Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siddiqi, A.H.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1992
515.75 SID f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Marti`ah
"Kecamatan Cipayung Kota Depok merupakan daerah industri kecil yang membuat pakaian yang diperuntukkan mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kelangsungan usaha dan menyusun strategi yang tepat dalam upaya pengembangan konveksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Data yang di peroleh dianalisis mengunakan faktor matrik Internal Factor Evaluation(IFE), External Factor Evaluation (EFE) Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil Identifikasi dan evaluasi strategi, diperoleh nilai IFE 2.710 dan EFE 2.782. Kedua perpaduan tersebut dalam matrik IE menunjukkan strategi pemasaran terletak pada kuadran lima, yaitu jaga dan pertahankan. Dari hasil analisis SWOT didapatkan alternatif strategi yang dapat diterapkan berdasarkan perhitungan matrik QSP, yaitu strategi pemasaran yang paling menarik untuk diterapkan yaitu mempertahankan ciri khas produk yang unik dan memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi."
Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Ekonomi (Puskanomi) Universitas Indraprasta PGRI, 2016
330 JABE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Marti`ah
"Kecamatan Cipayung Kota Depok merupakan daerah industri kecil yang membuat pakaian yang diperuntukkan mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kelangsungan usaha dan menyusun strategi yang tepat dalam upaya pengembangan konveksi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Data yang di peroleh dianalisis mengunakan faktor matrik Internal Factor Evaluation(IFE), External Factor Evaluation (EFE) Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil Identifikasi dan evaluasi strategi, diperoleh nilai IFE 2.710 dan EFE 2.782. Kedua perpaduan tersebut dalam matrik IE menunjukkan strategi pemasaran terletak pada kuadran lima, yaitu jaga dan pertahankan. Dari hasil analisis SWOT didapatkan alternatif strategi yang dapat diterapkan berdasarkan perhitungan matrik QSP, yaitu strategi pemasaran yang paling menarik untuk diterapkan yaitu mempertahankan ciri khas produk yang unik dan memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi."
Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Ekonomi (Puskanomi) Universitas Indraprasta PGRI, 2016
330 JABE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hani`ah
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.221 HAN w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arsland, A.H.
"Tujuan dari penelitian ini (l), Ingin melihat kebutuhan informasi anggota DPR-RI periode 1999-2004 dalam proses penerbitan suatu undang-undang atas usul inisiatif. (2). Ingin melihat bagaimana pencarian inforrnasi anggota DPR-Rl periode 1999-2004 dalam proses penerbitan suatu undang-undang atas usul inisiatif (yang meliputi strategi pencarian informasi, sumber informasi yang digunakan, jangka waktu pencarian informasi, kendala yang ditemui selama pencarian informasi, dan manfaat informasi yang diperoleh). Jumlah informan 24 orang anggota DPR-RI. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara pada bulan Maret-April dan Agustus-September 2001 di DPR-RI. Penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan, (1). Kebutuhan informasi yang dominan saat akan mengajukan suatu draf RUU untuk UU No. 23/2000, UU No. 27/2000, UU No. 381 2000 adalah informasi tentang jumlah penduduk, luas wilayah, pendapatan asli daerah, batas propinsi,ibu kota propinsi. Untuk RUU Nanggroe Aceh Darussalam adalah tentang keuangan, syariat agama Islam dan pemerintahan. Untuk RUU Penyiaran kebutuhan informasi yang dominan adalah kelembagaan/organisasi, anggaran dasar/anggaran rumah tangga. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat pertama tidak terungkap kebutuhan informasi informan. Untuk pembicaraan tingkat kedua tidak dilakukan pembahasan (short cut) kecuali RUU Penyiaran kebutuhan informasi yang dominan adalah menyangkut kelembagaan, prosedur/mekanisme perizinan dan pelanggaran. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat ketiga, kebutuhan informasi untuk UU No. 23/ 2000, UU No. 2712000,UU No.38/ 2000 yang dominan adalah tentang anggaran, kewenangan, batas propinsi dan ibu kota propinsi. Untuk RUU Nanggroe Aceh Darussalam dan RUU Penyiaran belum sampai kepada tahap pembicaraan tingkat ketiga tersebut. Sedangkan pembicaraan tingkat keempat tidak terungkap kekebutuhan informasi informan. Untuk strategi pencarian informasi pada saat akan mengajukan suatu draf RUU umunya memakai strategi melalui sekretaris dan diri sendiri. Untuk RUU Penyiaran pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat kedua, strategi yang dipakai umumnya melalui para pakar/ahli, para ilmuwan dan para pelaku. Pada saat pembicaraan tingkat ketiga, strategi yang dipergunakan adalah melalui kolega atau teman dekat, sekretaris/staf dan diri sendiri. Untuk sumber informasi yang digunakan pada saat menyusun draf RUU umumnya memanfaatkan jenis non-bahan pustaka/dokumen yaitu aspirasi masyarakat luas dan jenis bahan pustaka/dokumen adalah laporan hasil sensus. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat kedua untuk RUU Penyiaan, sumber informasi yang dimanfaatkan adalah rekomendasi hasil rapat dengar pendapat dewan. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat ketiga, sumber informasi yang dimanfaatkan adalah rekomendasi hasi[ rapat fraksi. Jangka waktu pencarian informasi saat akan menyusun draf RUU adalah 20 hari atau selama masa reses. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat kedua untuk RUU Penyiaran, waktu pencarian informasi adalah 15 hari. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat ketiga, jangka waktu pencarian informasi adalah 5 hari. Untuk kendala yang ditemui selama pencarian informasi saat akan mengajukan suaru draf RUU adalah waktu yang tidak memadai dan tidak tersedian fasilitas teknologi informasi. Pada saat pembicaraan tingkat ketiga, kendala utama adalah jasa fasilitas teknologi informasi dan jadwal rapat yang sangat padat. Manfaat informasi saat akan menyusun draf RUU adalah untuk memecahkan masalah, termasuk akan melakukan pembicaraan tingkat kedua bagi RUU Penyiaran. Pada saat akan melakukan pembicaraan tingkat ketiga RUU, manfaat informasi adalah untuk menyampaikan gagasan atau ide.

The objective of this research was to (1). View members of the Indonesia House of Representative's information need in tenure of 1999-2004 in law making process upon an initiative propose. (2). To view how information initiative proposal (including strategy of information searching, resources of information that is used, duration of information searching,hindrance found during information searching and the utility of the gained information). The number information was 24 people of members of the Indonesia House of Re-presentative (DPR-RI). The data collecting was carried out in Maret-April and Agustus-September 2001 at the house of representative. Data analysis was descriptive-qualitative way.
The results of the research could be concluded that. (1). The dominan information need when they proposed a draft of the bill for Law No. 2312000, Law No. 2712000, Law No. 3812000 was information total population, width of region, local, originated income, boarder of province and capital of a province. For the bill of Nanggrou Aceh Darussalam, dominant information was about finacial. Islamic jurispudence and government. For bill of broadcasting,the dominant information was organizationlinstitution,basic budget/home affair budget. In the forst discisson, the information need was not disclosed. The second discussion did not conduct short cut excluding. Bill of broadcasting and the dominant in-formation need was related with institution, procedure/mechanism of breach and permission. When they were going to discussion the third meeting, the dominant information need on Law No.2312000, Law No.2712000 and Law No.3812000 were budged, authority, boarder of a province and capital of a province. In case of bill Nanggrou Aceh Darussalam and bill of Broadcasting, the discuss did not reached into the third step and in the fourth discussion, the informan information need did not disclosed. In case of information searching when they would propose a draft of a bill, commonly the used strategy through their secretary and looked for it by them selves. Particularly for bill of Broadcasting, when the were going to discussion the second step, the commonly used strategy was expert, scientist and practitioners. In the third step, the used strategy was college or close friend, secretarylstaf and looked for by them selves. The commonly utilized information resources when they write draft of bill was document/non-library that was public aspiration and library/document that was sensus report. Whem they discussed the second step of the bill of Broadcasating, the used information resources was recommendation of a hearing of the house. When they were going to discuss the third step, the utilized infor- mation resources was recommendation's of the fraction's meeting.Duration of information searching when they were going to write draft of bill was 20 days (during recess). When they were going to discuss the second step of the bill of Broadcasting, the duration of information searching was 15 days. When they were going to discuss the third step,the duration of information searching was 15 days. The found hindrance during information searchng as well as when they were going to propose a draft of a bill was in sufficient time and an absence of information technology facility. When they were going to dis- cuss the third step, the major hindrance was the stiff schedule of meeting.(6). The utility of information while composing draft of bill was to solve a problem, including when they were going to disccuss the second step of Broadcasting Bil. When they were going to discuss the third step of the Bill,the information utility was to present ide or concep.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasannudin A.H.
