Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Husnul Fuad Albar
"Masih terdapat kontroversi dalam penanganan burst fracture pada tulang belakang bagian thoracolumbar. Tujuan utama dari penanganan pasien dengan burst fracture adalah reduction, stabilization dan fusion. Pada pasien dengan defisit neurologis akibat burst fracture, dekompresi dari canal spinalis rnerupakan tujuan utama dari pembedahan. Dekompresi anterior, strut graft dan instrumentasi anterior diindikasikan untuk penatalaksanaan unstable burst fracture. Sebaliknya instrumentasi posterior sering digunakan untuk penanganan burst fracture pada thoracolumbar spine. Penggunaan instrumentasi transpedicular semakin popular saat ini karena dapat menghasilkan fiksasi yang rigid yang menggunakan implant lebih pendek dengan segmental fixation dan fusi.
PSSW (Pedicle Screw Sublaminary Wiring) sistem instrumentasi posterior untuk tulang belakang yang dikembangkan di RSCM-FKUI. Instrumentasi ini menggunakan sekrup cortical 4,5 mm untuk pedicle screw dan soft wire 1,2 mm untuk sublaminary wiring.
Oleh karena itu kami melakukan penelitian yang membandingkan stabilitas antara instrumentasi anterior dan instrumentasi posterior berupa PSSW untuk membuktikan hypothesis bahwa fiksasi burst fracture dengan menggunakan PSSW akan memberikan fiksasi yang minimal setara dengan instrumentasi anterior terhadap gaya axial."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Bendang Fizuhri
"Sampai saat ini, patah tulang pinggul makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli Wait orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avascular necrosis dan nonunion. Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi.
Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan balk, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avascular necrosis. Secara umum, penggunaan skrew kompresi tunggal yang besar untuk memfiksasi fraktur leher femur tidak dapat direkomendasikan. Skrew ini akan banyak mengorbankan bagian terigah tulang pada leher femur, dan jika penempatannya tidak optimal, akan dapat mencederai suplai darah ke kaput femur sehingga mengakibatkan kemungkinan terjadinya penyembuhan tulang menjadi berkurang.
Hasil klinis yang sangat balk didapatkan bila menggunakan skrew cancellous yang disusun paralel. Beberapa studi biomekanika menunjukkan bahwa skrew cancellous yang disusun paralel secara biomekanika setara dengan sliding hip screw (SHS). Rehnberg dan Olefrud menemukan adanya korelasi antara fiksasi dengan skrew terhadap kekuatan dari koteks lateral. Berdasarkan studi yang telah dilakukannya, mereka menyimpulkan bila korteks lateral tidak dapat memberikan stabilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya pergeseran skrew dan gaya reduksi, akan menimbulkan komplikasi dan sering terjadi gagal sambung, sedangkan Parker menyimpulkan tidak ada pengaruh yang berarti dari pemberian tambahan side plate. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kekuatan dan korteks lateral dalam mempertahankan fiksasi skrew cancellous paralel terhadap gaya aksial serta apakah kekuatan dari korteks lateral dapat diperbaiki.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Berapakah besarnya gaya aksial yang dapat ditahan oleh korteks lateral pada fraktur leher femur yang telah reduksi anatomis dan difiksasi dengan menggunakan skrew cancellous paralel?
2. Berapakah besarnya gaya aksial yang dapat ditahan bila korteks lateral diperkuat dengan periarthricular plate?"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Librianto
"Background data: The treatment of bicondylar tibia plateau fractures remains controversial. Lateral buttress plate and medial antiglide is favored by AOIASIF. Recently treatment of this fracture by less invasive stabilization system in the lateral side by using locked screw plate was gained acceptances by many surgeons. In Cipto Mangunkusumo Hospital local Iocked clover plate was designed, which is given better economics solutions.
Objective: To compare the fixation stability between single lateral local locking plate and double plating system that using lateral buttress and medial antiglide in the treatment of bicondylar tibial plateau fracture.
Design: One model (Synbone 1110, normal bone quality) tibia was used. Bicondylar tibia fracture model that design by Horwitz was used. Invite biomechanical axial loading, tested to the both group was tested.
Intervention: Five pairs of fracture model was used. Stabilization using lateral buttresslmedial antiglide one third tubular in one group and unilateral local locking Clover plate (LCP) in other group. Five vertical loads levels were used (150 N, 300 N, 450 N, 600N and 750N). Irreversible (plastic) deformation was the main parameter of interest.
Main out come measures: Irreversible (plastic) deformation was the main parameter of interest. Failure was defined as more than 5 mm displacement in the particular surface in medial condyle.
