Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanto
"Penelitian ini meneliti tentang motivasi kerja pegawai di lingkungan Biro Persidangan Sekretariat Jenderal DPR-RI, maupun kinerja pegawai itu sendiri antara lain berupa pelayanan kegiatan persidangan di DPR-RI. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambarang tentang motivasi kerja pegawai di lingkungan Biro Persidangan, selaku tempat diadakannya penelitian tersebut.
Selain itu hal yang pokok dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara variabel motivasi kerja pegawai terhadap variabel kualitas pelayanan kegiatan persidangan di Biro Persidangan Sekretariat Jenderal DPR-RI.
Kerangka teori yang dipergunakan untuk mendukung penelitian ini adalah teori tentang motivasi, meliputi pengertian-pengertian tentang motivasi, teori yang digunakan yang sesuai dengan permasalahan dan teori tentang pelayanan.
Prinsip-prinsip pelayanan juga diuraikan dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan. Selanjutnya dalam peneiitian ini juga mencari hubungan antara kedua teori tersebut untuk dijadikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adaiah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para pegawai di Iingkungan Biro Persidangan Sekretariat Jenderal DPR-Rl, maupun para Anggota DPR-RI. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 139 orang, dan sampel yang diambil adalah 58 orang.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mempergunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Sedangkan teknis analisis data yang dipergunakan adalah teknik deskriptif korelasional. yang dibantu dengan tabel, gambar, dan grafik. Analisis korelasi data diolah dengan bantuan komputer.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai di lingkungan Biro Persidangan Sekretariat Jenderal DPR-Rl cenderung dalam posisi sedang, kualitas pelayanan kegiatan persidangan juga dalam posisi sedang. Kemudian antara motivasi kerja pegawai dengan kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan. Kontribusi motivasi kerja terhadap kualitas pelayanan menunjukkan skor 17%, dengan demikian dapat diartikan bahwa meningkatnya motivasi kerja akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kegiatan persidangan, atau sebaliknya menurunnya motivasi kerja akan membawa dampak menurunnya kualitas pelayanan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
"Tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasi menurut ARB 51 adalah untuk menyajikan, terutama untuk kepentingan pemegang saham dan kreditur perusahaan induk, basil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anak yang dimilikinya seolah-olah mereka nterupakan suatu perusahaan tunggal dengan satu atau lebih cabang atau divisi. Justifikasi untuk melakukan konsolidasi adalah asumsi bahwa laporan konsolidasi lebih berarti bagi pemakai laporan keuangan daripada laporan keuangan terpisah dan laporan keuangan konsolidasi merupakan suatu penyajian yang fair apabila perusahaan secara langsung maupun tidak langsung memiliki "controlling financial interest" terhadap perusahaan lain. Kriteria konsolidasi pada umumnya adalah kontrol perusahaan induk atas perusahaan anak yang ditunjukkan dengan kepemilikan mayoritas saham perusahaan anak (de jure control). Namun demikian banyak negara seperti Kanada, Inggris, Australia, maupun IAS (International Accounting Standards) memperluas kriteria konsolidasi menjadi kontrol semata-mata walaupun kepemilikan mayoritas tidak tercapai (de facto control). ITU dikarenakan banyak akuntan yang merasa bahwa konsep kontrol harus diperluas untuk memasukkan tidak hanya pandangan tradisional mengenai de jure control, tetapi juga de facto control. Kriteria konsolidasi yaitu de jure control dan de facto control menimbulkan 3 konsep konsolidasi, yaitu parent company concept, economic unit concept, dan proportionate consolidation concept, serta 1 konsep turunan dan parent company dan economic unit concept, yaitu contemporary concept. Konsep-konsep konsolidasi yang ada akhimya menimbulkan perbedaan dalam penyajian laporan keuangan konsolidasi jika kepemilikan dalam perusahaan anak tidak 100%. Konsep-konsep ini akan menghasilkan penyajian yang sama apabila kepemilikan perusahaan anak oleh perusahaan induk 100%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
"Tugas Akhir ini adalah membuat suatu rancangan alat pengolah air yang mengandung kekeruhan, khususnya dengan metode hidraulik. Pada penelitian ini perancangan model alatnya dibuat berdasarkan tinjauan pustaka, dimana konsep rancangannya menggunakan prinsip-prinsip dari perilaku hidraulik yaitu memanfaatkan efek-efek laminaritas dan turbulensi aliran sebagai mekanisme kerja unit pengolah kekeruhan.
