / hospitals. Meanwhile, those with a high perceived benefit were 4.82 times more obedient than those with a low perceived benefit."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simplisius Cornelis Tisera
"Latar Belakang : Dalam dunia penerbangan, selain memberikan dampak negatif pada kesehatan pilot, hiperurisemia juga dapat membahayakan keselamatan penerbangan melalui risiko inkapasitasi baik dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular maupun dikaitkan dengan penyakit gout. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia dan identifikasi faktor-faktor risiko hiperurisemia terhadap pilot sipil di Indonesia. Metode : Penelitian menggunakan metode potong lintang dari rekam medis pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta yang melakukan pemeriksaan 1 November 2019–30 April 2020. Data yang dikumpulkan dari rekam medis meliputi: data laboratorium asam urat dan kreatinin, usia, jam terbang total, IMT, konsumsi alkohol, dan riwayat penggunaan obat-obatan. Hiperurisemia adalah konsentrasi urat plasma lebih dari 7.0 mg/dl. Pengolahan data menggunakan aplikasi IBM® SPSS® Statistics Version 20. Hasil : Di antara 5399 pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan, sebanyak 194 merupakan kriteria eksklusi, sehingga jumlah sampel penelitian menjadi 5202 pilot; 18,4% memiliki kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) dan 81,6% memiliki kadar asam urat normal. Pilot yang memiliki jam terbang total ≥ 5000 menurunkan risiko terjadinya hiperurisemia sebesar 24% dibandingkan pilot dengan total jam terbang < 5000 (OR 0,76 (95% IK 0,62-0,93); p=0,007). Pilot yang usianya ≥ 30 tahun menurunkan risiko hiperurisemia sebanyak 25% dibandingkan dengan pilot berusia < 30 tahun (OR 0,75 (95% IK 0,62-0,91); p=0,004). Pilot yang obesitas dan overweight memiliki risiko masing-masing 2,98 kali (OR 2,98 (95% IK 2,33-3,83); p<0,001) dan 1,36 kali (OR 1,36 (95% IK 1,01-1,83); p=0,042) lebih besar mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan pilot yang memiliki IMT normal. Selanjutnya jika dibandingkan pilot yang tidak mengkonsumsi alkohol, pilot yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 14,68 kali lebih besar mengalami hiperurisemia (OR 14,68 (95% IK 9,35-23,06); p<0,001). Kesimpulan : Prevalensi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia sebesar 18,4%. IMT obesitas dan overweight serta konsumsi alkohol meningkatkan risiko terjadinya kondisi hiperurisemia pada pilot sipil di Indonesia.

Background : In the aviation world, in addition to having a negative impact on pilot health, hyperuricemia can also endanger flight safety through the risk of incapacitation either associated with an increased risk of cardiovascular disease or associated with gout. The purpose of this study is to determine the prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia and identification of risk factors for hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. Methods : The study used a cross-sectional method from the medical records of civil pilots at Aviation Medical Center, Jakarta which conducted an examination on 1 November 2019 – 30 April 2020. Data collected from medical records included: laboratory data of uric acid and creatinine, age, total flight hours, BMI, alcohol consumption, and history of drug use. Hyperuricemia is a plasma urate concentration of more than 7.0 mg/dl. Data processing using the IBM® SPSS® Statistics Version 20 application. Results : Of the 5399 pilots conducting medical examination, 194 were exclusion criteria, bringing the total sample of the study to 5202 pilots; 18.4% had high uric acid levels (hyperuricemia) and 81.6% had normal uric acid levels. Pilots who have total flight hours ≥ 5000 reduce the risk of hyperuricemia by 24% compared to pilots with total flight hours < 5000 (OR 0.76 (95% CI 0.62-0.93); p=0.007). Pilots aged ≥ 30 years reduced the risk of hyperuricemia by 25% compared with pilots aged <30 years (OR 0.75 (95% CI 0.62-0.91); p =0.004). Obese and overweight pilots had a risk of 2,98 times (OR 2.98 (95% CI 2.33-3.83); p <0.001) and 1.36 times (OR 1.36 (95% IK 1.01-1.83); p=0,042) greater experience hyperuricemia compared with pilots who have a normal BMI. Furthermore, compared to pilots who did not consume alcohol, pilots who consumed alcohol had a 14.68 times greater risk of developing hyperuricemia (OR 14.68 (95% CI 9.35-23.06); p <0.001). Conclusion : The prevalence of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia is 18.4%. BMI obesity and overweight and alcohol consumption increase the risk of hyperuricemia in civil pilots in Indonesia. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resna Nurhantika Sary
"Latar belakang: Pramugari harus memiliki kesehatan yang prima karena memiliki tugas utama menjaga keselamatan penumpang selama penerbangan. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali mengenai wanita usia produktif dan dapat mengganggu kesehatan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia.