"ABSTRAK
Dalam memasuki era globalisasi dimana persaingan antar rumah sakit semakin ketat, maka pembiayaan rumah sakit menjadi penting, yang mana berkaitan dengan tarif rumah sakit. Hal ini juga penting bagi rumah sakit swadana yang akan mengalami pengurangan subsidi anggaran dan menuju kearah rumah sakit mandiri.
Demikian juga dengan adanya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan alat canggih menyebabkan biaya operasional pemeliharaan rumah sakit khususnya listrik semakin meningkat. Salah satu peralatan yang cukup banyak menyerap penggunaan daya listrik tersebut adalah Air Conditioner (AC).
Termasuk AC sentral yang berkapasitas besar. Untuk dapat menekan pembiayaan listrik tersebut diperlukan efisiensi dalam menjalankan peralatan tersebut.
Sehubungan dengan itu maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efisiensi penggunaan AC sentral di RSUD Koja dan upaya penghematan biaya listriknya.
Telah dilakukan penelitian pada bagian Seksi Keuangan, Instalasi Bedah Sentral dan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit ( IPSRS) RSUD Koja.
Responden dari penelitian ini adalah Kepala Seksi Keuangan, Kepala Instalasi Bedah Sentral dan Staf IPSRS bagian AC.
Pengumpulan data dengan tehnik wawancara dan telaah dokumen. Analisa data primer dilakukan secara kualitatif dan analisa data sekunder secara kuantitatif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan AC sentral di RSUD Koja belum efisien yang disebabkan beberapa faktor yang berhubungan dengan biaya tetap listrik yaitu penempatan karakteristik AC sentral yang kurang sesuai dengan fungsi ruang dan bagian bedah darurat dan pemanfaatan untuk Instalasi Bedah Sentral dan Bedah Darurat yang mempunyai waktu kerja yang berbeda sehingga menyebabkan AC sentral harus berfungsi selama 24 jam. Selain itu masih ada ruang bedah Instalasi Bedah Sentral yang belum termanfaatkan secara optimal, serta pemeliharaan AC sentral yang belum optimal, sedangkan faktor yang berhubungan dengan biaya tidak tetap listrik adalah prosedur penjadwalan operasi dan penerapan standar waktu operasi yang perlu ditingkatkan lagi.
Inefisiensi penggunaan AC sentral ini juga tampak dengan adanya perkiraan penghematan biaya listrik yang bisa didapat dengan melakukan perubahan penempatan AC sentral.
Agar penggunaan AC sentral lebih efisien dan dapat dilakukan penghematan biaya listriknya, maka sebaiknya dilakukan perubahan penempatan AC sentral untuk Instalasi Bedah Sentral yang waktu kerjanya tertentu dan AC Split Duct yang berasal dari Instalasi Bedah Sentral untuk bagian bedah darurat. IPSRS melakukan pemeliharaan AC sentral yang baik dengan mematikan Chiller AC sentral dan kompresor AC Split Duct diluar waktu penggunaan melalui pengaturan dengan menggunakan peralatan BAS serta melakukan pemantauan kebocoran ducting dengan pemasangan manometer. Pemadatan jadwal dan evaluasi standar waktu operasi perlu dilakukan untuk dapat mengurangi penggunaan daya listrik dan biayariya. Sistem informasi biaya perlu ditingkatkan dengan perbaikan manajemen keuangan khususnya akuntansi melalui pelatihan tenaga keuangan yang ada serta untuk pendelegasian wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasi dan melaksanakan upaya tersebut perlu dibentuk Komite Efisiensi dan Penghematan Biaya.

ABSTRACT
Technical Analysis on the Efficiency of the Use of Electricity for Central Air Conditioning at RSUD (Hospital) KojaEntering the global era where rivalry among hospitals is getting tight, the hospital costs is important connected with the hospital tariff. This matter is important for self funding hospitals which will get decreased subsidy in funds is to be independent.
The social demands for the services of sophisticated equipments cause the increase in hospital operational costs especially for electricity. One of the equipments using high electrical power is the AC, including the central AC of high capacity. In order to cut down the electrical costs it is necessary to be efficient in operating the equipment.
In connection with the above, this research is to analyze the efficiency of the use of the central AC at the RSUD Koja and in an effort of cutting the electrical costs.