Result: Vertical subsidence depended on the applied load but not on the method of fixation. The displacement of medial plateau was recorded. With confidence interval 95%, and P less than 0,05 was statistically significance. All the displacement was statistically no significantly difference P > 0,05 in five different level even the mean displacement was higher in the same loading in the local locked clover plate.
Conclusion: Single lateral local locked clover plate could give good stability in the treatment of bicondylar tibial plateau fracture that statistically no difference to double plating which using lateral buttress and medial antiglide, even though still need further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto K. Sunaryo
"Pada pengambilan foto rontgen dengna menggunakan kamera digital diperlukan jarak antara antara foto rontgen dengan kamera digital yang mana hasil fotonya belum diketahui apakah ada perbedaan antar jarak yang berbeda, namun sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi apakah ada perbedaan hasil pengukuran kurva scoliosis menggunakan SAA versi 1.0 dengan jarak yang berbeda pada pengambilan foto rontgen dengan kamera digital.
Oleh karena itu penelitian tentang tehnik pengambilan foto rontgen dengan kamera digital dalam hal perbedaan jarak perlu dilakukan untuk kemudian diukur kurva scoliosisnya dengan menggunakan SAA versio 1.0. dan hasilnya dibandingkan. Pada studi ini digunakan jarak 30 cm dan 60 cm sebagai jarak antara foto rontgen dengan kamera digital dengan menggunakan kamera digital 4 mega pixel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jarak yang terbaik pada pengambilan foto rontgen dengan kamera digital untuk mengukur kurva scoliosis menggunakan SAA versi 1.0."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yamato Satria Dharma
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Djarot Noersasongko
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Edwin Parlindungan
"Objective To compare the fixation stability between cloverleaf locking plate and Condylar Buttress Plate ill Supracondylar Femur Fracture Method These research is a biomechanical study, using femoral bovine bones as a specimen. There are two groups, first group using the cloverleaf locking plate and the second group using Condylar Buttress Plate. After instrumented with the implants, the bone were osteomised to make a gap 2,5 cm, then boths specimens are loaded with axial force with Shimadzu machine 0,05 mm per minute speed. The force that made the medial displacement of the bone 1,3,5, I 0 mm were recorded. Result: The axial loading that cause displacement 1,3 ,5, I 0 mm in cloverleaf locking plate are statically more significant with t-test independent significant p=O,OO «0,05).The load to failure in cloverleaf locking plate is at 3 mm displacement (3944N) and Condylar Buttress Plate is 3 mm (2810 N). Conclusion: The fixation of cloverleaf locking plate in axial forces is more stable than the Condylar Buttress Plate"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ngurah Ronny Kesuma
"Background : Laminoplasty was developed to widen the spinal canal dimensions without permanently removing the dorsal elements of the cervical spine. The retained dorsal elements should aid in the prevention of muscle scarring to the dura and potentially reduce the incidence of postoperative instability.
Cervical laminoplasty has been advocated as an alternative procedure to laminectomy for the decompression of the cervical spine. It provides favourable cord decompression and stabilisation of the cervical spine and is a simpler and safer alternative to anterior fusion and laminectomy for myelopathy and myeloradiculopathy, due to degenerative cervical stenosis. Most authors report outcome based on the Japanese Orthopedic Association (JOA) scoring system. Reported results include mean preoperative and postoperative scores for all patients, and a calculated rate of recovery is provided. The mean recovery rate after the Hirabayashi expansive laminoplasty is approximately 60%. To know the outcome, we evaluated 9 patients with degenerative cervical spinal stenosis that had been treated with laminopalsty using JOA score and Oswestry disability index questioner also the correlation between them.
Methods : We performed pre and post interventional study on patients with degenerative cervical spinal stenosis with moderate until severe stenosis that had failed non operative treatment from January 2007 -June 2008 at Cipto mangunkusumo Hospital Jakarta. With JOA score as clinicall approach and Oswestri Disability Index (001) questioner by patient approach, we identify the cervical spine function of the patients before and after laminoplasty (1 month, & 6 month post operative)
Results: There were significant difference of JOA and 001 score before and after decompression by laminoplasty with p<0.05. The improvement of cervical spine function also significantly increase until 6 months after surgery compare to the 1$ month post operative JOA and 001 score (p=0.028, p=0.035 respectically). There is strong correlation between them (r=0.804).
Conclusion : Laminoplasty decompression technique can improve the cervical spine clinically (increase the JOA score) and quality of life (decrease the 001 score) of patient with degenerative cevical spinal stenosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library