Metode: Metode yang digunakan adalah potong lintang dan pengambilan sampel dengan metode sampling purposif dan analisa dengan regresi cox. Kriteria anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl.
Hasil: Subjek terdiri dari 185 pramugari penerbangan sipil berusia 18 ? 46 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan. Persentase anemia pada penelitian ini sebesar 28,1%. Faktor risiko dominan terhadap anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia adalah masa kerja > 4 tahun ? 16 tahun (RRa1,51 ;95% CI 0,96 ? 2,37; p 0,073), frekuensi makan daging lebih dari 2 kali seminggu (RR 0,57; 95% CI 0,32 ? 1,03; p 0,064), menstruasi heavyflow (RR 3,45; 95% CI 1,05 ? 3,4; p 0,000) dan jenis penerbangan panjang (RR 1,91; 95% CI 2,36 ? 5,02;p 0,034).
Kesimpulan: Pramugari dengan menstruasi heavyflow dan jenis penerbangan panjang mempunyai risiko lebih besar mengalami anemia.Oleh karena itu perlu penanganan anemia lebih komprehensif pada pramugari yang melibatkan pihak regulator dan operator di Indonesia.

Background: Flight attendants must have good health because their main task is maintaining safety of passengers during the flight. Anemia is one of the health problems that often affects reproductive women and can interfere health. This study was conducted to determine the factors associated with anemia in civilian female flight attendant in Indonesia.
Methode: The method used was cross-sectional with purposive sampling and analysis with cox regresion. Anemia criteria if hemoglobin level less than 12 g/dl.
Result: Subjects consisted of 185 civilian female flight attendants aged 18-46 years who conduct regular health checks at Balai Kesehatan Penerbangan. The percentage of anemia in this study was 28.1%. Dominant risk factor for anemia in civil female flight attendants in Indonesia are working period >4 - 16 years (RR 1.51; 95% CI 0.96- 2.37; p 0.073), frequency of eating red meat more than 2 times a week (RR 0.57; 95% CI 0.32 - 1.03; p 0.064), heavyflow menstruation (RR 3.45; 95% CI 1.05 - 3.4; p 0.000) and long haul flight (RR 1, 91; 95% CI 2.36 - 5.02; p 0.034).
Conclusion: Female flight attendant with heavyflow menstruation and long haul flight have higher risk to anemia. Need more comprehensive treatment of anemia in female flight attendant involving regulators and operators in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ayu Puspitasari
"Latar belakang: Jam terbang total dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular antara lain terhadap tekanan darah diastolik (TDD) pada pilot. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi pengaruh jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko TDD tinggi pada pilot sipil pesawat sayap tetap di Indonesia.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan tanggal 1-13 Mei 2013. Karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan dan fisik, diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner untuk penelitian ini serta pemeriksaan fisik oleh peneliti. Data laboratorium diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium. Spigmomanometer digunakan untuk mengukur TDD. Kategori TDD dibagi dua yaitu tinggi (≥80 mmHg) dan normal (<80 mmHg). Analisis menggunakan risiko relatif yaitu regresi Cox dengan waktu konstan.