A research has been carried on at the Financial section, the Central Surgey Installation and the Installation of Hospital Maintenance of RSUD Koja.
The respondents of the research are the Head of the Financial Installation, the Head of the Central Surgery and the Staff of the Installation of the Hopital Maintenance AC section.
The method used to compile data is by technical interview and by documentary examination. The analysis on primary data is carried out qualitatively and the secondary data is carried out quantitatively.
It is concluded that the use of central AC at RSUD Koja is not efficient which is caused by several factors connected with the regular costs for electricity i.e. the characteristic placement of the central AC unsuitable for the room and the emergency surgery and the use for the Installation of Central Surgery and Emergency Surgery which have different working hours so that the central AC must be in function for 24 hours. Besides, there is a surgery of the Installation of Central Surgery which is not used optimally, for the AC upkeep central haven't been optimal, whereas the factor connected with the regular electrical costs is the procedure of the schedule for surgery and the implementation of the operational standard time has to be enhanced.
The inefficiency of the use of the central AC is visible by an estimate of economical costs by the alteration of the placement of the central AC.
In order that the use of the central AC is more efficient and a reduce in the electrical costs, it is suggested to alter the placement of the central for the Central Surgery Installation with definite working hours and AC Split Duct from the installation of the Central Surgery for the emergency surgery. The Maintenance section IPRS has carried out good maintanance on the central AC by switching off the Central AC Chiller and the compressor of the AC Split Duct at the unscheduled time by using the BAS and by monitoring ducting leakage with manometer installation. The compact schedule and standard evaluation is deemed necessary to decrease the use of electrical power and the costs. The information system on the cost is to be enhanced by better financial management especially the accounting by training of the present financial staff to delegate the authority and responsibility in coordination and carry out the said effort it is necessary to appoint a Committee for Efficiency and to economize costs."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muti`ah
"Peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan. Untuk meningkatan penerimaan pajak pada tahun 1983 telah dilakukan pembebanan perpajakan dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari official assessment menjadi self assessment. Dalam penelitian ini pokok permasalahannya yaitu bagaimana sistem self assessment dapat meningkatkan penerimnaan pajak secara substansial.
Si stem self assessment memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melapor sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fiskus sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap Wajib pajak dengan baik.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan pada KPP yaitu Seksi TOP, Seksi PPh Badan, Seksi Penerimaan dan Keberatan, dan Bagian Umum, melalui wawancara dan pengamatan langsung.
Penelitian dilaksanakan pada KPP "X" dengan temuan-temuan wajib pajak yang menjadi kewenangan KPP "X", wajib pajak yang memasukkan SPT, jumlah wajib pajak yang di periksa, kreteria wajib pajak yang di periksa, jumlah pemeriksa, hasil pemeriksaan dan penerimaan
Pembahasan dalam penelitian inibahwa jumlah pemeriksa SPT Wajib Pajak sangat kecil dari SPT Wajib Pajak yang haru di periksa, selisihnya tidak diadakan pemeriksaan bukan karena telah melaksanakan ketentuan perpajakan, tetapi karena tidak tertangani oleh petugas yang jumlah personilnya terbatas. Kreteria Wajib pajak yang di periksa Wajib Pajak yang lebih bayar yang menjadi sasaran utama, sebaiknya pemeriksaan dialihkan ke Wajib Pajak rugi dan Wajib Pajak kreteria khusus.
Daripembahasan dapat disimpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak yang di periksa masih sangat minim, jumlah petugas sangat minim di banding jumlah SPT Wajib Pajak yang hares di periksa, Pemeriksaan sasaran utamanya adalah Wajib Pajak lebih bayar, Prosentase pemeriksa di banding jumlah Wajib Pajak yang perlu di periksa sangat kecil, penerimaan pajak dapat ditingkatkan bila dilakukan pemeriksaan, sedang saran adalah supaya diupayakan jumlah Wajib Pajak yang di periksa lebih banyak, melakukan penambahan jumlah pemeriksa pemeriksa, yang diutamakan yang di periksa adalab Wajib Pajak rugi dan Wajib Pajak criteria khusus.

The Execution Of Self Assessment System In Relation With Income Tax Collection Of The Body Of Tax Obligation (Study Case At X Tax Services Office)
The role of people in development leasing should be keep grown with pushing awareness, understanding and comprehension that the development is right, duty and responsible of the whole of people. The execution of national development should be based on self-ability, mainly if the citizen realizes the participation to pay tax To increase tax collection in year 1983 has been conducted tax reformation with changing tax collection system from official assessment becoming self assessment In this research, the main problem is how self-assessment system can increase tax collection substantially.
