Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winny
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas latihan back exercise dan yoga terhadap intensitas nyeri, meningkatkan kekuatan otot trunk dan disabilitas fungsional. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas derajat I dengan nyeri punggung bawah mekanik kronik, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok back exercise dan yoga. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan dua kali seminggu selama enam minggu. Sebagai tambahan, kelompok back exercise mendapatkan latihan senam punggung dan kelompok yoga mengikuti kelas yoga yang dilakukan 45 menit per sesi, dua kali seminggu, selama enam minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa skala nyeri (Visual Analogue Scale), kekuatan otot fleksor dan ekstensor trunk yang diukur menggunakan handheld dynamometer dan disabilitas fungsional (Oswestry Disability Index). Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan intensitas nyeri, kekuatan otot trunk, dan disabilitas fungsional sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan intensitas nyeri, kekuatan otot trunk, dan disabilitas fungsional setelah intervensi diberikan selama enam minggu. Median selisih total penurunan VAS pada kelompok back exercise dan yoga masing-masing sebesar 2 (1-3) dan tidak didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,054. Rerata peningkatan kekuatan otot fleksor trunk pada kelompok back exercise dan yoga masing-masing sebesar 4.45±2.84 kg dan 5.91±2.20 kg dan tidak didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,139. Rerata peningkatan kekuatan otot ekstensor trunk pada kelompok back exercise dan yoga masing-masing sebesar 7.56±3.73 kg dan 7.06±3.97 kg dan tidak didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,520. Rerata perubahan skor ODI pada kelompok back exercise dan yoga masing-masing sebesar 4.64±4.11 dan 4.57±4.33 dan tidak didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,965. Dapat disimpulkan bahwa back exercise dan yoga memiliki efektivitas yang sama dalam menurunkan nyeri, meningkatkan kekuatan otot trunk dan mengurangi disabilitas fungsional pasien overweight dan obesitas derajat I dengan nyeri punggung bawah mekanik kronik. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas latihan back exercise dan yoga terhadap aktivitas otot trunk secara lebih spesifik menggunakan Surface Electromiography (sEMG) yang menggambarkan rekruitmen motor unit otot.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of back exercise and yoga exercises on pain intensity, increase trunk muscle strength and functional disability. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with chronic mechanical low back pain, which were divided into 2 groups: back exercise and yoga. All subjects from the two groups received standard training in the form of aerobic exercise with ergocycle in accordance with the procedures at the Obesity Polyclinic of the Department of Medical Rehabilitation at the RSCM Hospital, which was conducted 2x / week for 6 weeks. In addition, the back exercise group received back exercises and the yoga group attended a yoga class conducted 45 minutes / session, 2x / week, for 6 weeks. Statistical analysis was performed to compare changes in pain intensity (Visual Analogue Scale), trunk muscle strength (using handheld dynamometer), and functional disability (Oswestry Disability Index) after the intervention in the treatment and control groups. The results of the study stated that there were no differences in pain intensity, trunk muscle strength, and functional disability after the intervention was given for 6 weeks. The median difference in total VAS reduction in the back exercise and yoga groups was 2 (1-3) respectively and no significant difference was found with a value of p = 0.054. The mean increase in flexor trunk muscle strength in the back exercise and yoga groups was 4.45 ± 2.84 kg and 5.91 ± 2.20 kg, respectively, and no significant difference was found with a value of p = 0.139. The mean increase in extensor trunk muscle strength in the back exercise and yoga groups was 7.56 ± 3.73 kg and 7.06 ± 3.97 kg and no significant difference was found with the p value = 0.520. The mean changes in ODI scores in the back exercise and yoga groups were 4.64 ± 4.11 and 4.57 ± 4.33, respectively, and there were no significant differences with p = 0.965. It can be concluded that back exercise and yoga have the same effectiveness in reducing pain, increasing trunk muscle strength and reducing functional disability of overweight and obese patients with degree I with chronic mechanical low back pain. Further research is needed to assess the effectiveness of back exercise and yoga exercises on trunk muscle activity more specifically using Surface Electromiography (sEMG) which illustrates the recruitment of motor muscle units."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suwindere, Winny
"Protein sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Mutu protein ditentukan oleh kandungan asam aminonya, terutama asam amino esensiil. Umumnya protein hewani mengandung asam amino esensiil yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati.
