Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
E. Zaenal Arifin
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1992
499.221 ZAE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"Indonesian language used in commercial news and advertising board"
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
499.207 ZAE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai menampakkan gairah pada tahun 1988, setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian paket kebijaksanaan. Namun karena pasar modal masih merupakan hal yang baru bagi investor maka keputusan beli mereka kurang didasari oleh analisis-analisis fundamental tentang prospek perusahaan. Hal ini mengakibatkan harga saham tidak mencerminkan kondisi obyektif perusahaan.
Di pasar modal yang sudah mapan, harga akan mencerminkan kondisi obyektif perusahaan. Jika ada informasi baru, maka harga akan dengan cepat menyesuaikan. Misalnya, jika perusahaan memberi informasi akan menaikkan besar dividen maka harga saham dengan cepat mengalami kenaikan. Demikian jugs sebaliknya jika perusahaan mengumumkan penurunan dividen, maka harga saham akan turun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku dividen antara pasar modal yang sudah mapan(efisien) dengan perilaku dividen di BEJ yang belum mapan.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perilaku dividen. Perusahaan-perusahaan di BEJ cenderung tidak berusaha mempertahankan besar dividen tahun sebelumnya, dimana di pasar modal yang sudah mapan berupaya mempertahankan besar dividen. Faktor laba dan dividen sebelumnya memang merupakan faktor-faktor yang signifikan menentukan besar perubahan dan besar dividen. Namun kalau hanya faktor-faktor tersebut ternyata belum cukup besar untuk menjelaskan besar perubahan dan besar dividen. Masih banyak faktor selain laba dan dividen tahun lalu yang mempengaruhi dividen. Perusahaan-perusahaan di BEJ juga tidak memanfaatkan sinyal pengumuman dividen ketika akan menawarkan saham baru, seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Pasar modal yang sudah mapan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Wacana (discourse) yang merupakan tataran paling besar dalam hierarki kebahasaan--termasuk hierarki bahasa Sunda--bukanlah merupakan timbunan kalimat secara acak, melainkan merupakan satuan bahasa di atas kalimat, baik lisan maupun tulisan, yang tersusun secara berkesinambungan dan membentuk kepaduan (Halliday 1) dan Hasan (1976(1979:1} dan 1985(1989:10)); Stubbs 1983;15 ;Kridalaksana 1978:36; Moeliono et al. 1988:34; Bright 1992:356; Kartomihardjo 1992:1).
Di dunia linguistik Baratr analisis wacana mulai berkembang sejak diperkenalkannya makalah yang berjudul Discourse Analysis oleh Harris pada tahun 1952 (Bright 1992:357; Oetomo 1992:6 Marcellino 1992:1). Dalam makalahnya, Harris mulai mencari kaidah bahasa yang menjelaskan, 'bagaimana' kalimat dalam suatu teks dihubungkan oleh semacam tata bahasa yang diperluas, seperti pengacuan anaforis dan kataforis, substitusi, elipsis, hubungan konjungtif, serta hubungan leksikal (Malmkjaer 1991:100; Oetomo 1992:6). Di Indonesia analisis terhadap tataran paling besar dalam hierarki kebahasaan itu baru benar-benar berkembang pada tahun 1970-an (Kridalaksana 1978:34; Oetomo 1992:1)
Analisis wacana (discourse analysis) adalah analasis bahasa dalam penggunaan (the analysis of language in use) (Brown dan Yule 1987:1). Sejalan dengan itu, Halliday dan Hasan (1979:236 dan 1989:10) mengatakan bahwa analisis wacana, yang disebutnya analisis teks, adalah analisis bahasa dalam pemakaian yang merupakan unit semantis, dan bukan unit struktural atau gramatikal seperti klausa atau kalimat
Menurut Grice (1975:45----6), dalam komunikasi verbal, baik yang monolog maupun yang dialog, salah satu syarat panting yang harus diperhatikan adalah kesinambungan proposisi yang diajukan. Kesinambungan itu kadang-kadang mempunyai manifestasi fonetis yang ekeplisit, tetapi kadang-kadang juga hanya terwujudkan dalam suatu implikatur yang sifatnya tidak langsung atau hanya tersirat (cf. Dardjowidjojo 1988:93). Teori Grice tentang conversational implicature secara mendasar berasal dari prinsip umum percakapan, yang disebut cooperative principle.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin
"Telah diteliti air tanah yang diproses dengan Descal A Matic, Yaitu alat Pengolah air magnetik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa lamanya pengolahan air dengan Descal A Matric menurunkan sifat korosifitas air. Adapun endapan air yang dihasilkan berbentuk bubur halus dan dari pengamatan XRD di klasifikasikan ke dalam fase aragonic."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Konsep jumlah tergolong kategori semantik, seperti halnya jenis kelamin, modalitas, aspektualitas, dan temporalitas yang masing-masing berpasangan dengan kategori gramatikal bilangan, jenis (gender), modus (mood), aspek (aspect), dan kala (tense). Konsep jumlah tersebut merupakan gambaran di dalam pikiran manusia yang menyatakan satu atau tunggal dan lebih dari satu atau jamak tentang maujud, hal, atau peristiwa di dunia nyata atau yang dibayangkan.