Hukum-hukum hidraulika yang dimanfaatkan adalah :
  1. Aliran air dalam pipa spiral sebagai pengaduk cepat hidraulik, tujuannya adalah agar terjadi pencampuran antara larutan kimia dengan air baku, karenanya pada unit ini kondisi aliran harus turbulen sehingga destabilisasi, netralisasi dan sweep coagulation dapat berlangsung.
  2. Sludge blanket sebagai pengaduk hidraulik, yaitu memanfaatkan friction flok-flok alum sebagai pengaduk hidraulik.
  3. Pengaruh aliran lapisan-lapisan (laminae) miring sebagai mekanisme pengendapan partikel. Prinsip kerja dari unit ini, adalah di dapatkannya aliran yang tenang (laminar) melalui pengupayaan pengaliran terhadap lapisan-lapisan (laminae) sehingga pengaruh viskositas menjadi dominan dan cenderung meredam energi turbulensi.
Rancangan unit pengolahnya meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan unit filter. Perancangannya didasarkan pada asumsi, batasan dan lingkup bahasan, serta kriteria desain tertentu dari kajian literatur.
Hasil pengujian model alat dengan menggunakan variasi kekeruhan yang berbeda-beda yaitu 83, 110, 140, 168 dan 195 NTU , telah memberikan suatu data yang mengambarkan kemampuan kerja alat sebagai berikut: Prosentase penyisihan kekeruhan antara 94,28 % s/d 97,35 % sedangkan presentase penyisihan suspended solid antara 96,71 % s/d 98,91 %. Kekeruhan outlet olahan antara 3,7 NTU s/d 5,3 NTU, sedangkan untuk suspended solid olahnya antara 8 mg/l s/d 15 mg/l. Secara umum parameter olahan outlet alat berada dibawah batas maksimum yang diperbolehkan bagi peruntukan sebagai air bersih menurut peruturan Menteri kesehatan No. 416/MENKES/PER/DU 1990."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
"ABSTRAK
Efisiensi kerja sebuah ejector dipengaruhi oleh geometri perancangannya, dimana salah satunya adalah pemilihan diameter driving nozzle (d). Diameter driving nozzle biasanya digunakan sebagai perbandingan dengan diameter mixing chamber (D). Hasil kerja yang optimal bagi jet pump, nilai d yang diizinkan berkisar antara 0,14D sampai dengan 0,9D.
Pada penulisan ini akan dibahas mengenai perbandingan efisiensi air siphon untuk harga perbandingan d/D sebesar 0,27 dan 0,33 dengan air sebagai fluida suction. Pengambilan data dalam percobaan dilakukan dengan tekanan masuk pada nosel (Pj) divariasikan antara 0.4 Kg/cm2 hingga 3 kg/cm2 dengan setiap kenaikan sebesar 0,2 kg/cm2.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa efisiensi air siphon dengan d/D =
0,27 menunjukkan hasil yang lebih baik daripada air siphon dengan d/D = 0,33 pada kondisi operasi yang sama.

"
2000
S37216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto
"[ABSTRAK
Pendahuluan: Tatalaksana osteomielitis dengan debridement, guttering, pemberian antibiotika sistemik sering tidak mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan antibiotik tidak dapat mencapai lokasi infeksi dengan baik. Cara lain dengan pemberian antibiotik lokal untuk mencapai lokasi infeksi dalam bentuk beads dinilai tidak efektif karena memerlukan 2 kali operasi. Kombinasi antibiotik lokal dengan scaffolding berupa hidroxyapatite (HA) porous yang dapat diserap dan pembawa antibiotik belum pernah diteliti.
Metode penelitian: Dilakukan uji pre test post test kelompok kontrol pada model kelinci osteomielitis. Sepuluh ekor kelinci New Zealand digunakan dengan berat 2.500-3500 gr yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (n=5). Dilakukan penyuntikan bakteri
pada tulang tibia kelinci, setelah terbentuk model osteomielitis kemudian dilakukan perlakuan. Untuk kelompok kontrol dilakukan debridement dan diberikan injeksi antibiotik ceftriaxon selama 4 minggu dan kelompok perlakuan dilakukan debridement, diberikan kombinasi HA dan Gentamisin serta injeksi antibiotik ceftriaxon selama 4 minggu. Setelahnya dilakukan penilaian klinis, x- ray, kultur dan histopatologis.