Hasil: Di antara 512 pilot yang melakukan pemeriksaan medik, 236 subjek bersedia mengikuti penelitian. Subjek yang diikutsertakan dalam analisis sebanyak 225 orang, 61,4% memiliki TDD tinggi dan 38,6% memiliki TDD normal. Subjek dengan jam terbang total 4000-29831 dibandingkan dengan 4-3999 jam berisiko 34% lebih besar TDD tinggi [rasio relatif suaian (RRa) = 1,34; 95% interval kepercayaan (CI) = 1,03-1,73]. Subjek dengan denyut nadi istirahat 80-98 kali/menit dibandingkan dengan 60-79 kali/menit berisiko 29% lebih besar TDD tinggi (RRa = 1,29; 95% CI = 1,02-1,63). Selain itu subjek berusia 50-61 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun berisiko 26% lebih besar TDD tinggi (RRa = 1,26; 95% CI = 1,00-1,59; P = 0,048).
Kesimpulan: Jam terbang total dan denyut nadi istirahat yang tinggi serta usia yang lebih tua meningkatkan risiko tekanan darah diastolik.

Background: Total flight hour may affect the cardiovascular system including diastolic blood pressure (DBP) in pilot. This study aimed to identify whether total flight hours and other factors increase the risk of high DBP of the fixed wing civilian pilots in Indonesia.
Methods: A cross sectional study with purposive sampling was conducted in civilian pilots at Aviation Medical Center (Balai Kesehatan Penerbangan) in May 1-13, 2013. Demographic characteristics, employment, habit and physical was obtained through interviews and physical examination by researchers. While laboratory data was obtained from laboratory tests. Sphygmomanometer was used to measure DBP. Category of DBP was classified into high (≥80 mmHg) and normal (<80 mmHg). Analysis used risk relative by Cox regression with constant time.
Results: Among the 512 pilots who conducted medical examinations, 236 subjects agreed to joint the study. This analysis included 225 subjects which 61.4% had high DBP and 38.6% normal DBP. The subjects with total flight hours of 4000-29831 compared to 4-3999, had 34% increased risk to have high DBP [adjusted relative risk (RRa) = 1.34; 95% confidence interval (CI) =1.03-1.73]. The subjects with resting pulse rate of 80-98/minute compared to 60-79/minute, had 29% increased risk to have high DBP (RRa = 1,29; 95% CI = 1,02-1,63). Furthermore, subjects aged 50-61years compared to 18-39 years, had 26% increased risk to have high DBP (RRa = 1,26; 95%CI=1,00-1,59; P = 0,048).
Conclusion: High total flight hours, resting pulse rate and older age may increase the risk of high diastolic blood pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana
"Latar belakang: Distres pada pilot dapat mengurangi tingkat kewaspadaan dan mengganggu proses pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi pengaruh jam terbang total dan faktor dominan lainnya terhadap risiko distres di antara pilot sipil di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dengan sampling purposif pada tanggal 1-14 Mei 2013 terhadap pilot yang sedang melakukan pemeriksaan medik (medEx) di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Pilot mengisi langsung dan tanpa nama data demografi dan pekerjaan, kuesioner strategi koping dan stresor di rumah. Pengukuran distres menggunakan Self Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20) dengan titik potong 5/6, self rating dan anonymous. Risiko distres dianalisis menggunakan risiko relatif (RR) dengan regresi Cox dengan waktu konstan.
Hasil: Dari 209 pilot yang berlisensi Private Pilot (PPL), Commercial Pilot (CPL) dan Air Transport Pilot (ATPL) didapatkan 13,4% berisiko distres. Pilot dengan jam terbang total 6000-12999 jam dibandingkan dengan 59-5999 jam berisiko distres 6 kali lipat [risiko relatif suaian (RRa) = 5,83; P = 0,000], sedangkan pada jam terbang total 13000-29000 berisiko distres 8 kali lipat (RRa = 8,42; P = 0,000). Pertengkaran di keluarga 2 kali lipat mempertinggi risiko distres (RRa = 2,47; P = 0,006), sedangkan penggunaan koping beragama 51% mengurangi distres (RRa = 0,49; CI = 0,97-1,06; P = 0,051).