Self assessment system gives the confidence to Tax Obligation to account deposit and report himself/herself concerning the amount of tax should become debt in accordance with tax regulations. The government in this matters tax officer in accordance with his/her role should conduct construction, research and inspection to tax obligation properly.
Research Method used in this thesis is analysis description method, with- data collection technique in from of library and field research to relevant parties in this thesis (fish's) through deep interview.
This research is conducted at KPP X" with the finding of tax obligation becoming the authorization of KPP "X", tax obligation fills SPT, number of tax obligation inspector, the result of inspection and collection.
The discussion in this research that the number of inspector of SPT tax obligation is very small that SPT tax obligation should be inspected, the different was not conducted inspection not because it has conducted the tax stipulation, but because not handled by the limited number of officer. The criteria of tax obligation inspected more payable obligation tax becoming main target, for more payable tax obligation if it has been inspected for two years respectively, it should be better if changed position to loss tax obligation and tax obligation with specific criteria
From the discussion can be concluded that the number of tax obligation inspected was very minim, the number of officers were very minim if it was compared to the number of SPT tax obligation should be inspected was very small, tax income can be increased if it was conducted inspection, while the suggestion is in order to be efford more number of tax obligation inspection, conduct the addition of inspectors number, the main inspected is loss tax obligation and tax obligation with specific criteria."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani`ah
"Sebuah karya fiksi tidak hanya dihidupkan oleh imajinasi pengarang, tetapi juga oleh daya imajinasi dan penalaran pembacanya.
Hermeneutik Ricoeur tidak terlepas dari tujuan Ricoeur berfilsafat, yaitu memahami eksistensi manusia. Konfrontasinya dengan strukturalisme memaksanya pindah dari hermeneutik simbol ke hermeneutik teks. Dan teks yang sesuai dengan tujuan filsafatnya adalah teks sastra. Untuk itu, usaha Ricoeur mula-mula adalah membenahi bahasa yang sudah terlanjur 'diilmiahkan' oleh strukturalisme dengan jalan menyusun filsafat wacana. Dengan filsafat wacana, bahasa dikembalikan pada fungsinya yang sejati, yaitu alat komunikasi. Bahasa bukan objek melainkan mediasi, yaitu sarana untuk mengatakan sesuatu tentang sesuatu kepada orang lain. Jadi, wacana tidak didasarkan pada sistem bahasa, melainkan pada parole. Wacana adalah makna karena bertolak dari bahasa sebagai peristiwa. Dengan demikian kita baru dapat berbicara tentang sastra. Namun, perlu dicatat bahwa, menurut Ricoeur, hermeneutik mulai ketika dialog berakhir. Ini berarti, hermeneutik hanya dapat diterapkan pada teks tertulis, seperti novel atau drama.
Sastra adalah seni bahasa, sedangkan seni adalah alat untuk menyempurnakan keberadaan manusia. Seni bertugas menyempurnakan apa yang ditinggalkan oleh alam secara tidak sempurna. Jadi, seni memberi pengertian yang lebih baik dan lebih luas tentang diri kita sendiri dan benda-benda di sekitar kita. Dengan kata lain, seni membebaskan manusia dari ketertutupan dunia.
Pada seni sastra 'dunia teks' atau dunia fiktif yang terdapat di dalamnya itulah yang akan membebaskan manusia dari ketertutupan dunia tersebut. Dunia teks adalah dunia imajinasi yang bersifat hipotetis, dunia yang mungkin untuk diaktualisasikan, dunia di mana kita dapat merealisasikan potensi kita, dunia yang dapat kita huni sebagai alternatif dunia kehidupan kita yang konkret ini. Oleh sebab itu, dalam menghadapi karya sastra, kita-pembaca--diharapkan tidak memperlakukannya sebagai objek, melainkan sebagai mediasi. Kita berhubungan dengan tokoh-tokoh di dalam karya itu sebagaimana kita berkomunikasi dengan manusia biasa. Agar dengan demikian kita memahami tokoh-tokoh itu dan serentak memahami diri kita melalui empati kita dengan tokoh-tokoh itu. Inilah yang disebut verstehen yang merupakan ciri utama metode hermeneutik.
