Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryadi
"Proses canai panas terdiri dari rangkaian proses, mulai dari pemanasan ulang, pengerolan, sampai pada pendinginan. Pengontrolan perubahan struktur mikro dan sifat mekanik sangat penting untuk menghasilkan proses dan sifat-sifat yang optimum. Pengontrolan tersebut akan efektif bila menggunakan suatu model terpadu yang mencakup semua aspek-aspek pada canai panas yaitu temperatur, sifat-sifat mekanik dan aspek metalurgi.
Pengembangan model matematika dilakukan untuk memprediksi tahanan deformasi dan beban pengerolan selama proses canai panas satu tingkat dari suatu plat baja karbon rendah dengan menggunakan model fisik dan data-data eksperimen di laboratorium.
Dalam penelitian ini diperoleh sebuah model yang dapat memprediksi tahanan deformasi dan beban pengerolan plat baja dengan kandungan 0.071% C selama proses pengerolan panas.

Hot rolling of steel consists of reheating furnace, rolling, scatting, and cooling. Micro structural changes and mechanical properties are very important to control during rolling to product an optimum process and properties condition. The controlling will be more effective if we used an overall model including temperature, mechanical properties and metallurgy aspect.
A mathematical model has been developed to predict the resistance to deformation and rolling load during a single pass hot rolling of rolling load by using physical model and data from laboratory experiments.
The modified models obtain in this present work hope that can be able to predict resistance to deformation and rolling load of wt-0.077 %C steel during hot rolling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"Kebijakan otonomi daerah mengakibatkan menguatnya peran lembaga legislatif daerah dan kewenangan untuk memilih Kepala Daerah secara otonom. Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah fenomena pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Maluku Utara, dimana konflik politik terjadi dan mengakibatkan pemilihan selalu dibatalkan dan diulang hingga tiga kali dan terjadi lebih dari 1 (satu) tahun.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pemilihan Gubernur dan Wakil Gubemur Propvinsi Maluku Utara yang terjadi pada tahun 2001 sampai dengan 2002 dan menganalisis faktor-faktor penyebab konflik politik. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan studi ini yaitu; konflik politik, suksesi politik, elite, politik lokal yang didalamnya dibahas teori dan konsep desentralisasi, hubungan kekuasaan pusat dan daerah, ethnic identity, primordialisme dan demokrasi.
Sumber utama terjadinya konflik politik adalah perebutan kekuasaan politik yakni posisi strategis dari Gubernur dan Wakil Gubemur Provinsi Maluku Utara. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik politik adalah; Pertama, pemberlakuan status pemerintahan darurat sipil, yang mempengaruhi kondisi politik lokal, mengakibatkan proses suksesi politik akhirnya dimasuki oleh kepentingankepentingan kelompok/golongan dan intervensi pemerintah untuk tujuan politisnya. Kedua, perebutan kekuasaan politik terjadi antara elite politik baik di tingkat lokal maupun pusat dengan dukungan kelompok-kelompok yang berbasiskan kekuatan politik, maupun kelompok tradisional dan etnis. Hal ini didukung oleh kondisi budaya politik masyarakat Maluku Utara yang masih bersifat primordial, kuat hubungan patron-klien serta mengedepankan budaya kekerasan. Ketiga, friksi di tubuh partai politik di tingkat lokal dan fraksi di DPRD Provinsi Maluku Utara yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dalam proses pencalonan figur dari masing-masing partai maupun fraksi. Kekuatan partai politik di tingkat Pusat (DPP) masih sangat kuat dalam menginstruksikan kebijakan partai dan cenderung berbeda dengan aspirasi di tingkat lokal. Sedangkan dalam fraksi sendiri terjadi pengingkaran komitmen dimana anggota fraksi tidak loyal terhadap kesepatakan partai maupun fraksinya.
Pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat selain mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat juga akan sedikit mengurangi konflik politik sebagaimana temuan penelitian ini, Namun konflik bukannya tidak ada, sehingga pendidikan politik kepada rakyat menjadi prasyarat mutlak bagi berlangsungnya demokrasi.

The policy on local autonomy built up stronger role of local legislative body and the autonomy rights to elect the Head of Province. One of interesting parts to research upon is the phenomena of Head of Province election in North Maluku Province, where political conflict occurred and resulted in the election's cancellation and re-election took place until three times in one year.