Temuan dan Diskusi: Secara radiologis ditemukan perbaikan skor penebalan kortek tibia pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol (p=0.48), begitu juga pada Histopatological osteomyelitis evaluation score (p=0,009). Secara klinis terdapat perbaikan skor pembengkakan pada semua (n=5) kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,053). Sementara pada penilaian kultur tidak ditemukan perbedaan bermakna antar kedua kelompok (p=1,00)
Kesimpulan: Kombinasi Hydroxyapaptite porous dan gentamisin sebagai antibiotik lokal pada pengobatan model osteomielitis tibia kelinci memberikan perbaikan skor radiologis, histopatologis dan perbaikan klinis dibanding dengan prosedur standar pengobatan oseomielitis kronis yang sudah ada.

ABSTRACT
Introduction. Treatment of osteomyelitis with debridement, guttering, systemic antibiotics often do not achieve satisfactory results due to the antibiotic can not reach the infection site. Another way of local antibiotic delivery to reach the site of infection in the form of beads is considered ineffective because it requires two separate surgeries. Local antibiotic combined with scaffold in the form of porous hidroxyapatite that can be absorbed and antibiotics cariere have not been studied.
Methods. We conducted pretest and posttest control group in a rabbit model of osteomyelitis. Ten rabbits divided in control group and the treatment group (n=5). We injected Staphylococcus aureus in the rabbit tibia, forming the osteomyelitis model, and then performed treatment for osteomyelitis. In the control group, we performed debridement and gave ceftriaxone injection for 4 weeks. Whereas in the treatment group, we add the combination of porous hidroxyapatite and Gentamicin. Afterwards, we did clinical assessment, x-ray, culture, and histopathology.
Results and discussion. Radiologically, tibia cortical thickening scores improved in the treatment group compared to the control group (p=0.48) as well as histopatological osteomyelitis evaluation score (p=0,009). Clinically, there were improvements in the swelling scores (n=5) of the treatment group compared to control group, but no significant statistically (p=0.053). In culture, there were no significant difference between the two groups (p=1.00).
Conclusion. Combination of porous hydroxyapaptite and gentamycin as a local treatment of osteomyelitis of the rabbit tibial osteomyelitis models improved radiological and histopathological scores and also clinically compared to existing standard treatment procedures for chronic osteomyelitis., Introduction. Treatment of osteomyelitis with debridement, guttering, systemic antibiotics often do not achieve satisfactory results due to the antibiotic can not reach the infection site. Another way of local antibiotic delivery to reach the site of infection in the form of beads is considered ineffective because it requires two separate surgeries. Local antibiotic combined with scaffold in the form of porous hidroxyapatite that can be absorbed and antibiotics cariere have not been studied.
Methods. We conducted pretest and posttest control group in a rabbit model of osteomyelitis. Ten rabbits divided in control group and the treatment group (n=5). We injected Staphylococcus aureus in the rabbit tibia, forming the osteomyelitis model, and then performed treatment for osteomyelitis. In the control group, we performed debridement and gave ceftriaxone injection for 4 weeks. Whereas in the treatment group, we add the combination of porous hidroxyapatite and Gentamicin. Afterwards, we did clinical assessment, x-ray, culture, and histopathology.
Results and discussion. Radiologically, tibia cortical thickening scores improved in the treatment group compared to the control group (p=0.48) as well as histopatological osteomyelitis evaluation score (p=0,009). Clinically, there were improvements in the swelling scores (n=5) of the treatment group compared to control group, but no significant statistically (p=0.053). In culture, there were no significant difference between the two groups (p=1.00).
Conclusion. Combination of porous hydroxyapaptite and gentamycin as a local treatment of osteomyelitis of the rabbit tibial osteomyelitis models improved radiological and histopathological scores and also clinically compared to existing standard treatment procedures for chronic osteomyelitis.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Yanto
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan agro industri menuntut peningkatan produksi pertanian yang semakin tinggi, padahal lahan pertanian yang subur semakin menyusut untuk berbagai kepentingan pembangunan non pertanian. Oleh karena itu pengembangan pertanian semakin mengarah kepada lahan-lahan marjinal (khususnya di luar Pulau Jawa), seperti lahan rawa pasang surut dan lebak.