Langkah-langkah metode hermeneutik adalah: distansiasi, interpretasi, dan apropriasi. Momen distansiasi memberi otonomi semantik teks, yang meliputi otonomi makna teks dad intensi penulisnya, dari pembaca awal, dan dari situasi budayanya. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan objektif sangat diutamakan. Dengan pemberian otonomi itu, makna teks harus ditafsirkan, yaitu dijelaskan menurut hubungan internalnya dan mencari konstitusi yang terbuka di depan teks, yaitu konstitusi yang mengacu ke dunia yang mungkin. Interpretasi mula-mula berupa pemahaman naif yang melihat karya secara utuh meliputi komposisi, genre, dan gaya. Di sini tugas kita membuat tebakan, yang dapat disejajarkan dengan hipotesis, dan validasi sebagai pembuktian yang dilakukan berdasarkan gramatika dunia teks. Tahap berikutnya pemahaman kritis yang diawali dengan eksplanasi, yaitu menjelaskan teks melalui analisis struktur teks (semiotik) untuk meradikalkan apa yang dicapai dalam pemahaman naif, dan diakhiri dengan apropriasi, yaitu mengembalikan apa yang semula diasingkan. Apropriasi mencakup sikap menerima (reseptif), mengecam (kritis), dan transformasi. Dengan apropriasi, pemahaman diri (katarsis) tercapai karena pembaca memperoleh makna berkat teks yang dibacanya. Makna seperti juga keindahan tidak terletak pada kata-kata di halaman buku, tetapi pada mata si pengamat. Metode ini dicoba diterapkan pada novel Pengakuan Pariyem (Linus Surjadi Ag.) yang mengisahkan kehidupan Pariyem, seorang wanita Jawa yang patuh pada nilai budayanya. Kehidupan yang dijalaninya dengan benar itu ternyata kini digugat. Hal ini membuat tokoh kita menjadi bingung. Dia tidak mengerti mengapa keberhasilan hidup yang diraihnya dianggap hina.
Dalam menghadapi novel dengan pendekatan objektif, momen distansiasi sudah kita lewati sehingga kita bisa langsung masuk ke momen interpretasi, yang mencakup tebakan dan validasi. Tebakan terhadap novel Pengakuan Pariyem adalah bahwa si pelaku yang berhasil mengangkat derajatnya dari babu menjadi selir itu adalah seorang pelacur. Dengan analisis deskriptif fenomenologis terhadap struktur intensional novel itu--validasi--kita mengetahui dan sekaligus memahami bahwa Pariyem bukan pelacur karena ia tidak menjual kehormatannya dan sepak terjangnya yang bebas itu adalah hasil internalisasinya terhadap nilai kejawen yang diyakininya. Akhirnya, pembaca dihadapkan dengan dua pilihan makna: setuju atau menolak perilaku Pariyem (momen apropriasi), yang selanjutnya bermuara pada transformasi diri bahwa ada yang lebih penting daripada menjadi bahagia, yaitu memahami situasi di mana kita hidup agar kita bisa menjalani hidup dengan benar.
Hermeneutik meletakkan tekanan pada aktivitas pembaca sastra. Membaca sastra adalah mengadakan dialog dengan karya sastra. Dengan dialog itu pembaca akan memperoleh pencerahan atau katarsis sehingga mampu memahami dirinya, jika ia berhasil memetik makna dari karya itu bagi dirinya. Dialog dengan karya sastra pada hakikatnya adalah dialog dengan hati nurani karena seni adalah penjelmaan budaya batin suatu bangsa. Kesediaan untuk mau berdialog dengan karya sastra berarti mengapresiasi sastra.
Formalisme yang menjadi subjek pengajaran sastra adalah teori sastra yang membombardir bentuk menjadi seni, tanpa mempedulikan isinya. Sebaliknya, pendidikan sastrayang sasarannya_ apresiasi--tidak terbatas pada bentuk saja karena keindahan mengharuskan adanya harmoni dalam hubungan bentuk dan isi. Jadi, pengajaran sastra hanya berguna sebagai suplemen bagi pendidikan sastra. Pendidikan bukan masalah pemberian pengetahuan, tetapi memberi keteladanan agar si terdidik memiliki kedewasaan jiwa. Sebagai potensi kreatif, sastra punya dunia imajinatif yang akan memindahkan pembacanya ke dunia itu sehingga terjadi fusi horison antara dunia teks dan dunia pembaca.
