Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaenudin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap gadai syariah pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah (KCPS) Margonda Depok Tahun 2005.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Depok, dengan sampel 250 responden yang terdiri dari 100 responden nasabah KCPS Margonda dan 150 responden masyarakat umum atau non-nasabah. Dengan menggunakan metode penelitian; Analisis deskriptif, yaitu untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif sedangkan untuk menganalisis data bersifat kuantitatif menggunakan Model Logit dan Model Diskriminan. Kedua model ini berfungsi untuk menganalisis peluang masyarakat mernilih KCPS Margonda dan variabel-variabel yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat umum atau responden non-nasabah tahu kehadiran KCPS Margonda namun tidak memanfaatkan dengan baik dengan alasan tidak tahu prosedur atau tata cara memperoleh pinjaman, tidak mempunyai emas dan berlian sebagai barang gadai (marhun), pegadaian syariah tidak berbeda dengan pegadaian konvensional, dan malu atau gengsi. Sedangkan bagi responden yang menggunakan gadai syariah KCPS Margonda dengan alasan karena tarif ijarah yang dikenakan terhadap sewa modal adalah murah, alasan agama (tidak mengandung unsur riba, gharar, maisir, SDM dan pelayanan sesuai syariah), dan karena dekat dengan rumah/tempat usahal/tempat kerja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat kota Depok menggunakan gadai syariah KCPS Margonda berdasarkan Model Logit tidak berbeda dengan Model Determinan, yaitu: variabel Jenis kelamin, Agama, Pendidikan, dan Barak.
Mengingat pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap gadai syariah masih rendah maka disarankan kepada Perum Pegadaian (sebagai induk pegadaian syariah) pada umumnya dan KCPS Margonda pada khususnya, untuk lebih intensif melakukan sosialisasi dan promosi gadai syariah di masyarakat melalui pameran dan bazar, seminar, kegiatan bakti sosial, dan ceramah, dengan fokus pada variabel-variabel yang mempengaruhinya.

This research is to understand public preference to syariah pawning in Syariah Pawning Branch Office (KCPS) Margonda Depok, 2005.
This research is done in Depok city area with 250 respondents, consist of 100 respondents are KCPS Margonda's customers, and 150 respondents are public and non-customers. This research use research method: Descriptive Analysis, that is to analyze qualitative data. While, analyze quantitative data use Logit Model and Discriminated Model. Both models are to analyze public opportunity to choose KCPS Margonda and their influenced variables.
The result of research can be concluded that most of public or non customer's respondents know the presented KCPS Margonda, but they do not utilize it well, because they do not know the procedure to borrow, and they do not have gold or diamond as pawning (manhunt), Sj'wiah pawning is not different with conventional pawning, and shame or prestige. While respondents use syariah pawning KCPS Margonda because of low Oral; rate charged to capital lease, religious reason (not contain usury, gharur. maisir, human resources and service based on .syariah), and near to their home/business/ workplace.
Factors influence public preference of Depok to use syariah pawning KCPS Margonda base on Logit Model are not different with Determinated Model, those are variabel or Sexual, Religion, Education, and Distance.