Sebagai wilayah potensial pengembangan pertanian, peranan lahan rawa pasang surut sebagai sumberdaya akan semakin strategic, tidak hanya untuk menyangga produksi pangan nasional, industri pedesaan dan pengembangan wilayah, tetapi secara khusus pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut terutama dikaitkan dengan program transmigrasi yang diarahkan untuk peningkatan produksi pertanian, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Salah satu program pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemrrintah Daerah Tingkat I Lampung, yaitu pendayagunaan sumberdya rawa dengan rata reklamasi di daerah Rawa Mesuji Tulang Bawang (Rawa Jitu), Lampung Utara. Kebijaksanaan pembangunan Rawa Jitu mencakup beberapa aspek, antara lain: (1) kebijaksanaanreklamasi area seluas ± 20.000 hektar dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pengembangan wilayah pertanian; (2) kebijaksanaan transmigrasi lokal (pemukiman kembali penduduk) eks perambah hutan dengan sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan dukungan pembangunan sarana dan prasaranafisik, prasarana sosial, ekonomi dan kelembagaan . Pada satu sisi program ini mencakup aspek peningkatan produktivitas lahan, peningkatan pendapatan dan kesejahterean petani secara layak dan berkesinambungan. Namun pada sisi lain program pengembangan wilayah pertanian yang terkait dengan program translok juga akan berdampak pada lingkungan fisik, biologi, serta sosial ekonomi dan budaya
Untuk melihat keragaan akhir dari program pengembangan wilayah pertanian tersebut, maka secara khusus dilakukan penelitian yang pengkajiannya meliputi aspek: (1) pengembangan wilayah pertanian Rawa Jitu; (2) dampak terbadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya, khususnya tingkat kesejahteraan petani; serta (3) analisis aspek pengembangan wilayah. Secara khusus dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian, antara lain:
1. Bagaimanakah tahapan dan proses pengembangan wilayah pertanian di Rawa
2. Bagaimanakab kondisi lingkungan di daerah Rawa Jitu yang menyangkut aspek fisik, biologi, geologi dan sosial ekonomi;
3. Bagaimanakah keragaan akhir beberapa indikator kunci sosial ekonomi dan budaya petani, seperti: kependudukan agro ekosistem, tingkat kesejahteraan (tingkat kemiskinan, distribusi pendapatan, struktur pengeluaran rumah tangga); pola hubungan sosial dan kondisi kesehatan masyarakat; serta
4. Bagaimanakah bentuk hubungan antara tingkat pendapatan dengan beberapa variabel produksi, seperti: (a) luas riil lahan garapan; (b) jumlah biaya tunas untuk input produksi, (a) jumlah alokasi tanaga kerja; (d) jumlah biaya tunai untuk tenaga kerja luar keluarga; (e) tingkat pendidikan; (f) pengalaman bertani
Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus di wilayah eks proyek reklamasi Rawa Jitu IV, dengan mengambil daerah eks Satuan Pemukiman. (SP-2 dan SP-3) sebagai daerah studi. Unit sampel yang menjadi obyek penelitian adalah rumah tangga petani eks peserta translok. Untuk itu diambil sebanyak 100 rumah tangga petani (lebih kurang 10 % dari total rumah tangga yang ditempatkan di kedua daerah penelitian), dengan metode acak sederbana. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang dihimpun dengan Teknik Triangulasi (prosedur yang menggunakan beberapa metode secara indepanden? yaitu kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan). Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif, menggunakan fasilitas program komputer SPSS for Window.