Akhirnya, perlu digaris bawahi bahwa metode hermeneutik ini mendukung teori resepsi, yaitu teori sastra di mana pembaca sendiri yang hares memberi makna pada karya yang dihadapinya bagi dirinya. Dengan teori resepsi, pengajaran sastra akan dituntut untuk memberi perhatian yang lebih kepada apresiasi sastra."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisatun Muti`ah
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI Jakarta, 2009
306.6 HAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Muthi`ah
"ABSTRAK
Pengembangan Energi Terbarukan saat ini sedang diintensifkan, terutama pengembangan teknologi yang dapat memiliki dampak signifikan pada daerah terpencil, salah satunya adalah pengolahan air limbah menjadi air minum. Berdasarkan peraturan tentang air minum dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492 / Menkes / PER / IV / 2010, diatur tentang bagaimana kualitas air minum. Karena sumber air bersih berkurang, maka perlu dilakukan pemurnian air. Pengolahan air dapat digunakan beberapa metode, misalnya pembuatan plasma. Rangkaian yang digunakan untuk menghasilkan plasma adalah Zero Voltage Switching (ZVS) di mana penggunaannya sendiri menggunakan konsep rangkaian resonansi. Sedangkan pembangkitan plasma yang diharapkan bisa menjadi aplikasi penjernihan air adalah pelepasan cahaya plasma (glow discharges). Salah satu kategori utama pelepasan cahaya plasma atau glow discharge adalah rangkaian yang memiliki tegangan tinggi (kV) dan memiliki rentang arus dari 10-6 A hingga 1 A. Dalam penelitian ini, nilai arus keluaran untuk menghasilkan pelepasan cahaya plasma adalah 11 uA dengan nilai tegangan 11 kV. Untuk menghasilkan nilai ini, menggunakan tegangan DC 12 V. Untuk menghasilkan nilai output, sirkuit ZVS terhubung ke rangkaian konverter. Hal ini disebabkan karena konverter flyback dapat memperbaiki dan memperkuat tegangan. Fungsi sirkuit konverter flyback dipengaruhi efek dioda dan kapasitor. Perubahan signifikan dari penggunaan kapasitor dalam rangkaian konverter adalah ketika nilai kapasitor terlalu kecil, riak akan terbentuk, kemudian sebaliknya ketika kapasitor mencapai nilai tertentu, riak akan berkurang dan grafik tegangan akan mendekati garis lurus. Sementara penggunaan dioda dalam rangkaian konverter flyback akan memengaruhi bentuk tegangan keluaran yang semula memiliki kemiripan dengan pola tegangan AC sebelum dioda dipasang, ia dapat berubah menjadi DC. Jadi penggunaan komponen aktif dan pasif dalam rangkaian ZVS dan rangkaian konverter perlu dipertimbangkan, karena akan mempengaruhi bagaimana pelepasan cahaya plasma akan terbentuk.

ABSTRACT
Renewable Energy Development is currently being intensified, especially the development of technologies that can have a significant impact on remote areas, one of them is the treatment of wastewater into drinking water. Based on regulations on drinking water from the Republic of Indonesia Minister of Health Regulation No.492 / Menkes / PER / IV / 2010, it is regulated on how the quality of drinking water. Because the source of clean water is decreasing, it is necessary to purify water. water treatment can be used several methods, for example plasma generation. The circuit that used to generate plasma is Zero Voltage Switching (ZVS) where the use itself uses the resonant circuit concept. Whereas plasma generation which is expected to be able to become water purification application is plasma glow discharge. One of the main categories of plasma glow discharge is a circuit that has a high voltage (kV) and has a current range from 10-6 A to 1 A. In this study, the value of the output current to produce a plasma glow discharge is 11 uA with a voltage value of 11 kV. To produce this value, using a DC voltage of 12 V. To produce the output value, the ZVS circuit is connected to the converter circuit. This is because the flyback converter is able to rectify and strengthen the voltage. The function of the flyback converter circuit is the effect of the diode and the capacitor. Significant change from the use of capacitors in the converter circuit is when the capacitor value is too small, a ripple will form, then vice versa when the capacitor reaches a certain value, the ripple will decrease and the voltage graph will approach a straight line. While the use of diodes in the flyback converter circuit will affect the shape of the output voltage which have similarities with AC wave voltage before the diode is installed, it can change to DC. So the use of active and passive components in the ZVS circuit and converter circuit need to be considered, because it will affect how plasma glow discharge will be formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>