Considering that public knowledge and perception to syariah pawning is still low, so it is suggested for Pawning Firm (as syariah pawning headquarters) in general, and KCPS Margonda in particular, to do more intensive socialization and promotion of syariah pawning in public through exhibition, bazaar, seminar, social activities, and religious speech focused in influenced factors.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenudin
"ABSTRAK
Penyakit akibat infeksi corona virus baru yang disebut Covid-19 telah diumumkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Salah satu keluhan pasien Covid-19 adalah batuk berdahak dengan karakteristik kental dan berwarna putih. Tindakan membersihkan jalan napas menjadi prioritas karena dapat menjaga kepatenan jalan napas dan proses pertukaran gas. Salah satu tindakan untuk membantu pasien mengeluarkan dahak yaitu latihan batuk efektif dengan teknik huffing dan hidrasi air. Paper melaporkan sebuah kasus Covid-19 positif dengan riwayat tuberkulosis paru. Seorang wanita berusia 61 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan batuk berdahak sejak 1 minggu sebelumnya. Pasien juga mempunyai riwayat diabetes melitus dan hipertensi. Hasil rongten torak menunjukkan groundglass opacities di kedua paru dengan kesan pneumonia bilateral. Hasil pemeriksaan antibodi total SARS CoV-2 reaktif dan apusan orofaring dan nasofaring hasilnya positif Covid-19. Hasil pemeriksaan fisik torak ditemukan ronkhi di bagian posterobasal kanan dan kiri saat diauskultasi. Patofisiologi batuk dan sesak pada Covid-19 meliputi faktor inflamasi dan hipersekresi pada paru. Setelah dilakukan latihan batuk efektif dan hidrasi minum air putih hangat membuat dahak lebih encer dan dapat dikeluarkan. Latihan batuk efektif dan hidrasi minum air putih hangat dapat menjadi alternatif tindakan keperawatan dalam menjaga bersihan jalan napas. Selain itu, penulis juga merekomendasikan tindakan lainnya untuk membantu membuka ventilasi dan memudahkan sekresi paru yaitu dengan pemberian posisi prone.

ABSTRACT
A new coronavirus disease called Covid-19 was declared by World Health Organization (WHO). One of the complaints of Covid-19 patients is a cough with a thick and white colored characteristic. The action of clearing the airway becomes a priority as it can keep the airway and the gas exchange process. One of the actions to help patients remove phlegm is an effective cough exercise with huffing and hydration water drinking techniques. This paper aimed to report a positive Covid-19 case with a history of pulmonary tuberculosis. A 61 year old woman came to hospital with shortness of breath and cough with phlegm since 1 week earlier as her main complaint. The patient also has a history of diabetes mellitus and hypertension. The results of the chest x-ray show groundglass opacities in both lung with a sense of bilateral pneumonia. The results of the examination of antibodies of total SARS CoV-2 reactive and smears the oropharynx and the nasopharynx results are positive Covid-19. The results of the physical examination of the chest found ronkhi at the posterobasal left and right when auscultated. Pathophysiology of cough and tightness in the Covid-19 includes the inflammatory factors and hypersecretion in the lungs. After the effective cough exercises and and drinking warm water makes the phlegm more liquid and can be removed. Effective cough exercises and hydration of drinking warm water can be an alternative nursing action in maintaining clean airway. In addition, the authors also recommend other actions to help open lung ventilation and facilitate secretion that is by giving a prone position.

"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenudin
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel-variabel yang mempengaruhi bagi hasil tersebut yaitu pendapatan bagi hasil mudharabah dan musyarakah dan juga pendapatan margin murabahah benar mempengaruhi bagi hasil tabungan mudharabah yang dilakukan dengan studi kasus pada BMT Taman Surga Jakarta. Penelitian ini melakukan pengujian terhadap variabel-variabel tersebut, yaitu dengan metode uji regresi, dimana setiap variabel diuji baik secara bersamaan (simultan) maupun terpisah (parsial) agar terlihat pengaruh dari masing-masing setiap variabel. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa setiap variabel yang ada yaitu pendapatan bagi hasil mudharabah, musyarakah dan juga margin murabahah secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap bagi hasil tabungan mudharabah. BMT diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasilnya untuk lebih menarik nasabah."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014
330 JETIK 13:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenudin
"Sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 tergolong obesitas berdasarkan pengukuran waist to hip ratio (RLPP). Obesitas sentral dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan penderita diabetes melitus tipe 2 tentang pengelolaan diet diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen pola makan dengan rasio lingkar pinggang pinggul pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 141 penderita diabetes tipe 2 yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2 memiliki tingkat pengetahuan sedang (59,6%) dan mengalami obesitas berdasarkan pengukuran RLPP (70,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pengelolaan pola makan dengan rasio lingkar pinggang pinggul pada penderita diabetes melitus tipe 2 (p value: 0,000). Peneliti merekomendasikan peningkatan tingkat pengetahuan tentang manajemen pola makan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama tentang jenis makanan yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran rasio lingkar pinggang pada penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga nilai normal rasio lingkar pinggang-pinggul adalah <0,90 untuk pria dan <0,85 untuk wanita.