Rawa Jitu terbentuk di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Mesuji dan Sungai Tuang Bawang yang dipengaruhi aktivitas pasang surut Laut Jawa. Daerah ini merupakan rawa belakang (back swamps), semula merupakan kawasan hutan konversi dengan ekosistem hutan rawa yang kaya akan berbagai jenis flora dan fauna. Pengembangan wilayah pertanian dilakukan dengan pembangunan. saluran drainase yang berfungsi ganda, yaitu: (1) sebagai pembuang kelebihan air dan menurunkan kadar konsentrasi garam-garam yang terakumulasi dalam tanah melalui proses pencucian; (2) sebagai sarana transportasi air (saluran navigasi).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpullkau beberapa hal sebagai berikut:
1. Melalui program transmigrasi lokal, masing-masing rumahtangga petani mendapat alokasi lahan rata-rata seluas 1,904 hektar (berupa lahan pekarangan, lahan usaha-I dan lahan usaha II); perumahan serta fasilitas umum dan fasilitas social untuk mendukung tercapainya kesejahteraan petani Tingkat produktivitas lahan yang dicapai masih relatif rendah, yaitu rata-rata 2,587 ton per ha untuk tanaman padi dan 4,305 ton per ha untuk tanaman jagung.
2. Pengembangan wilayah pertanian Rawa Jitu, secara umum memberikan dampak terbadap kesejahteraan petani, yang dapat terlihat dari keragaan beberapa indikator: (a) Tingkat pendapatan per kapita per tahun telah mencapai rata-rata Rp. 366.523; (b) Dikaitkan dengan kriteria tingkat kemiskinan Sayogyo (1977) dan kriteria berdasadran SK Menteri Transmigrasi Nomor 269/Men/1984, ternyata pendapatan tersebut telah berada di atas garis kemiskinan atau setara dengan 458,15 kg beras berdasarkan harga setempat; (e) Berdasarkan distribusi pendapatan terlihat bahwa Gird Ratio untuk wilayah Rawa Jitu adalah 0,21 yang berarti penyebaran pendapatan di kalangan petani relatif merata; (d) Demikian juga halnya jika digunakan kriteria dari Bank Dunia, ternyata 40 % kelompok petani berpendapatan rendah ternyata telah menerima 26,11 % bagian pendapatan ; (e) Dari sisi pengeluaran per kapita per bulan, di daerah Rawa Jitu telah mencapai rata-rata Rp. 42.914 yang berarti telah berada di atas rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Lampung, yaitu Rp. 18.244,- dan angka Good Service Ratio 2,97;
3. Setelah bermukim lebih kurang 7 tahun masing-masing rumah tangga petani memiliki kekayaan rata-rafa Rp. Rp. 482.260; dan luas rumah tempat tinggal mencapai 42,13 m2 dan luas ruang per orang 8,425 m2. Kondisi tersebut ternyata belum memenuhi standar perumahan yang ditetapkan Departemen PU, yaitu 50 m2 atau konsumsi ruang rata-rata 10 m2 per kapita;
4. Pengembangan wilayah pertanian disamping memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani, juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yang dapat diidentifikasi, antara lain: Dampak fisik dan Biologi berupa: (a) kondisi tanah; (b) kondisi hidrologi; (c) hama tanaman dan tumbuhan pengganggu; (d) sumberdaya energi konvensional; (e) habitat satwa liar. Dampak Sosial Ekonomi Budaya, berupa: (a) keanekaragaman masyarakat; (b) kesehatan masyarakat; (e) sistem transportasi; (d) ketenagakerjaan
5. Secara khusus petani akan melakukan adaptasi social budaya, di daerah pemukimannya yang baru. Dalam perkembangan tahap lanjut terdapat beberapa bentuk kelembagaan hubungan kerja pertanian dan kelembagaan Penguasaan lahan, sebagai respon petani terhadap kendala-kendala fisik dan sosial ekonomi di daerah Rawa Jitu. Bentuk-bentuk hubungan kerja pertanian tersebut antara lain: (a) upah borongan; (b) upah harian; (c) sistem derepan; (d) giliran kerja atau tukar tenaga. Sedang kelembagaan penguasaan tanah yang berkembang antara lain: (a) sistem penyakapan; (b) sistem sewa dan sistem gadai;
6. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa pendapatan petani di daerah Rawa Jitu dipengaruhi oleh beberapa peubah, antara lain: (a) Luas rill lahan garapan; (b) total input produksi; (c) alokasi tenaga kerja; (d) biaya tunai yang dikeluarkan untuk tanaga kerja luar keluarga; (e) tingkat pendidikan dan (f) pengalaman berusahatani. Hal ini ditunjukkan oleh F hitung = 607,64 yang lebih besar dari F tabel = 3,60. Berdasarkan nilai R2 = 0,97 dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani memang dipengaruhi oleh peubah-peubahnya.
