Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amin Rahayu
"ABSTRAK
Permasalahan yang dikaji dalam artikel ini adalah bahwa Indonesia, pada masa revolusi dan sesudahnya dalam keadaan ekonomi yang masih memprihatinkan dan terpuruk. Ada banyak konflik dan pergolakan di dalam negeri, salah satunya adalah ancaman perpecahan (disintegrasi). Meskipun demikian, pemerintah Indonesia sangat berhasrat agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games, padahal setiap penyelenggaraan Asian Games memerlukan dana yang sangat besar. Motif paling utama yang mendorong Indonesia menjadi tuan rumah adalah agar dapat mengangkat nama dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional. Oleh karena itu, berapapun persyaratan atau biaya penyelenggaraan yang dikeluarkan, menurut Presiden Sukarno (Pemerintah RI) tidak perlu dipermasalahkan. Pada tahun 1958, Indonesia berhasil terpilih dan ditunjuk oleh Asian Games Federation (AGF) untuk menjadi tuan rumah AG IV 1962. Dalam Asian Games IV 1962, Indonesia memperoleh sukses ganda, yaitu sukses menjadi tuan rumah atau suksesnya penyelenggaraan dan mendapat prestasi menjadi juara umum kedua se-Asia di bawah Jepang sebagai Juara Umum Asia. Prestasi ini menjadi prestasi terbaik Indonesia dalam sejarah penyelenggaraan Asian Games yang hingga kini belum bisa diulang kembali."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Abel Septiandri
"ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan sepak bola bukan hanya sebagai permainan atau olahraga saja, tetapi lebih luas dari hal tersebut. Sepak bola mampu menjadi sebuah alat untuk mempersatukan rasa nasionalisme bangsa, mulai dari Bumiputra hingga masyarakat keturunan Cina dan Arab yang turut serta mendukung kemerdekaan Indonesia. Berbagai perkumpulan akademi sepak bola (bond) juga muncul dan tersebar di Pulau Jawa dari berbagai golongan etnis masyarakat yang berdampak pada lahirnya cikal-bakal organisasi nasional bernama PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Dalam perkembangannya, PSSI mampu menyaingi organisasi sepak bola pemerintahan kolonial yaitu NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie). Di sisi lain, oganisasi ini juga mampu menjadi sebuah kendaraan politik dikarenakan organisasi politik Indonesia pada saat itu dilarang pemerintah kolonial yang dianggap mengganggu dan mengancam. Hingga puncaknya, pada 1937 di Yogyakarta organisasi NIVU mau tidak mau harus melakukan kerja sama (Gentlement's Agreement) dengan PSSI karena dinilai sudah memiliki reputasi baik. Perjanjian tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan tim nasional Hindia Belanda untuk mengikuti ajang Piala Dunia Ketiga di Perancis tahun 1938. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan sumber yang diperoleh dari berbagai surat kabar sezaman dan Perpustakaan Nasional RI."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariefuddin Rangga
"ABSTRAK
Artikel ini membahas perkembangan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI pada kurun waktu 1959-1964. Pada masa itu, PSSI berada di bawah kepemimpinan Abdul Wahab Djojohadikoesoemo. PSSI pada saat itu sempat meraih prestasi yang membanggakan. Dalam satu tahun, PSSI berhasil mendapatkan juara pertama di tiga kejuaraan internasional. Namun, munculnya beberapa insiden, seperti Insiden Mattoangin, Insiden Senayan, serta konflik antara KOGOR dan PSSI telah mencederai kegemilangan prestasi tersebut. Setelah terjadi insiden-insiden tersebut, PSSI mengalami kegagalan dalam dua event besar, yaitu Asian Games IV dan GANEFO I yang dilangsungkan di Jakarta."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewik Untarawati
"ABSTRAK
Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan yang terletak di dekat Kota Medan, Sumatera Utara. Pada awal abad ke-19, Pelabuhan Belawan bukan merupakan pelabuhan yang besar dan penting. Ekspansi Pemerintah Hindia Belanda di Sumatera Utara dengan pendirian perusahaan-perusahaan perkebunan seperti Deli Maatschappij pada 1869, telah merubah Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan besar (Grote Haven) yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing. Perkembangannya semakin signifikan pada tahun 1930-an dimana Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan terbesar ketiga di Hindia Belanda. Artikel ini membahas mengenai bagaimanakah transformasi Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan besar dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan Pelabuhan Belawan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Keberadaan perusahaan besar Deli Maatschappij yang memperkenalkan komoditi tembakau di pasaran internasional, telah membuat banyak negara asing menginvestasikan sahamnya bahkan membangun perusahaan perkebunan di wilayah Deli. Hubungan kerjasama dan jaringan perdagangan yang luas di antara pengusaha-pengusaha Singapura, Cina, Amerika, dan negara-negara Eropa Barat lainnya telah meningkatkan volume perdagangan dan pelayaran dari dan menuju Pelabuhan Belawan. Peningkatan sektor perkebunan dengan variasi komoditi ekspor yang penting menjadi faktor berkembangnya Pelabuhan Belawan. Tahun 1938, Belawan telah menjadi pelabuhan utama di Hindia Belanda dengan jumlah tonase ketiga terbesar, setelah pelabuhan di Jakarta dan Surabaya."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusran Ilyas