Kesimpulan: Jam terbang total 6000 jam atau lebih dan pertengkaran di keluarga mempertinggi risiko distres, sedangkan penggunaan koping beragama menurunkan distres pada pilot sipil di Indonesia.

Background: Distress can reduce awareness and interfere of decision making. The aimed of this study to identify the effect of total flight hours to distress risk among civilian pilots in Indonesia.
Methods: Methode was used a cross sectional study with purposive sampling conducted on May 1-14, 2013 on working hours among pilots who did medical check up (MedEx) at Aviation Medical Center, Jakarta. This study use SRQ-20 with cut off point 5/6 to measure of distress, coping strategy and home stressor check list questionnaire which is a self-rating and anonymous. Data were analyzed with Cox regression with constant time.
Result: Of 209 pilots which has Private Pilot License (PPL), Commercial Pilot License (CPL), and Air Transport Pilot License (ATPL) there were 13.4% pilots had distress. Those who had total flight of 6000-12999 hours compared to 59- 5999 hours had 6-fold increased distress risk [adjusted relative risk (RRa) = 5.83; P =0.000]. Meanwhile, those who had total flight of 13000-29000 hours had 8- fold increased distress risk. Those who had family tension had 2-fold increased distress risk (RRa = 2.47; P=0.006). Meanwhile the using of religion coping could 51% decreased distres risk (RRa = 0.49; 95% CI = 0.97-1.06; P = 0.051).
Conclusion: Total flight hours on 6000 hour or more and tension in family have increased distress risk, on the other hand the using of religion coping decreased distress risk in civilian pilots.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wiranty, auhor
"Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh indeks massa tubuh (IMT), denyut nadi istirahat, kebiasaan merokok dan olahraga serta umur terhadap nilai kesamaptaan aerobik pada Pasukan Khas (Paskhas). Sehingga diketahui faktor-faktor risiko yang berkaitan terhadap nilai kesamaptaan aerobik yang mempengaruhi performa kinerja Paskhas dalam melaksanakan tugasnya.
Metode: Disain penelitian potong lintang dengan sampling purposif di antara Paskhas. Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 13-25 Mei 2013 di Batalyon Paskhas. Data diperoleh melalui wawancara dengan panduan kuesioner oleh peneliti serta pemeriksaan fisik. Nilai kesamaptaan aerobik diperiksa dengan metode Cooper, yaitu menghitung jarak tempuh lari dalam meter selama 12 menit. Data dianalisis dengan regresi linear.
Hasil: Total subjek yang menyelesaikan penelitian ini berjumlah 135 orang. Nilai kesamaptaan aerobik antara 2000-3100 meter dengan rerata 2552,78±250,66. Terdapat tiga faktor (umur, IMT, dan kebiasaan olahraga selama 3 bulan terakhir) yang berkaitan dengan nilai kesamaptaan aerobik. Dengan meningkatnya umur 1 tahun dan 1 poin IMT masing-masing akan menurunkan nilai kesamaptaan aerobik Paskhas [koefisien regresi (r) = -20,42; 95% interval kepercayaan (CI) = -26,32;-14,53) dan (r = -22,28; 95% CI = -36,08;-8,49)]. Sedangkan dengan meningkatnya frekuensi 1 hari per minggu berolahraga akan meningkatkan nilai kesamaptaan aerobik Paskhas 14,7 poin (r = 14,67; P = 0,046; 95% CI = 6,65;35,98).
Kesimpulan: Peningkatan IMT dan semakin bertambah umur menurunkan nilai kesamaptaan aerobik sedangkan kebiasaan olahraga meningkatkan nilai kesamaptaan aerobik pada Paskhas.

Background: Several factors related to the value aerobic fitness affecting performance in carrying out someone’s duties. This study aimed to identify several factors related to the value of aerobic fitness in Indonesian Air Force Special Paratrooper.
Methods: A cross-sectional study designed with purposive sampling among Indonesian Air Force Special Paratrooper. Data collection was conducted from 13 to 25 May 2013 in the 461st Battalion. The data obtained through interviews with questionnaires by researchers as well as guide the physical examination. Aerobic fitness examined by Cooper method, which calculates the distance run in meters for 12 minutes. Data were analyzed by linear regression.