Most people with type 2 diabetes mellitus are classified as obese based on the measurement of waist to hip ratio (RLPP). Central obesity can be influenced by the lack of knowledge of type 2 diabetes mellitus sufferers about diabetes diet management. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge about diet management and the waist-to-hip ratio in patients with type 2 diabetes mellitus. This study used a cross-sectional approach involving 141 type 2 diabetes patients who were selected by consecutive sampling technique. The results of this study indicate that most of the type 2 diabetes mellitus sufferers have a moderate level of knowledge (59.6%) and are obese based on the RLPP measurement (70.2%). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge about diet management and the waist-to-hip circumference ratio in type 2 diabetes mellitus sufferers (p value: 0.000). Researchers recommend increasing the level of knowledge about diet management in people with type 2 diabetes mellitus, especially about the types of food that need to be consumed daily. In addition, it is necessary to measure the waist circumference ratio in type 2 diabetes mellitus sufferers so that the normal value of the waist-to-hip circumference ratio is <0.90 for men and <0.85 for women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaenudin
"Dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan harus berusaha untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Sumber perolehan pendapatan adalah penjualan produk perusahaan. Aktivitas penjualan dapat terdiri dari penjualan barang maupun penjualan jasa. Komoditi yang dijual pada sebuah rumah sakit adalah jasa. Penjualan terjadi jika sebuah rumah sakit menyerahkan jasa perawatan pada pasien. Aktivitas jasa perawatan dimulai ketika pasien diterima di bagian hospital admitting hingga saat pembebanan terhadap pasien atas jasa perawatan yang diterima di bagian administrasi.
Terjadinya kesalahan pada: Pencatatan bukti layanan, perhitungan tagihan, pencatatan pembukuan baik disengaja maupun tidak disengaja dapat merugikan keuangan rumah sakit atau pihak penanggung hiaya layanan rumah sakit.
Temuan di Instalasi rawat inap dan di Bagian keuangan RSD Ciawi kabupaten Bogor menunjukan adanya perbedaan pencatatan pendapatan rawat inap antara di Instalasi rawat inap dengan di Bagian keuangan. Hal itu menunjukkan sistem pengendalian pendapatan kurang optimal.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pengendalian penerimaan pendapatan rawat inap yang meliputi tahap pra penerimaan, mhap penerimaan, tahap perawatan, tahap penataan rekening, tahap penyetoran, dan tahap akuntansi.
Penelitian dilakukan di RSD Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian dibatasi hanya dilakukan di Bagian keuangan penerimaan keuangan rawat inap dan Instalasi rawat inap yang dilakukan dari bulan Oktober 2005 sampai dengan bulan Pebruari 2006.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kuesioner dan telaah dokumen.