Disarankan dalam menyusun strategi pembangunan Rawa Jitu pada tahap lanjut, hendaknya mempertimbangkan aspek peningkatan produksi pertanian, penyebaran fasilitas pelayanan, rencana pemekaran wilayah dan peningkatan kualitas hidup serta pelestarian lingkungan (perlindungan terhadap habitat tumbuhan dan satwa langka yang masih tersisa).
Daftar Kepustakaan : 64 (1979 -1996)

ABSTRACT
Increased of population and development of agro-industry rewire improvement of agricultural products, while the fertile land has been becoming limited for non agricultural development Therefore, the agricultural development tends to move to less fertile area (marginal land) outside Java, such as tidal swamp area and backs-swamp.
The role of tidal swamp area is very potential not only for supporting national food productions, rural industry, and regional development, but also in linking with transmigration program for agricultural production, income improvement, and farmers welfare.
One of agricultural development has been underway by the Government of Lampung Province is the use of swamp resource through reclamation in Mesuji Tulang Bawang (Rawa Jitu), North Lampung. The policy development is Rawa Jitu included such several as: (1) policy of swamp reclamation in the area of + 20,000 hectare with objectives to increase land production and regional development, (2) policy of local transmigration/translok (resettlement) for former forest squatter with the goals to improve farmer welfare, supported by physical infrastructure, social, economic, and institutional facilities. On one aspect, this program covers aspect of sustainable improvement of land productivity, income, and farmer welfare. On the other hand, this program could alter physical, biological, socio-economic and cultural environments.
In order to evaluate the present performance, this research intends to investigate aspects, such as: (1) agricultural area development of Rawa Jitu, (2) the development impacts on socio-economic and culture, especially on level of fume's welfare, and (3) analysis of regional development
More specifically, the research formulates the problems as followed:
1. how the steps and processes of regional development in Rawa Jitu were developed
2. how the initial condition of physical, biological, geological, and socio-economic environment existed
3. how does the present performance of key economic indicators such as: demography, agro ecosystem, welfare conditions (poverty level, income distribution, structure of household expenditures), and pattern of community social relationship, health status; and
4. how does the relationship between income level and factors such as: (a) size of land holding, (b) input production costs, (c) labor allocation, (d) costs for non family labor, (e) education level, and (f) farming experiences.
This research used case study of ex reclamation project of Rawa Jitu IV. Location of study was in Units of Settlement (SP-2 and SP-3). This research employed household sample of formers translok participants. The research randomly selected 1 00 households (approximately 10% of the total population in the area). Data being collected included primary and secondary data using triangulation method (method which used several separate techniques, e.g. questionnaire, interview, observation, and library study). Data analysis was using qualitative and quantitative approach helped by SPSS computer program.
Rawa Jitu was formed by two big rivers, i.e.: Mesuji and Tulang Bawang rivers. This area is constantly influenced by tidal activities of Java sea. This area formerly was conversion forest, with swamp ecosystem rich with flora and fauna The agricultural area development was underway by making drainage canals which have multiple functions for (1) spill way of excessive water and reducing salt concentration which was accumulated in the soil through leaching processes, and (2) water transportation facilities (navigation canals).
The research concluded the followings:
1. On average each translok family received 1.904 ha of land which consisted of house yard, farm land-I, and farm land-II); housing and public facilities to support farmers welfare. Land productivity was relatively low, ie.: 2.587 ton paddy per hectare, and 4.305 ton per hectare of corn;
2. The agricultural area development of Rawa Jitu has given positive impacts on farmers welfare given the following indicators: (a) average annual per capita income was Rp366,523; (b) considering Sajogjo's (1977) poverty criteria and Ministry of Transmigration. decision No. 269/Men11984, that income was well above the poverty line which was 458.15 kg equal rice; (c) gini ratio index was 0.21 which indicated that the income distribution was relatively equal; (d) using World Bank criteria, it was showed that 40% of low income farmer group received 26.11% of total income; (e) using expenditure approach, the monthly expenditure was Rp42,914, well above Lampung expenditure average, i.e.: Rp18.244, and Good Services Ratio was 2.97;
3. After settling for 7 years, each household family has asset of Rp482,260 and the size of house yard was 42.13 m2 per family or 8.425 m2 per person. These conditions have not meet with that Public Works Department criteria, Le.: 50 m2 per family and 10 m2 per capita;
4. Agricultural area development not only provide positive impacts on farmers' welfare, but also causing negative impacts on the environment: (A) physical and biological impacts, such as: (a) soil conditions, (b) hydrological conditions, (c) pest and weeds, (d) conventional energy resources, (e) wild habitat (B) socio, economic, and culture, such as: (a) social gap, (6) community health, (c) transportation system, (d) employment;
5. In particular, farmers will make socio and economic adjustment as a response to physical and economic constraints in Rawa Jitu. In further development, there has been established types of institutional working relationship in agriculture (contract system, waging system, derepaiz system, and work shifting) and land tenure (land tenancy, land rent, pawning system)
6. Analysis of multiple linear regression suggested that all factors have significantly influenced to the farmers income. This was shown by F test =607.64 bigger F table = 3.60. The value of R2 = 0.97 which indicated that all independent variables have clearly explained the dependent variable.
