Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Ulul Azmi
"Telah dilakukan penelitian geolistrik dengan menggunakan konfigurasi elektroda dipole-dipole di daerah Cisoka pada tanggal 9 Oktober 2009. Ketersediaan air pada daerah penelitian cukup untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang ada seperti pertanian, terutama di musim kemarau. Didaerah penelitian didapatkan sebaran air dan material didalam permukaan tanah yang menurut peta geologi masuk dalam area Qa (Alluvium). Pemodelan didapatkan dengan cara akuisisi data dengan menggunakan metode Resistivity dipole-dipole, kemudian data tersebut diolah menggunakan software Res2Dinv. Data-data pendukung untuk penelitian ini adalah data Wenner-Schlumberger, data sumur, dan data geologi wilayah Cisoka. Hasil Pemodelan tanah terdeteksi dengan kedalaman 5 meter dari permukaan tanah dengan nilai resistivitas 2,11 ? 295 Ωm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29498
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Ulul Azmi
"Pipa penyalur panas bumi mengalami korosi yang disebabkan oleh ion atau senyawa yang terlarut dalam uap dan kondensat yang menjadi servisnya. Ion atau senyawa tersebut antara lain adalah karbondioksida, oksigen, amoniak, pH, dan khlorida. Prediksi pertumbuhan laju korosi pada pipa penyalur panas bumi perlu dilakukan untuk memberikan reliabilitas dan keamanan yang lebih baik. Untuk memperoleh prediksinya, dalam tesis ini dilakukan analisa multivariate menggunakan teknik regresi Nonlinier. Pengurangangan ketebalan pipa diambil sebagai variabel tak bebas dan konsentrasi ion atau senyawa penyebab korosi sebagai variabel bebas. Model yang dipakai untuk analisanya adalah Δy = κtv dimana Δy adalah kehilangan ketebalan, "t" waktu paparan, dan κ, v berturut-turut merupkan parameter korosi yang berkontribusi secara linier dan parameter korosi yang berkontribusi secara ekponensial. Data case study didapatkan dari rekaman operasi dan maintenance pipa penyalur panas bumi. Hasil analisa menunjukkan pipa penyalur mengalami pengurangan ketebalan yang signifikan yang disebabkan oleh khlorida dan pH. Khlorida dan pH merupakan parameter-parameter korosi yang berkontribusi linier.
Geothermal pipeline undergoes corrosion caused by ions or compounds dissolved in its service, steam and condensate. Ion or compound dissolved in the steam meanwhile carbon dioxide, oxygen, ammonia, pH, and chloride. Corrosion rate analysis is necessary to be conducted to provide corrosion rate prediction for reliabe and safe operation reference. To obtain the predictions, in this thesis, multivariate analysis was conducted using nonlinear regression techniques. Loss of thickness was taken as the dependent variable and the concentration of ions or compounds cause corrosion was taken as independent variables. The model used for analysis is Δy = κtv where Δy is the loss of thickness, "t" time exposure, κ and v are the corrosion proportionanilty and exponent parameters respectively. Case study was conducted on geothermal plant and the data was obtained from its operation and maintenance records. Results of analysis show that the pipeline have a positive impact in thickness loss caused by the chloride and pH. Chloride and pH are parameters that contribute linearly dan exponentially."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T29992
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Nuriza Ulul Azmi
"Inhibitor tirosinase merupakan senyawa yang dapat mengatur metabolisme melanin sehingga sering digunakan sebagai agen untuk mencegah hiperpigmentasi kulit dan agen pemutih pada produk kosmetik. Telah dilakukan pengujian penghambatan aktivitas tirosinase pada tanaman Cassia fistula. Cassia siamea dan C. fistula merupakan tanaman dari marga yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya aktivitas penghambatan tirosinase dan mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak dan fraksi teraktif dari daun johar (C. siamea Lamk.). Serbuk simplisia dimaserasi secara bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Ketiga ekstrak tersebut diuji aktivitas penghambatan tirosinase menggunakan plate reader melalui pengukuran pembentukan L-dopakrom pada 490 nm. Ekstrak teraktif yaitu ekstrak metanol difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dipercepat dan dilakukan pengujian aktivitas penghambatan tirosinase dari fraksi gabungan yang diperoleh. Selanjutnya diidentifikasi golongan senyawa kimia pada ekstrak dan fraksi teraktif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari ketiga ekstrak yang diuji, ekstrak metanol memiliki aktivitas penghambatan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 170,268 μg/mL dan mengandung senyawa fenol, flavonoid, saponin, dan glikon. Fraksi teraktif memiliki nilai IC50 sebesar 482,355 μg/mL dengan kandungan senyawa fenol, flavonoid, dan glikon. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki aktivitas penghambatan tirosinase paling tinggi dengan tipe penghambatan nonkompetitif.