"ABSTRAK
Pada tahun 1985-2012, banyak permasalahan terjadi di perusahaan-perusahaan konveksi di Cipadu. Permasalahan tersebut berakar dari dalam perusahaan seperti strategi manajerial yang belum matang, instabilitas di pos pekerjaan, dan perilaku buruk karyawan. Faktor tersebut saling berhubungan karena timbul dari suatu sebab yaitu pemilik perusahaan yang memakai logika 'rasa-rasa' dalam mengelola perusahaan. Walaupun permasalahan tersebut melilit dalam tubuh perusahaan, tetapi justru perkembangan terjadi di perusahaan-perusahaan konveksi di Cipadu dari tahun ke tahun. Perusahaan-perusahaan tersebut "berkembang biak", bergenerasi dari tubuhnya sendiri, dan melahirkan perusahaan-perusahaan kecil. Tentu ini menjadi pertanyaan, kenapa pada saat banyak permasalahan terjadi perkembangan di Cipadu? Masyarakat Cipadu tidak sama dengan kawasan industri lainnya karena ikatan sosialnya lebih kuat dan tingkat kekeluargaannya juga tinggi. Nilai-nilai tersebut meresap dalam diri masyarakat dan rasa tersebut menjelma ke dalam aktifitas ekonomi. Akhirnya, hasil kombinasi rasa nilai sosial tinggi dan kegiatan ekonomi tersebut memproduksi bentuk hubungan yang baru. Hubungan itu membentuk jaringan kerjasama yang ada proses subsidi silang bantuan antar konveksi di Cipadu. Hubungan ini mengakibatkan tingginya tingkat resistensi perusahaan-perusahaan konveksi sehingga perusahaan tersebut tidak goyah dalam badai perdagangan."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wiretno
"ABSTRAK
Objek kajian pada artikel ini adalah etnis Arab yang tinggal di Kampung Pulopancikan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Gresik - Jawa Timur. Kampung Pulopancikan adalah kampung Arab tertua di Gresik. Kampung ini muncul dan berkembang seiring perjalanan Islamisasi di Jawa yang dilakukan sejak masa Sunan Maulana Malik Ibrahim. Keberadaan kampung ini juga didukung oleh catatan perjalanan Tom Pires dalam Suma Oriental. Hingga saat ini, kampung Pulopancikan masih dapat mempertahankan eksistensinya. Berbagai peninggalan masa lampau masih dapat dijumpai di kampung ini. Tulisan ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan pendekatan etnografi. Data diperoleh melalui studi kepustakaan melalui sumber-sumber tertulis yang relevan dan didukung dengan observasi lapangan secara langsung."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
"ABSTRAK
Artikel ini bertujuan membahas mengenai Morotai sebagai pulau pertempuran antara Tantara Pendudukan Jepang dengan tentara sekutu pimpinan Amerika Serikat, yang dibantu Inggeris, Belanda, dan Australia dalam perang pasifik (1944-1945). Pertempuran Morotai adalah bagian dari Perang Pasifik yang merupakan rangkaian terakhir dari Perang Dunia II (1939-1945).Topik ini sengaja dipilih dalam riset dan penulisan artikel ini disebabkan karena ternyata Morotai terlihat belum mendapatkan perhatian dari para sejarawan baik dalam dalam maupun luar negeri dalam kaitannya dengan Perang Pasifik yang menjadi rangkaian Perang Dunia II. Berbeda halnya dengan pulau-pulau lain di dunia yang sudah banyak diceritakan dalam sejarah perang terkait Perang Pasifik misalnya Hawaii, Okinawa, Davao, Sakalin, Mansuria, dan sebagainya. Di dalam Sejarah Nasional Indonesia, Morotai sebagai pulau pertempuran dalam Perang Pasifik yang terintegrasi dengan Perang Dunia II belum pernah dibahas. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya tidak mengenal peran penting pulau ini dalam sejarah. Sesungguhnya, Pulau Morotai di Maluku Utara telah menjadi saksi bisu peristiwa Pertempuran Morotai dari awal hingga akhir. Dapat dicontohkan misalnya dalam peristiwa awal invasi Jepang pada 1944 hingga menyerahnya kepada Sekutu di pulau ini pada 1945 yang menandai berakhirnya Perang Dunia II. Berbagai jenis artefak dalam berbagai ukuran terkait Pertempuran Morotai masih dapat ditemukan hingga hari ini di hampir seluruh tempat di Morotai misalnya: pistol, senapan mesin, peluru, serta berbagai jenis alat peledak lainnya. Di samping itu terdapat pula berbagai jenis bangkai kendaraan perang seperti mobil, kapal, dan pesawat tempur, baik yang ada di permukaan tanah maupun yang ada di dasar laut. Artifak-artifak itu menjadi material culture terjadinya peristiwa perang modern dalam sejarah militer dunia yang berlokasi di Kawasan Timur Indonesia, yakni Maluku Utara, yang disebut sebagai Kawasan "bibir Pasifik", karena wilayahnya berbatasan dengan lautan pasifik di ujung utara propinsi ini. Dalam penelitian dan penulisan artikel ini digunakan Metode dan metodologi Sejarah. Sumber, bahan, dan data utama yang digunakan dalam artikel ini adalah berasal dari studi-studi pustaka dan pengamatan lapangan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: faktor-faktor apa yang menyebabkan pulau Morotai menjadi basis pertempuran antara Jepang dan Sekutu dalam Perang Pasifik 1944-1945; Bagaiman proses jalannya pertempuran di antara keduanya; Bagaimana proses akhir dari pertempuran itu. Dampak apa saja yang ditimbulkannya; dan bagaimana posisi Maluku Utara dan Indonesia pada akhir pertempuran itu inilah lima pertanyaan yang akan dijawab dalam artikel ini."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Putri Utami
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai Opleiding School voor Indlandsche Ambtenaren (OSVIA): "Pendidikan Bagi Calon Pejabat Pribumi di Madiun Tahun 1900-1930". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya pangreh praja melalui pendidikan OSVIA juga mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan OSVIA beserta pengaruhnya terhadap masyarakat pribumi di Madiun dalam kurun tahun 1900-1930. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahapan sebagai berikut: (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi, (4) Historiografi. Teknik yang digunakan dalam tulisan ini berupa studi literasi, dengan menganalisis sumber pustaka juga surat kabar dan dokumen-dokumen sezaman yang berkaitan dengan materi yang dikaji. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa tujuan dari didirikannya OSVIA di Madiun adalah untuk mencetak tenaga kepegawaian pribumi yang dipekerjakan dalam korps kepegawaian pemerintah Belanda yang disebut dengan pangreh-praja. Dampak yang berarti dari pendirian OSVIA adalah terjadinya perubahan sosial masyarakat pribumi di Madiun yaitu berupa terciptanya kelompok elite modern yang duduk di singgasana jabatan birokratis dari kalangan priyayi terpelajar."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faishal Hilmy Maulida
"ABSTRAK
Periode Revolusi selain berkisah seputar perang juga identik dengan masa transisi, dimana Pemerintahan Republik mulai mengambil peran dalam mengatur berbagai sendi kehidupan masyarakat. Di Malang pada masa ini muncul polemik di kalangan pemerintah mengenai penggunaan Oeang Republik Indonesia (ORI) atau uang Belanda sebagai alat tukar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai persoalan yang muncul mengenai tarik ulur penggunaan uang sebagai alat tukar, baik dari sudut pandang pemerintah Republik, maupun pemerintah Belanda. Selama masa Revolusi, meskipun mendapat tekanan dari Belanda, Pemerintah Malang tetap bersikap tegas dalam mempertahankan ORI sebagai mata uang. Disimpulkan bahwa sikap dalam memilih ORI sebagai alat tukar merupakan bagian dari perjuangan menjaga kedaulatan Republik, selain melalui perang fisik. Sebagai bentuk perjuangan diplomasi moneter, langkah ini dapat membangkitkan semangat kebangsaan seluruh bangsa, terutama di Malang."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
"ABSTRAK
Salah satu aspek penting dalam kegiatan turisme di Hindia Belanda adalah akomodasi. Ada berbagai pihak yang terlibat dalam perkembangan akomodasi di Hindia Belanda. Artikel ini menitikberatkan pada peran para pelayan pribumi dan akomodasi turisme di Hindia Belanda dari abad ke-19 sampai abad ke-20. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, foto, kartu pos, majalah, surat kabar, buku panduan turisme dan juga catatan perjalanan sezaman. Dengan menggunakan metode sejarah, pendekatan budaya dan sosiologi, dapat dilacak proses pergeseran yang terjadi dalam sejarah akomodasi di Hindia Belanda. Hasilnya memperlihatkan bahwa peran pelayan pribumi sangat penting dalam mendukung turisme di Hindia Belanda. Perubahan dan pergeseran ini termasuk penggunaan istilah dari lingkungan rumah tangga kolonial ke ranah publik, seperti jongos, babu, kebon, kokki yang awalnya dikenal dalam rumah tangga kolonial (orang Eropa atau Belanda). Istilah-istilah ini kelak dikenal dan digunakan dalam akomodasi di Hindia Belanda."
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
790 ABAD 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>