The study concluded that in formulating the future ofRawa TJtu., the Government ofLampung Province should consider the improvement of agricultural production, distribution of public services, planning of area development, improvement of quality of life, and environmental sustainability.
E. Refrences : 60 (1979 -1996)
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asnawi Yanto
"Terdapat dua macam perubahan faali yang terjadi dalam tu buh selama gerak badan. Pertama, perubahan faali yang terjadi akibat kerja fisik (exercise) dan kedua, perubahan faali yang terjadi secara bertahap dalam tubuh akibat latihan fisik (training) yang teratur. Beberapa peneliti melaporkan selama kerja fisik terjadi peningkatan kadar elektrolit serum, sedangkan latihan fisik dapat menyebabkan turunnya kadar elektrolit serum.
Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya pengaruh ker ja fisik dengan beban maksimal dan latihan fisik yang teratur selama 6 minggu terhadap kadar elektrolit serum, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan data yang bermanfaat dalam menentukan apakah perlu penambahan air atau elektrolit sesudah kerja fisik dan latihan fisik.
Telah dilakukan penelitian terhadap 10 atlit balap sepeda dari Pelatda DKI Jaya mengenai kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida, kalsium dan magnesium) yang dilakukan sebelum dan sesudah menjalani latihan fisik selama 6 minggu. Pemeriksaan kadar elektrolit serum baik sebelum maupun sesudah latihan fisik dilakukan masing-masing 4 kali, yaitu sebelum kerja fisik (menit ke 0), waktu melakukan kerja . fisik menggunakan ergosikel Monark dengan beban maksimal {150 watt) menit ke 5, saat kerja fisik maksimal dan waktu melakukan pemulihan aktif pada menit ke 20 sesudah kerja fisik maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kerja fisik dengan beban maksimal kadar natrium, kalium, korida, kalsium total dan magnesium total serum meningkat secara bermakna, se dangkan sesudah pemulihan aktif kadarnya menurun dan tidak berbeda lagi dengan kadar sebelum kerja fisik. Sesudah latihan fisik selama 6 minggu terjadi penurunan kadar semua elektrolit serum yang diperiksa, baik sebelum maupun sesudah latihan fisik menunjukkan pada perubahan kadar elektrolit serum yang hampir sama.
Melihat hasil pemeriksaan kadar elektrolit serum sesudah latihan fisik selama 6 minggu dan kurangnya ?intake? natrium, kalium, kalsium dan magnesium, penulis mengusulkan selama latihan fisik perlu penambahan air dan elektrolit terutama kalsium dan magnesium. Sedangkan sesudah kerja fisik dengan beban maksimal, tidak perlu penambahan air dan elektrolit.
untuk mengetahui apakah turunnya kadar elektrolit serum sesudah latihan fisik selama 6 minggu mengganggu peningkatan prestasi yang diharapkan, serta membuktikan kebenaran hipotesis turunnya kadar elektrolit serum karena kehilangan lewat keringat atau karena masuknya elektrolit ke dalam eritrosit dan sel otot yang sedang berkontraksi, penulis mengusulkan dilakukan penelitian lanjutan antara PKO Senayan dan Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM mengenal hal-hal tersebut. Di usulkan pula untuk melanjutkan penelitian serupa pada berbagai cabang olahraga yang lain untuk mengetahui apakah ada pola khusus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Yanto
"Akhir-akhir ini sering sekali terjadi banjir di daerah sekitar sungai Pesanggrahan. Banjir yang dialami oleh wilayah sekitar sungai Pesanggrahan merupakan imbas dari semakin banyaknya lahan yang tertutup oleh bangunan-bangunan baru yang tidak berlandaskan strategi dan perencanaan dari sistem drainase yang ada. Pada musim hujan debit air yang memasuki badan sungai menjadi lebih besar dan berakibat pada tidak mencukupinya kapasitas sungai.