Cacing tanah merupakan salah satu jenis hewan yang mempunyai potensi sebagai sumber protein bermutu tinggi yang belum banyak dimanfaatkan. kandungan protein cacing tanah berkisar 64-72% dari berat keringnya, lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan dan tepung daging serta memiliki kualitas yang lebih baik, karena mengandung asam amino esensiil yang tinggi dan lengkap (Gaddie & Douglas; Catalan).
Selain menghasilkan bahan baku makanan sumber protein hewani dan pupuk organik berkualitas tinggi, usaha budidaya cacing tanah membantu mengurangi timbulnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah organik (Catalan).
Penelitian eksperimental pada 60 ekor tikus putih jantan galur "Wistar" berumur 21 hari selama 9 minggu, yang dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing diberi makanan dengan campuran tepung cacing tanah dan tepung ikan berbeda. Kelompok R-0, diberi makanan basal (mengandung 12% tepung ikan) sebagai kontrol, kelompok R-1, diberi makanan percobaan 1 (mengandung 3% tepung cacing' tanah dan 9% tepung ikan), kelompok R-2, diberi makanan percobaan 2 (mengandung 6% tepung cacing tanah dan 6% tepung ikan), kelompok R-3 diberi makanan percobaan 3 (mengandung 9% tepung cacing tanah dan 3% tepung ikan) dan kelompok R-4 diberi makanan percobaan 4 (mengandung 12% tepung cacing. tanah). Secara keseluruhan, makanan percobaan dibuat dengan kadar protein yang sama, yaitu t 25%.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas 5 perlakuan yang diulang 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Sidik Ragam (Uji F) untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan, serta analisis signifikansi dengan metode Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui tingkat perbedaan di antara perlakuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan tepung cacing tanah 9% dan tepung ikan 3W dalam ransum dapat meningkatkan produktivitas tikus yang sangat bermakna. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan dan Nilai Nisbah Efisiensi Protein.
Sedangkan penggunaan tepung cacing tanah sebagai sumber protein hewani tunggal sebanyak 12% dalam makanan, mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan dan Nilai Nisbah Efisiensi Protein yang sangat bermakna, diduga adanya kekurangan atau / dan ketidak seimbangan Kalsium dan Fosfor.

The role of protein in body growth and development has been known. Its quality pointed by essential amino acids content. Generally, animal contain these proteins more complete than plant.
Earthworm starch is one of animals which is potential as grade A protein source but has not widely used. The content is 64-72% of its net weight, higher than fish starch or meat starch, and with better quality essential amino acids. Besides being raw material of high quality animal protein source, cultivation of earthworm diminishing environmental pollution by organic waste products.
Experimental study on 6O Wistar derived rats of male sex, age 21 days, has been done for 9 weeks; divided into 5 groups, each was feeded by different mix of earthworm starch and fish starch. R-O group got basal food of 12% fish starch as control, R-1 group had trial food 1 of 3k earthworm starch and 9W fish starch, R-2 group took trial food 2 (6% earthworm starch and 6% fish starch), R-3 group got trial food 3 (9$ earthworm starch and 3% fish starch) and R-4 group had trial food 4 contained 12% earthworm starch. As a whole, trial nutrition had the same (12%) protein content.
The experimental design reffered to complete randomized design, consists of 5 experiments repeated 4 times. Data collected was analyzed by random print method (F trial) to know how far was the treatment influence; and also significancy analysis with Duncan Double distance experiment to find out the difference in every treatment. The result show that composition of 9% earthworm starch and 3% fish starch in nutrition can enhancing rats productivity significantly as shown by the high growth and Protein efficiency ratio.