Hasil penelitian didapat data bahwa sistem pengendalian pendapatan rawat inap di RSD Ciawi Bogor masih terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan itu adalah tidak ada kegiatan pra penerimaan. Pada tahap penerimaan petugas pendaftaran kurang memberikan penjelasan tentang pembebanan biaya yang akan dibebankan kepada pasien. Tahap perawatan di RSD Ciawi kabupaten Bogor difokuskan pada asuhan keperawatan, tetapi masalah pembebanan biaya agak terabaikan. Kelemahan pada tahap penataan rekening adalah penataan rekening tidak dilakukan secara bertahap pada saat pasien berada dalam perawatan, tetapi dihitung pada saat pasien akan pulang, penghitungan rekening dilakukan berdasarkan seluruh formulir pembebanan biaya baik dari unit pelayanan, unit penunjang, obat-obatan, alat kesehatan maupun tindakan medis lainnya. Tarif pelayanan disesuaikan dengan Perda. Pada tahap penyetoran terdapat dua kegiatan penyetoran; pertama penyetoran dari kasir atau pembantu pemegang kas penerimaan ke bendahara penerimaan atau pemegang kas penerimaan; kedua adalah penyetoran dari pemegang kas penerimaan ke kas pemda yang bertempat di Bank Jabar cabang kabupaten Bogor. Di RSD Ciawi Bogor belum ada suatu sistem akuntansi yang memadai, pencatatan yang dilakukan belum beraturan dan laporan-laporan yang dibuat belum sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian bahwa kegiatan pengendalian pendapatan instalasi rawat inap di RSD Ciawi kabupaten Bogor masih belum memadai. Hal itu dapat dilihat dari tidak adanya pelaksanaan tahap pra penerimaan Serta pelaksanaan tahapan-tahapan yang masih kurang sesuai dengan harapan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaenudin
"Baduy sebagai sebuah objek ekowisata, membentuk jatidirinya melalui saling berpengaruhnya antara faktor-faktor pembentuk seperti keudayaan, masyarakat, alam, dan pariwisata hingga memunculkan suatu keunikan tersendiri. Keunikan tersebut, memerlukan wisatawan berkualitas yang memahami masyarakat lokal dengan segala adat istiadatnya dan mengerti kelestarian alam dengan segala problematikanya agar tercipta suatu kondisi yang saling menguntungkan diantara masyarakat lokal dan wisatawan. Karya penelitian ini berupaya melihat bagaimana ekowisata Baduy berjalan dengan berbagai faktor-faktor yang menyelimutinya. Hingga pada akhirnya bisa dinikmati masyarakat luas.

The Baduy as an ecotourism object, shapes itself within the mutual influence between the factors like culture, society, nature, and tourism. The mutual influence factors create the uniqueness of the Baduy. The uniqueness need high quality of tourist for understanding the local society and its local custom and to understand the environment of the nature with the all of the problematics. That qualification is the core of a win-win solution between local society as the owner of ecotourism object and the tourist. The result from this research is to show how the Baduy influenced by ecotourism work."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S62631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintawati Ramdhani Zaenudin
"Latar Belakang: Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia mengakibatkan masalah psikologis, termasuk kecemasan, depresi dan distress psikologis pada tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis paru dan peserta Pendidikan Program Dokter Spesialis (PPDS) paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalens, derajat risiko distress dan faktor-faktor yang memengaruhi derajat risiko distress psikologis pada dokter spesialis paru dan PPDS paru di Jakarta.
Metode: Peneliti menggunakan metode studi deskriptif potong lintang terhadap dokter spesialis paru dan PPDS paru di Jakarta, Indonesia secara consecutive sampling pada bulan Mei 2020. Peneliti menggunakan alat ukur yaitu Distress Thermometer (DT) dan problem list yang telah divalidasi secara transkultural dan pengisiannya dilakukan mandiri oleh subjek secara daring.