Analisa dilakukan terhadap data-data hidrologi, tata guna lahan dan geometri serta data eksisting lokasi studi. Melalui analisa hidrologi diperoleh debit puncak banjir rencana, yang dilanjutkan dengan analisa hidrolika untuk mengecek kapasitas penampang sungai yang mampu melalukan debit banjir rencana tersebut. Pengolahan data selain dengan metode rasional juga dengan permodelan menggunakan software SMADA.
Dari hasil analisa didapat perhitungan dengan Program SMADA lebih besar daripada metode rasional dan kapasitas sungai tidak mampu menampung debit banjir rencana.

Recently floods happened in Pesanggrahan river and surrounding. The floods caused by the increasing covered land due to the unwell planned development and drainage system design. During raining season the water in high velocity and at the end get over flood in some places because the capacity of the river no longer able to convey the water.
The analysis is done using hydrology, land use and geometry data of the study area. The hydrology data is used to calculate the peak flow to examine the capacity of the river. The calculation is done by using the rational method and SMADA software.
The result shows the calculation SMADA software has greater value of the flow than the rational method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50559
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Yanto
"ABSTRAK
Skripsi ini berusaha membuktikan keberadaan suatu aliran sastra dalam sebuah novel, yaitu aliran sastra realisme sosialis. Dimulai dengan sejarah dan ciri-ciri aliran realisme sosialis dalam kesusastraan Rusia. Realisme sosialis sendiri merupakan sebuah aliran sastra yang melakukan pengejawantahan suatu kejadian maupun gejala yang terjadi di masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas bawah. Penggambaran masyarakat kelas bawah inilah yang banyak terungkap dalam setiap karya beraliran sastra ini. Kemunculan aliran sastra ini tidak terlepas dari pelopornya, yaitu Aleksander Maksimovich Peshkov atau lebih dikenal dengan nama Maksim Gor'ky. Biografi dari pelopor aliran realisme sosialis itu sendiri termaktub dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis mencoba menganalisis hubungan antara ideologi, politik, dan sastra di Soviet Rusia, karena kemunculan dan perkembangan aliran realisme sosialis inipun saling berkaitan dengan ketiga unsur tersebut. Pada bagian berikutnya pembuktian tersendiri ciri-ciri aliran sastra realisme sosialis dalam sebuah karya. Dalam hal ini penulis berusaha menganalisis karya dari Maksim Gorky sendiri yang berjudul Mat' (Ibunda). Analisis ciri-ciri aliran sastra realisme sosialis berdasarkan kepada terra, tokoh, latar, dan analisis realisme sosialis itu sendiri.

"
1996
S15094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novri Yanto
"Skripsi ini membahas salah satu proses pembentukan kata dalam bahasa Arab yaitu abreviasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif yang berasal dari sumber primer yaitu Al-Quran dan Hadits Arba'in, dan sumber sekunder yaitu buku-buku pembelajaran bahasa Arab yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bahasa Arab memiliki bentuk-bentuk abreviasi yang kompleks dan sebagiannya memiliki pola atau wazan tertentu. Selain itu, terdapat beberapa proses abreviasi yang dipengaruhi oleh unsur semantik dan pragmatik.

This final paper explores about one of processes towards word formation in Arabic which is called abbreviation. This research applied qualitative method, which is designed by descriptions from some primary sources such as Koran (Al-Quran) and the Forty Hadits (Hadits Arba'in); and also from some secondary sources such as Arabic tutorial books published by Institute of Islamic and Arabic Knowledge (LIPIA).
The results of this research conclude that Arabic has some complex abreviation forms, which half of it has its own paterns. Besides, the process of abbreviation in Arabic is influenced by semantic and pragmatic aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13374
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>