The aim of this research is to further know the process of election of Governor and Deputy Governor of North Maluku Province in 2001 until 2002 and analyze factors which contribute to the emergence of the political conflict. Method used in this research is qualitative approach with case study method. Relevant theories and concepts with this research problem; political conflict, political succession, elite, local politics which discussed decentralization theory and concept, power relation between central and local government, ethnic identity, primordial and democracy.
The main source of political conflict was the struggle of political power which inherent in the form of strategic positions of Governor and Deputy Governor of North Maluku Province. Factors which influenced the emergence of political conflict are: Firstly, the implementation of civilian emergency governance state, which influences the local political condition, causing the political succession process finally penetrated by groups' interests and government intervention for its political purposes. Secondly, struggle of political power between political elites in both local and central level with groups supports based on political power and also traditional and ethnical groups. This is supported by the political culture condition of North Maluku society which still heavily primordial, strong in patron-client relationship and culture of violence. Thirdly, the friction inside the local level political party and faction inside the Provincial Parliament (DPRD) of North Maluku which was caused by difference of opinions during the candidacy process from each of the political party and internal faction. The political party's power in the central level (DPP) was still very strong in giving out instruction of party's policy and tends to be different with local level participation. Meanwhile in the internal faction itself, commitment denial became a concern where faction's members no longer loyal to the party and even faction's agreement and decision.
The direct election of head of province can bring back the sovereignty to the hands of citizens as well as decreasing the political conflict as found in this research. However, the conflict is not nonexistent and hence mass political education is an absolute necessity to the continuance of democracy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Suryadi
Jakarta: Gunadarma, 1994
515.15 SUR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
Depok: Program Penggalakan Kajian Sumber-sumber Tertulis Nusantara. Fakultas Sastra UISUI, 1998
899.224 4 SUR n
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
Surabaya: Usaha Nasional, 1980
001.407 SUR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Penelitian tingkah laku makan Rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix Temninck) pada masa tidak berbiak telah dilakukan di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utâra pada bulan Maret 1993 hingga Juli 1993. Tingkah laku yang diamati adalah pemilihan rangkong terhadap jenis pakan berdasarkan nilai indeks preferensi, faktor yang meinpengaruhinya, dan karakteristik buah pakan, serta pemilihan waktu untuk aktivitas makan. Data jenis pakan diperoleh dengan cara survai jalan/jelajah. Pengukuran buah pakan (besar, berat) dan penentuan warna buah dilakukan untuk inengetahui karakteristik jenis pakannya. Aktivitas inakan Rangkong Sulawesi diainati dengan menggunakan metoda scan pada jenis-jenis Ficus spp. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa pakan utama RangkongSt1awesi adalah Ficus spp. yang berwarna xnerah atau ungu, berat buah berkisar antara 0,08 dan 15,3 gram, ukuran buahberkisar antara 5,43 dan 30 iniliineter. Aktivitas makan Rangkong Sulawesi di pohon Ficus lebih banyak dilakukan pada sore harl dari pada pagi atau siang hari."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"Integritas jalur pipa terpendam sangatlah penting bagi keberlangsungan suplai minyak bumi dan produk turunannya dalam dunia industri perminyakan. Ancaman kerusakan yang dapat timbul akibat gangguan dari manusia maupun hewan dapat diminimalisir dengan memendam pipa di bawah tanah, namun ancaman baru berupa korosi timbul. Proteksi korosi dengan pelapis organic sebagai metode perlindungan yang murah banyak diaplikasikan dalam perlindungan jalur pipa terpendam. Metode ini juga dikombinasikan dengan sistem perlindungan katodik. Jalur pipa Cemara-Balongan sepanjang 28 Km dan Tambun-Cilamaya sepanjang 102 Km penyalur minyak mentah mengaplikasikan sistem proteksi pelapis organik sekaligus sistem proteksi katodik.