Tyrosinase inhibitors are compounds that can regulate the metabolism of melanin so it is often used as an agent to prevent hyperpigmentation and skin whitening in cosmetic products. Have investigated tyrosinase inhibitory activity of Cassia fistula. Cassia siamea and C. fistula are the plants with the same genus. This study aims to investigated the inhibition of tyrosinase activity and identified chemical compounds in the most active extract and fraction of johar (C. siamea Lamk.) leaves. Crude drug powder was macerated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol. The three extracts were tested using the plate reader by evaluated the formation of L-dopachrome at 490 nm. The methanol extract was fractionated using vacuum column chromatography and the tyrosinase inhibitory activity assays were performed in the combined fractions. The chemical compounds identified in the most active extract and fraction. The results showed that methanol extract has the highest inhibitory activity with IC50 values 170.268 μg/mL and contains phenolic, flavonoid, saponin, and glycone. The most active fraction has IC50 value 482,355 μg/mL with the content of phenolic, flavonoid, and glycone. The results show that the methanol extract has the highest activity of tyrosinase inhibition by a noncompetitive type of inhibition."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45995
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nuriza Ulul Azmi
"Industri farmasi merupakan sarana untuk memproduksi sediaan farmasi yang memiliki berbagai fungsi yang berhubungan langsung dengan tubuh manusia untuk menunjang kesehatan manusia. Proses pembuatan yang dilakukan dalam industri farmasi harus disertai dengan pengawasan dan pemastian mutu. Setiap langkah pembuatan obat mulai dari pengadaan bahan awal hingga sampai ke tangan konsumen harus diatur sedemikian rupa agar obat yang dihasilkan bermutu, aman, dan berkhasiat. Salah satu cara untuk menjamin produksi obat yang bermutu, aman, dan efektif, adalah dengan menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). CPOB mencakup seluruh aspek-aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Terdapat 12 aspek pada pedoman CPOB 2012, yaitu manajemen mutu, personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak serta kualifikasi dan validasi. Apoteker sangat berperan penting dalam penerapan CPOB di industri farmasi. Industri faramsi harus memiliki minimal 3 orang Apoteker yang bertanggung jawab dalam bidang produksi, pemastian mutu (QA), dan pengawasan mutu (QC).
The Industrial pharmacy is a facility for producing the pharmaceutical products which have a variety of functions to support human health. The manufacturing process in the industrial pharmacy should be accompanied by quality control and quality assurance. Every step of the drug manufacturing, starting from raw materials procurement up to the hands of consumers should be arranged so that the resulting drug can be quality, safe, and efficacious. One way to ensure the quality, safety, and, effectifity of drugs is to implement the GMP (Good Manufacturing Practice). GMP covers all aspects of production and quality control that aims to ensure the quality of drugs in accordance with the requirements and intended use. There are 12 aspects of the GMP guidelines in Indonesia (CPOB 2012), such as quality management, personnel; buildings and facilities; equipments; sanitation and hygiene; production; quality control; self-inspection and quality audits; handling of complaints against the product, product recall and returns; documentations; manufacturing and analysis based on contract, qualification and validation. Pharmacists play an important role in the implementation of GMP. Industrial pharmacy must have at least 3 people Pharmacists who are responsible for the production, quality assurance (QA) and quality control (QC)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nuriza Ulul Azmi
"Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang bertujuan untuk dapat meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh faktor yang mencakup akses dan kualitas layanan kesehatan yang terus membaik. Apotek sebagai salah satu fasilitas layanan kesehatan adalah suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Apoteker harus berdasar pada standar pelayanan kefarmasian. Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut maka apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien di samping menerapkan keilmuannya di bidang farmasi.