The utilization of earthworm starch as 12% single animal protein source in nutrition, lowering the growth and protein efficiency ratio significantly, may be of lacking or imbalance in Calcium and Phosphor concentration.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Winny
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi REBT dalam menangani perempuan yang mengalami kekerasan seksual dalam hubungan pacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain before-after within subject. Alat ukur Unconditional Self-Acceptance Questionnaire dan Hopkins Symptom Checklist-25 digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi. Pada akhir proses intervensi, empat partisipan perempuan yang mengikuti intervensi mengalami peningkatan tingkat self-acceptance dibanding sebelumnya. Mereka lebih menerima dan menghargai diri, mendapat pandangan baru terkait pengalaman kekerasan, serta memahami teknik-teknik yang aplikatif diterapkan untuk mengelola stres. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi REBT terbukti efektif untuk meningkatkan self-acceptance pada perempuan yang mengalami kekerasan seksual dalam hubungan pacaran.

ABSTRACT
This research aims to find out the effectivity of REBT in increasing self-acceptance for women who sexually abuse. The research was designed using one-group quasi experimental, before-after within subject. Unconditional Self-Acceptance Questionnaire and Hopkins Symptom Checklist-25 were used to measure the level of self-acceptance and psychological distress. This research found out the level of self-acceptance in all participants were increasing after intervention. The partisipants more able to unconditionally accept themselves, have more positive thoughts towards the past experience, and learn how to manage their stress."
2016
T46626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulangow, Indri Winny
"Nyeri merupakan masalah utama yang sering di alami oleh pasien kanker ginekologi yang berdampak pada berbagai aspek baik biopsikososio dan spiritual pasien, di laporkan ada 70 % pasien yang menderita kanker ginekologi, mengalami nyeri pada berbagai tingkat nyeri bahkan 33% pada pasien yang dinyatakan sembu. Meskipun tersedia agen farmakologis yang efektif dan pedoman manajemen nyeri berbasis bukti, nyeri kanker terus menjadi gejala yang menantang terkait dengan hambatan pengendalian nyeri yang berasal dari sikap terhadap pengendalian nyeri, sumber sistem, dan peraturan terkait ras, sosial dan ekonomi maupun hal yang berkaitan dengan kepercayaan atau keagamaan. Pendekatan manajemen yang efektif sangat di butuhkan dan terapi SEFT merupakan salah satu terapi non farmakologi yang di usulkan sebagai metode potensial untuk mengurangi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dalam manajemen nyeri pada pasien kanker ginekologi. Metode penelitian yang digunakan menggunakan desain RCT dengan rancangan parallel. Jumlah sampel sebanyak 48 partisipan yang diacak dengan blok randomisasi ke dalam 24 kelompok kontrol dan 24 kelompok intervensi. Penelitian yang di lakukan di RS R.D. Kandou Manado. Dengan memberikan terapi SET selama 15-20 menit pada kelompok intervensi dan pemberian leaflet pada kelompok kontrol. Pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEF mampu menurunkan skala nyeri pada pasien kanker ginekologi di bandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai P=0,000 (α<0,05). Penerapan terapi SEFT dapat menjadi acuan perawat onkologi dalam memberikan terapi non-farmakologi untuk menurunkan nyeri, stres serta meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien terutama pasien kanker ginekologi.

Pain is the main problem often experienced by gynecological cancer patients which has an impact on various aspects, both biopsychosocial and spiritual of the patient. It is reported that 70% of patients suffering from gynecological cancer experience pain at various levels of pain, even 33% of patients who are declared cured. Despite the availability of effective pharmacologic agents and evidence-based pain management guidelines, cancer pain continues to be a challenging symptom associated with barriers to pain control stemming from attitudes toward pain control, system resources, and racial, social and economic regulations and beliefs. or religious. An effective management approach is urgently needed and SEFT therapy is one of the non-pharmacological therapies proposed as a potential method for reducing pain. This study aims to identify the effectiveness of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy in pain management in gynecological cancer patients. The research method used was an RCT design with a parallel design. The total sample was 48 participants who were randomized by block randomization into 24 control groups and 24 intervention groups. Research conducted at R.D. Hospital. Kandou Manado. By providing SEFT therapy for 15-20 minutes in the intervention group and giving leaflets to the control group. Pain scale measurements using the Numeric Rating Scale were carried out for 5 days. The results showed that SEFT therapy was able to reduce the pain scale in gynecological cancer patients compared to the control group with a value of P=0.000 (α<0.05). The application of SEFT therapy can be a reference for oncology nurses in providing non-pharmacological therapy to reduce pain, stress and improve the spiritual well-being of patients, especially gynecological cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library