Untuk mengkaji kinerja dari pelapis organik tersebut dilakukan inspeksi dengan dua buah metode yakni; Close Interval Potential Survey (CIPS) dan Direct Current Voltage Gradient (DCVG) Survey. Survei resistiviats tanah juga dilakukan untuk mengetahui profil resistivitas disekitar jalur pipa. Dari hasil CIPS yang dilakukan sekitar 75% dari total panjang jalur pipa Cemara-Balongan dan sekitar 1% dari total panjang jalur pipa Tambun-Cilamaya tidak terproteksi. Dari hasil survei DCVG yang dilakukan sekitar 89% jalur pipa Cemara-Balongan terdapat cacat pelapis dan pada jalur pipa Tambun-Cilamaya terdapat 6 titik cacat pelapis pada Km 7-12 (5,9%).
Hasil survei resistivitas tanah pada jalur pipa Cemara-Balongan berada pada kisaran 500 ?cm dan pada jalur pipa Tambun-Cilamaya berada pada kisaran 1000-4000 cm Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan peningkatan efektifitas dari kinerja proteksi katodik anoda korban pada jalur pipa Cemara-Balongan dan perlu dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai ancaman AC Corrosion pada jalur pipa Tambun-Cilamaya di Km 7-12. Secara keseluruhan kinerja pelapis organik pada kedua jalur pipa masih baik dinilai dari hasil survei CIPS dan DCVG yang menunjukkan ukuran cacat yang relatif kecil yang tidak dibutuhkan perbaikan akan tetapi yang perlu ditingkatkan adalah kinerja dan efektifitas sistem proteksi katodik sebagai pendukung.

The integrity of underground pipeline transferring crude oil and its derivative product is very significant for the sustainability of the commodities being transferred on the petroleum industry. Threat of failure that may occure due to human or animal activities could be minimized by making it underground, but new threat which is corrosion then appears. Corrosion protection using organic coating as the cheap protection method is widely applied to protect the underground pipeline. This method is also often combined with cathodic protection system so an optimum combination of protection is gained and could last in a certain long period. Cemara-Balongan pipeline with length of 28 Km and Tambun-Cilamaya pipeline with length of 102 Km apply organic coating protection system also with cathodic protection system.
To assess the performance of the organic coating protection system, two inspection methods are conducted which are; Close Interval Potential Survey (CIPS) and Direct Current Voltage Gradient (DCVG) Survey. Soil resistivity survey is also conducted to obtain the resistivity profile of the soil around the pipeline. Based on CIPS results, about 75% of total length of Cemara-Balongan pipeline and 1% of total length of Tambun-Cilamaya pipeline is unprotected. Based on the DCVG survey results, about 89% of holidays are investigated on Cenmara-Balongan pipeline and 6 spots of holidays are investigated on Km 7-12 of the Tambun-Cilamaya pipeline (5.9%). The soil resistivity survey results show that Cemara-Balongan soil has resistivity of about 500 ?cm and Tambun-Cilamaya soil has resistivity of about 1000-4000 cm.
Based on the results, an increasing on the performance and effectiveness of the cathodic protection is required on the Cemara-Balongan pipeline and a thorough assessment of AC Corrosion threat is required on Km 7-12 of the Tambun-Cilamaya pipeline. Generally speaking, the performance of the organic coating of both pipeline is still good assessed from the CIPS and DCVG survey results that exhibit small size of holidays that not need reparation but the performance and effectiveness of the cathodic protection is need to be increased as its support.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51493
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Dalam perjalanan kebudayaan bangsa Melayu dan Nusantara pada
umumnya dikenal apa yang disebut chirografik. Rada masa ini
masyarakat tradisional mulai mengenal aksara dan menggunakannya
da1am kehidupan mereka; akan tetapi di sisi lain tradisi lisan
masih bercokol pula dengan kuat. Maka muncullah tradisi resitasi
(recitation) sebagai usaha untuk menyolaraskan antara tradisi
lisan yang sudah mantap dan tradisi tulis yang baru datang.
Masyarakat Hinangkabau yang memiliki tradisi lisan yang kuat
tampaknya juga tidak luput dari pengaruh tradisi keberaksaraan
itu. Hal ini tentu disebabkan oleh persinggungan mereka dengan
kebudayaan-kebudayaan lain. Hal itu dapat dilihat dari tradisi
Basimalin yang diapresiasi oleh masyarakat Minangkabau di daerah
Payakumbuh, Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan beberapa aspek menge-
nai teks dan konteks tradisi Basimalin. Sebagai tradisi pertun-
jukan yang berpedoman kepada naskah tertulis, maka naskah yang
digunakan itu sangat menarik diteliti. Akan tetapi di sisi lain
pertunjukannya sendiri, dengan segala aspek yang terlibat di
dalamnya juga menarik untuk diamati.