Health development aims to improve the quality of public health. The success of health development is influenced by factors that include access to and quality of health care that continues to improve. Pharmacy as one of the health care facility is a place to do the work of pharmacy, distribution of pharmaceutical preparations and other medical supplies to the community. The function is as a place of apothecary devotion who have took the oath of office, and to perform compounding pharmacy, changing the form, mixing and delivery of drugs, pharmaceuticals distribution facilities that must deploy the necessary drugs are widely and equitably. In performing its duties, apothecary must be based on the standard of pharmacy services. At this time the pharmacy service orientation paradigm has shifted from drug services (drug oriented) into patient care (patient-oriented) with reference to the Pharmaceutical Care. Service activities originally only focused on medication management as commodities turn into a comprehensive range of services with the aim to improve the quality of life of patients. As a consequence of changes in the orientation, apothecary are required to always improve their knowledge and skills to be able to communicate with other health professionals actively, interacting directly with the patient in addition to apply their knowledge in the field of pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nuriza Ulul Azmi
"Kementerian Kesehatan dengan peranan pentingnya dalam pembangunan kesehatan berupaya agar seluruh fasilitas terkait kesehatan, mulai dari pelayanan, obat-obatan, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan yang memiliki standar dan mutu yang terjamin dapat tersalurkan kepada masyarakat dalam keadaan baik. Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung jawab merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dibagi menjadi empat direktorat, yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Bina produksi dan Distribusi Kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Apoteker sebagai tenaga kefarmasian perlu ikut berperan sebagai personil yang dapat memberikan pandangan dan masukan dalam merumuskan kebijakan dan penyusunan norma dalam pelayanan kesehatan, sehingga diharapkan regulasi yang dihasilkan dapat mencakup dan menjamin obat, perbekalan kesehatan, pelayanan kefarmasian, serta alat kesehatan memiliki mutu yang baik untuk diberikan kepada masyarakat.
Ministry of Health with the important role in health development seeks to ensure that all health-related facilities, starting from services, medicines, medical devices and medical supplies that have guaranteed quality standards, can be channeled to the public in good condition. The Ministry of Health through Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan has the responsibility in formulating and implementing policies and technical standardization in the field of coaching of pharmaceutical and medical devices. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan are divided into four directorates, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Bina produksi dan Distribusi Kefarmasian. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan has the tasks of preparing formulation and implementation of policies, preparation of norms, standards, procedures, and criteria, providing technical guidance and evaluation in production and distribution of medical devices and household health supplies. Pharmacists need to come into play as the personnel who can provide insight and input in policy formulation and preparation of the norm in health care, so that the resulting regulations are expected to be able to include and ensure medicines, medical supplies, pharmacy services, and medical devices has a good quality for provided to the public."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dewi Ulul Azmi
"Nanopartikel ZnO merupakan bahan logam oksida yang memiliki kemampuan fotokatalis. Dekorasi ZnO dengan nanopartikel plasmonik diharapkan dapat menimbulkan LSPR yang meningkatkan aktivitas fotokatalitik. Pada penelitian ini emas (Au) dan perak (Ag) dipilih untuk memodifikasi ZnO sebagai material yang memiliki efek plasmonik yang dapat peningkatan medan elektromagnetik yang kuat di dekat permukaan nanopartikel. Peningkatan ini menawarkan peluang untuk meningkatkan penyerapan cahaya dan meningkatkan pemisahan muatan dalam sistem fotokatalitik. Pada penelitian ini sintesis nanomaterial tersebut dilakukan melalui RLAL. Teknik laser ablasi yang digunakan memiliki keistimewaan berupa proses yang biocompatible dengan meminimalkan penggunaan bahan kimia, namun parameter sintesis tetap dapat dikontrol dengan baik. Nanopartikel yang dihasilkan lebih murni dan memiliki permukaan yang bersih. Parameter sintesis pada penelitian ini, energi laser divariasi untuk masing-masing jenis material plasmonik, sehingga mendapatkan energi laser maksimum berdasarkan nilai uji fotokatalitik tertinggi. Karakteristik nanokomposit yang terbentuk diuji dengan UV-Vis dan TEM. Hasil penelitian menunjukkan, energi laser meningkatkan optical density ZnO dan energi band gap. Nanopartikel ZnO hasil sintesis memiliki puncak absorbansi pada spektrum UV dengan energi bandgap 3,14 – 3,3 eV dengan ukuran partikel 45 ± 15 nm, nanokomposit ZnO-Au memiliki energi bandgap 3,0 – 3,3 eV dengan ukuran partikel 42 ± 16 nm (ZnO) dan 9 ± 13 nm (Au), dan nanokomposit ZnO-Ag memiliki energi bandgap 3,26 – 3,3 eV dengan ukuran partikel 43 ± 14 nm (ZnO) dan 8 ± 3 nm (Ag). Nanokomposit ZnO-Au memiliki keamampuan degradasi RhB pada cahaya tampak sebesar 72,39% dan sedangkan ZnO-Ag 67,30 %.