Hasil: Sebanyak 134 subjek yang masuk dalam penelitian ini diantaranya 81 orang peserta PPDS paru dan 53 orang dokter spesialis paru dengan dominasi subjek perempuan sebanyak 66,4%, rerata usia 38,36 (±9,54) tahun dan rerata lama pengalaman kerja adalah 3 (1-27) tahun. Seluruh subjek memiliki risiko distress psikologis dengan perbandingannya berturut-turut pada kelompok PPDS adalah ringan, sedang, berat (44,4%, 50,6%, 4,9%) dan pada dokter spesialis paru (47,2%, 45,3%, 7,5%). Pada analisis subgrup ditemukan bahwa kelompok dokter spesialis paru lebih banyak mengalami masalah yang memengaruhi risiko distress psikologis dibandingkan kelompok PPDS. Pada kelompok dokter spesialis paru ditemukan masalah-masalah yang memengaruhi tingkat risiko distress diantaranya adalah usia (56,0%, p=0,003), masalah mengasuh anak (50,0%, p=0,037), mengurus rumah (45,5%, p=0,040), masalah dengan kerabat (75,0%, p=0,035), depresi (100%, p=0,011), ketakutan (50,0%, p=0,040), gugup (100%, p=0,011), sedih (41,7%, p=0,010), hilang minat pada aktivitas rutin (50,0%, p=0,005), diare (100%, p=0,011), kelelahan (62,5%, p=0,037), demam (66,7%, p=0,011), gangguan pencernaan (50,0%, p=0,008), gangguan konsentrasi (37,5%, p=0,033), mual (42,9%, p=0,008), hidung kering (60%, p=0,001), kulit kering dan gatal (50,0%, p=0,004), gangguan tidur (72,7%, p=0,004) serta kesemutan (57,1%, p=0,024). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko distress pada PPDS paru diantaranya adalah depresi (80,0%, p=0,040), ketakutan (68,4%, p<0,001), gugup (62,5%, p=0,031) dan kelelahan (70,8%, p=0,023).
Kesimpulan: Prevalens risiko distress psikologis pada dokter spesialis paru dan PPDS paru saat pandemi COVID-19 di Jakarta tinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko distress pada dokter spesialis paru diantaranya adalah usia, masalah teknis, keluarga, emosional dan fisis, sedangkan pada PPDS paru diantaranya adalah masalah emosional dan fisis.

Background: Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pandemic in Indonesia causes psychological problems, including anxiety, depression and psychological distress in health workers, especially pulmonologist and pulmonology resident. The purpose of this study was to find out the prevalence, distress levels and factors that affect the risk psychological distress of pulmonologist and pulmonology resident in Jakarta.
Methods: Researchers used a descriptive study cross-sectional method on pulmonologist and pulmonology resident in Jakarta, Indonesia using consecutive sampling in May 2020. We used Distress Thermometer as a measurement tools and problem list that was transculturally validated and filled out online and independently by subjects.
Results: A total of 134 subjects were included in this study including 81 pulmonology residents and 53 pulmonologists dominated by women (66.4%), mean age 38.36 (± 9.54) years and median length of work was 3 (1-27) years. All subjects had a risk of psychological distress with the ratios in resident group are mild, moderate, severe (44.4%, 50.6%, 4.9%) and pulmonologist (47.2%, 45.3%, 7.5%). In subgroup analysis, it was found that the pulmonologist group experienced more problems that affect the risk of psychological distress than the resident group. In the pulmonologist group, problems that assosciated with the level of distress risk are age (56.0%, p=0.003), parenting problems (50.0%, p=0.037), house problem (45.5%, p= 0.040), problems with relatives (75.0%, p=0.035), depression (100%, p=0.011), fear (50.0%, p=0.040), nervous (100%, p=0.011), sadness (41.7%, p=0.010), loss of interest in routine activities (50.0%, p=0.005), diarrhea (100%, p=0.011), fatigue (62.5%, p=0.037), fever (66.7%, p=0.011), indigestion (50.0%, p=0.008), concentration (37.5%, p=0.033), nausea (42.9%, p=0.008), nasal dry (60%, p=0.001), dry and itchy skin (50.0%, p=0.004), sleep (72.7%, p=0.004) and tingling (57.1%, p=0.024). Factors that assosciated with the level of distress risk in residents are depression (80.0%, p=0.040), fear (68.4%, p<0.001), nervousness (62.5%, p=0.031) and fatigue (70.8%, p=0.023).
Conclusion: Prevalens psychological distress risk in pulmonologist and pulmonology resident during the COVID-19 pandemic in Jakarta is high. Factors that assosciated with the level of psychological distress risk in pulmonologist are age, technical, family, emotional and physical problems. Factors that assosciated with the level of psychological distress risk in pulmonology resident are emotional and physical problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library