Penelitian ini dilakukan. dengan field .research di daerah
Tarantang dan sekitarnya, Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota,
Propinsi Sumatera Barat. Masyarakat daerah ini mengapresiasi
tradisi Basimalin.
Penelitian terhadap naskah Basimalin menunjukkau bahwa teks
ini cukup tua, walaupun secara kodikologi diperkirakan umurnya
masih muda. ini mengindikasikan kekonstitenan penyalinnya ketika
mengerjakan atau menyalin teks ini.
Dari segi kebahasaan tampak bahwa pengaruh Dialek Payakumbuh
(dilaek O) sangat kentara dalam teks ini. ini menunjukkan bahwa
teks ini disalin oleh orang yang berasal dari daerah ini.
walaupun penelitian ini baru bersifat awal, tapi yang hendak
dituju di sini adalah usaha pendomumentasian tradisi ini.
Diharapkan kekhasan yang terdapat dalam pertunjukan Basimalin
ini; lengkap dengan kekhasan (bahasa) naskahnya, akan dapat
diteliti lebih lanjut oleh para peneliti lain.
Pertunjukan Basimalin dilakukan dengan cara resitasi. Cara
seperti ini sebenarnya kurang begitu dikenal dalam tradisi kesu-
sastraan Minangkabau. Dalam tradisi kesusastraan Minangkabau
jarang sekali digunakan pakem meskipun setelah dikenalnya aksara
Arab~Melayu dan Latin banyak hasil sastra Minangkabau dituliskan
dengan kedua aksara tersebut. Akan tetapi dalam kenyataannya
sampai sekarang versi tulisan itu tetap saja tidak popular; yang
populer tetap saja versi lisannya. "
Pada akhir tulisan ini dilampirkan pula hasil transliterasi
naskah tersebut (tidak lengkap). Dengan demikian pembaca dapat
mengidentifikasi kekhasan bahasa naskah ini."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Kebudayaan masyarakat mclahirkan suatu kepercayaan tertentu. Kepercayaan itu melahirkan pula berbagai bentuk upacara ritual yang bercampur dengan adat sebagai manifestasi dari pengakuan mereka terhadap adanya suatu kekuatan di luar diri mereka.
Dalam masyarakat tradisional, seringkali ungkapan pengakuan terhadap apa yang disebut "Tuhan" diejawantahkan dalam bentuk kesenian. Dalam masyarakat tradisi kesenian dan kepercayaan belum punya dinding pembatas.
Masyarakat Dayak Benuaq--sebuah subsuku Dayak di pedalaman Kalimantan Timur--memiliki tradisi kesenian yang memiliki nilai estetika tinggi. Daerah-daerah di sekitar Danau Jempang merupakan wilayah tempat bermukim suku Benuaq.
Salah satu bentuk kesenian mayarakat Benuaq adalah Upcara kwangkay. Upacara ini hanya diamalkan oleh masyarakat Benuaq saja. KW8Dg*UJ' adalah upacara adat bernuansa sakral yang berkaitan dengau kematian: Tvjuan upacara ini adalah untuk menghormati dan membahagiakan para roh dari anggota keluarga dan leluhur yang sudah mati. Upacara kwangkay diselenggarakan selama 37 hari. Kampung tempat upacara berlangsung menjadi ramai: di samping upacara pokok, ada sabung ayam (sauqng), judi tongkok, dan pasar malam. Penduduk dari desa tetangga berdatangan ke desa tcrsebut.
Para penyentangih dan penuing adalah orang yang menegang pcranan dalam upacara kwangkay: penyentangih adalah penyair lisan yang mendendangkan teks lisan (memang) selama. upacara berlangsung. Hakekat teks lisan itu adalah semacam komunikasi antara para arwah si mati dengan anggota keluarga yang masih hidup. Jadi, suatu saat seorang penyentangih mengidentifikasikan diri sebagai arwah si mati, pada saat lain ia mengidentifikasikan diri sehagai salah seorang anggota keluarga yang masih hidup. Teks memang didendangkan dengan
bererapa lagu, yaitu lagu Sentangih, lngv Akai, Iagu Hara, dan lagu Aloi.