Zinc oxide (ZnO) nanoparticles are a metal oxide material with photocatalytic properties. Decoration of ZnO with plasmonic nanoparticles is expected to induce LSPR, which enhances photocatalytic activity. In this study, gold (Au) and silver (Ag) were chosen to modify ZnO as materials that have a plasmonic effect that can increase the strong electromagnetic field near the nanoparticle surface. This enhancement offers opportunities to improve light absorption and enhance charge separation in the photocatalytic system. In this study, the synthesis of these nanomaterials was carried out using RLA. The laser ablation technique used has the advantage of being a biocompatible process by minimizing the use of chemicals, but the synthesis parameters can still be well controlled. The resulting nanoparticles are purer and have a clean surface. The synthesis parameters in this study, laser energy was varied for each type of plasmonic material, to obtain the maximum laser energy based on the highest photocatalytic test value. The characteristics of the formed nanocomposites were tested with UV-Vis and TEM. The results showed that laser energy increases the optical density of ZnO and the band gap energy. The synthesized ZnO nanoparticles have an absorption peak in the UV spectrum with a band gap energy of 3.14 – 3.3 eV with a particle size of 45 ± 15 nm, ZnO-Au nanocomposites have a band gap energy of 3.0 – 3.3 eV with a particle size of 42 ± 16 nm (ZnO) and 9 ± 13 nm (Au), and ZnO-Ag nanocomposites have a band gap energy of 3.26 – 3.3 eV with a particle size of 43 ± 14 nm (ZnO) and 8 ± 3 nm (Au). ZnO-Au nanocomposites could degrade RhB under visible light by 72.39%, while ZnO-Ag is 67.30%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Fabrilian Ulul Azmi
"Tugas Karya Akhir ini membahas terkait Strategi Pencegahan Kejahatan Situasional yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam upaya mencegah dan menangani penggunaan faktur pajak fiktif dalam mekanisme pelaporan dan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai. Kerangka analisis yang digunakan dalam penulisan ini mengimplementasikan pendekatan pencegahan kejahatan situasional terhadap kejahatan kerah putih dengan menerapkan 4 indikator pencegahan yang diantaranya adalah indikator Increase the Effort, Increase the Risk, Reduce Rewards, dan Remove Excuses. Tugas Karya Akhir ini juga mengangkat sebuah kasus penerbitan dan penggunaan faktur pajak fiktif yang dilakukan oleh PT GSG untuk memperoleh keuntungan secara ilegal melalui mekanisme restitusi pajak yang merugikan negara. Berdasarkan hasil analisis, implementasi dari teknik pencegahan kejahatan situasional ini mengisyaratkan masih memiliki beberapa hambatan, khususnya melalui mekanisme PPN dan keterlibatan oknum otoritas perpajakan.
This Final Project discusses the Situational Crime Prevention Strategy implemented by the Directorate General of Taxes (DJP) in an effort to prevent and address the use of fictitious tax invoices in the reporting and payment mechanism of Value Added Tax. The analytical framework used in this writing applies a situational crime prevention approach to white-collar crime by utilizing four prevention indicators, including Increase the Effort, Increase the Risk, Reduce Rewards, and Remove Excuses. This Final Project also focuses on a case involving the issuance and use of fictitious tax invoices by PT GSG to illegally obtain profits through the tax restitution mechanism, which harms the state. Based on the analysis results, the implementation of situational crime prevention techniques indicates the presence of several obstacles, particularly within the VAT mechanism and the involvement of certain tax authorities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library