"Pengungkapan konsep jumlah di dalam bahasa Sunda" ini berlatar pokok bahasan semantik, yaitu berlatar masalah pengacuan, sedangkan pengungkapannya harus diamati pada tataran morfologi dan sintaksis. Dari sudut semantik ditelusuri berjenis jenis pengacuan yang disandang pleb konsep ketunggalan dan kejamakan. Dari sudut morfologi dan sintaksis analisis data diarahkan pada pemarkahan, pembentukan, dan distribusi ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan. Di samping 1W, ungkapan tertentu mempertimbangkan juga aspek pragmatik, yaitu yang menghubungkan sistem bahasa dengan pemakaian bahasa di dalam komunikasi (Kridalaksana et al. 1985:6; Verhaar 1996:14; Levinson 1997:9), yang di dalam hal ini siapa pembicara, kawan bicara, di mana, dan kapan diproduksinya ungkapan yang berkonsep jumlah tersebut (Brown dan Yule 1996:27).
Pertanyaan tentang bagaimana pengungkapan konsep jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal, belum dirinci dengan jelas. Alat apakah yang dipergunakan sebagai pemarkah jumlah secara leksikal, dan alat apa pula yang dipergunakan secara gramatikal, baik secara morfologis maupun secara sintaktis, belum juga dibahas dengan memadai.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar pokok bahasan pada tujuan penelitian ini adalah:
(a) mengamati, memerikan, dan menjelaskan jenis pengacuan yang disandang each ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan;
(b) mengamati, memerikan, dan menjelaskan bermacam-macam pemarkah jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal;
(c) mengamati, memerikan, dan menjelaskan kendala konstruksi dan distribusi ungkapan yang berpengacuan ketunggalan dan kejamakan.

ABSTRACT
Concepts of numbers are classified as a semantic category, likewise sex, modality, aspectuality and temporality, each of which can be paired with the grammatical category of numeral, gender, mood, aspect, and of tense. Such a concept is formulated in one's mind as being one or singular and being more than one or plural about entities, conditions, and phenomena in a real or imagined world.
The act of expressing the concepts of number in Sundanese concerns mainly with semantic issues, namely references, whereas it has to be observed at the levels of morphology and syntax. From semantic points of view, various referring expressions endowed in the concepts for singularity and plurality are thoroughly analysed in this study. From morphological and syntactical points of view, an analysis is conducted with the focus on the process of marking, forming, and distributing expressions of the concepts for singalurity and plurality. Besides, certain expressions are analysed with some considerations on the aspects of pragmatic, namely those interconnecting a language system and a language use (Kridalaksana et at. 1985:6; Verhaar 1996:14; Livinson 1997:9), and those concerning the speaker, hearer, setting, and time of producing an expression of the concept of number (Brown and Yule 1996:27).
2. Research Objectives
In line with the background stated earlier, the research study aims to
(a) observe, describe, and explain various references shown by the expressions of the concepts for singularity and plurality;
(b) observe, describe, and explain various markers of number, both lexically and grammatically;
(c) observe, describe, and explain the constraints on the formation and distribution of referring expressions of singularity and plurality.
"
2000
D39
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin
"Perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya disertai kesepakatan dunia tentang pasar bebas (free market) menuntut dunia jasa konstruksi nasional untuk selalu servive dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Oleh karna itu, dunia jasa konstruksi harus dapat mengembangkan perannya dalam pembangunan nasional melalui peningkatan keandalan kualitas yang didukung oleh struktur usaha yang kokoh dan mampu mewujudkan pehaksanaan konstruksi secara efektif dan etisien, seperti yang diamanatkan Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999. Kesulitan utama sektor jasa konstruksi nasional dalam memunculkan keandalan kualitas yang bertumpu pada efektif dan eisien terletak pada budaya ekonomi biaya tinggi, berupa praktek-praktek korupsi konstruksi. Dimana praktek korupsi konstruksi pada tahap pelelangan dapat diukur dari kebiasaan para kontraktor dalam menggunakan strategi guna memenangkan lelang serta besaran markup yang biasa digunakan dalam pengajuan penawaran.
Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap para wakil kontraktor (key person) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan Seminar Nasional sekitar Ekonomi Biaya Tinggi pada Proyek Konstruksi. Faktor-faktor berpengaruh yang didapat dari hasil wawancara dan seminar tersebut dibuat pertanyaan yang dikemas dalam bentuk kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada para kontraktor di DIY dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif analitik dengan menggunakan uji statistik non parametxik (Chi-Kuadrat dan Uji Konkordansi Kendali).
Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi yang paling sering dilaksanakan para kontraktor di DIY dan sangat berpengaruh terhadap dimenangkannya lelang oleh kontraktor termasuk kedalam strategi persekongkolan (bid-rigging strategic), yaitu strategi lobi kepada panitia lelang/ pimpinan proyek, strategi komitmen fee dan strategi dengan menggunakan beberapa bendera. Sedangkan besaran markup yang biasa digunakan dalam pengajuan penawaran berkisar antara 10 - 15% (diluar keuntungan dan overhead perusahaan), dan besaran markup tersebut dialokasikan kepada panitia lelang, pimpinan proyek, dan kepala dinas terkait dengan masing-masing sebesar 3-5%. Adapun faktor yang berpengaruh terjadinya hal tersebut (ekonomi biaya tinggi) adalah faktor individu pelaku, organisasi, dan faktor masyarakat. Faktor individu pelaku berupa sifat tamak dan gaya hidup konsumtif. Sedangkan faktor organisasi berupa kurang adanya keteladan dari pimpinan, dan faktor rnasyarakat berupa nilai-nilai yang berlaku di masyarakat cenderung mendukung, serta masyarakat kurang menyadari bahwa yang paling dirugikan adalah masyarakat sendiri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T10954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
Jakarta : Akademika Pressindo, 1999
449.221 ZAE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1987
499.221 ZAE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa, 1993
449.221 ZAE c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>