Results: Total subjects who completed the study were 135 persons. The value of aerobic fitness between 2000-3100 meters with average 2552.78±250.66. There were three factors (age, BMI, and exercise habits over the last 3 months) associated with aerobic fitness. Increasing age for 1 year and 1 point BMI would reduce the value of aerobic fitness [coefficient regression (r) = -20.42; P = 0.000; 95% CI = -26.32;-14.53 and r = -22,28; P = 0.002; 95% CI = -36.08;-8.49 respectively]. Meanwhile, with the increasing frequency for 1 day per week exercise will increase the value of aerobic fitness (r = 14.67; P = 0.046; 95% CI = 6.65;35.98).
Conclusion: Increased BMI and age, lowered the aerobic fitness in Indonesian Air Force Special Paratrooper. While regular exercise increases the value of aerobic fitness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinabutar, Klara
"Latar belakang : Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan antara faktor-faktor risiko (polutan pekerjaan, usia, lama merokok, dan berat badan) dengan penurunan nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada teknisi pesawat. Penurunan KVP yang menandai adanya gangguan paru restriktif dapat mengganggu fungsi pernafasan sehingga dapat menurunkan kinerja teknisi pesawat, sehingga perlu diketahui faktor-faktor risiko yang menurunkan KVP.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain penelitian potong lintang dengan sampling purposif di antara teknisi pesawat. Pengambilan data dilakukan sejak 16 Mei 2013 sampai dengan 17 Mei 2013 di Skatek 021 Lanud Halim Perdanakusuma dan Lakespra Saryanto. Data diambil dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh peneliti dan pemeriksaan spirometri. Data yang didapat dianalisis dengan regresi linear.
Hasil : Total subjek yang menyelesaikan penelitian ini berjumlah 135 orang. Nilai KVP antara 61-123 dengan rerata 85,77 ± 12,18. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa paparan polutan pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat (r = -2,43, CI =-3,066;-1,80; P=0,000). Umur ternyata memiliki hubungan yang bermakna dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat (r = -0,42, CI =-0,64;-0,19; P=0,000). Subjek yang skor polutan pekerjaannya lebih banyak dan umurnya lebih tua maka nilai KVP akan makin turun. Bertambahnya 1 skor polutan pekerjaan dan 1 tahun umur akan menurunkan nilai KVP masing-masing sebanyak 2,43% dan 0,42%.
Kesimpulan : polutan pekerjaan dan umur terbukti berhubungan dengan penurunan nilai KVP pada teknisi pesawat.

Background : The aim of this study is to prove the effect of risk factors (pollutants, age, smoking duration, and body weight) with Forced Vital Capacity (FVC) among aircraft technicians. Forced Vital Capacity reduction that indicates restrictive lung disorders can impair respiratory function and degrade the performance of aircraft technicians, so it is important to identify the risk factors that decrease FVC.
Methods : This study used a cross-sectional study design with purposive sampling among aircraft technicians. Data collection was conducted from May 16, 2013 until May 17, 2013 at Technic Squadron 021 Halim Perdanakusuma Air Base and Institute of Aviation Medicine Dr. Saryanto (Lakespra Saryanto). Data retrieved by interviews and questionnaires by researchers and spirometry examination. The data were analyzed by linear regression.
Results : Total subjects who completed the study amounted to 135 people. FVC value between 61 to 123 with an average of 85.77 ± 12.18. This study showed that pollutants proved to have a significant effect with FVC among aircraft technicians [r = -2,43, 95% confidence interval (CI)=-3,066;-1,80 ;P=0,000]. Age had a significant effect with FVC among aircraft technicians (r = -0,42, CI =-0,64;-0,19 ;P=0,000). 1 point increase in pollutants score and 1 year of age will decrease the value of FVC respectively 2,43% and 0,42%.
Conclusion : Pollutants and age proved to affect the value of Forced Vital Capacity among aircraft technicians.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>