Penuing adalah penbantu penyentangih yang meningkahi dendangan penyentangih pada akhir setiap kouplet. Para penuing ada yang akhirnya menjadi penyentangih. Tapi tidak selalu seorang penuing berminat menjadi penyentangih.
Para penyentangih adalah jenbutan konunikasi antara orang yang sudah mati dengan yang masih hidup. Peran penting yang dimainkan oleh penyentangih adalah mereka memegang posisi maha penting dalam proses pengawetan ilmu dan nilai-nilai budaya yang herlaku dalam masyarakatnya. Mereka adalah ensiklopedi hidup bagi masyarakatnya. Teks memang dalam upacara Kwangkay (yang hanya bisa didendangkan oleh para penyentangih) adalah sebuah wadah besar yang di dalamnya terkandung kumpulan adat kebiasaan, konvensi, peraturan, undang-undang, nilai-nilai moral dan etika yang terpilih yang berlaku dalam masyarakat Benuaq. Di dalam teks memang termuat seluruh sistem nomoi dan ethea--seluruh sistem pengetahuan--yang berlaku dalam masyarakat Benuaq, yang secara turun tenurun diamankan, diawetkan, dan diteruskan oleh golongan penyentangih ke generasi Benuaq berikutnya.
Penyentangih ibarat sebuah buku tebal dalam masyarakat tradisi tulisanz teks lisan yang ada dalam kepala para penyentangih merupakan informasi tentang perjalanan budaya masyarakat Dayak Benuaq. Hal yang sangat mendesak adalah memindahkan teks lisan yang ada dalam repertoar para penyentangih ke dalam tulisan. Kalau pekerjaan ini terlambat dilakukan, maka "buku tebal" milik masyarakat Benuaq yang penuh informasi itu akan musnah dari permukaan bumi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Tulisan ini memuat analisis tekstual dua ragam sastra lisan Minangkabau, yaitu dendang Pauah dan rebab Pesisir Selatan. Analisis tekstual ini difokuskan pada aspek kebahasaan teks kedua ragam sastra 1isan itu.
Tujuan analisis adalah untuk mengetahui aturan yang mengua­ sai penci ptaan teks sastra 1isan tersebut. Teks sastra lisan tersebut didendangkan oleh pendendangnya tanpa naskah dengan kecepatan dan ketepatan yang mengagumkan, padaha1 penciptaan itu tunduk pada aturan matra yang ketat. Oalam satu malam pertunjukan tercipta tidak kurang dari 2500-an baris. Mengingat panjangnya teks itu, mustahil ia diciptakan dengan teknik penghapalan. Lagi pula berdasarkan perbandingan hasil pertunjukan ragam yang sama (bahkan oleh pendendang yang sama pula), terlihat bahwa teks yang dihasilkan memiliki variasi. Ini menunjukkan bahwa proses pencip­ taan atau penggubahan teks itu bukan dengan cara penghapalan.
Secara teori, budaya ke1isanan adalah budaya mengingat(remembering), sedangkan budaya keberaksaraan terkait erat dengan penghapa1an (memorisasi). Oleh karenanya dapat diasumsikan bahwa dalam penciptaan teks sastra lisan yang panjang itu dengan kete­ patan dan ketepatan yang mengagumkan, tanpa naskah, tunduk kepada aturan matra yang ketat, pendendang memiliki "kunci" tertentu. Seorang peneliti, Albert B. Lord, telah membuktikan adanya "kunci" itu dalam penciptaan teks sastra lisan Yugoslavia; Kata­ nya, penciptaan teks satra lisan tersebut oleh para gus7ar (pendendang sastra 1isan di Yugos1avia) dituntun oleh formu1a tertentu. Ia merumuskan formu1a itu sebagai "seperangkat unsur bahasa yang siap pakai yang secara teratur digunakan dalam kon disi matra yang sama untuk mengungkapkan ide yang hakiki."
Teori tersebut diaplikasikan dalam analisis terhadap teks dendang pauah dan rebab Pesisir Selatan. Hasil analisis itu membuktikan bahwa baik dalam teks dendang Pauah yang berbentuk pantun, maupun teks rebab Pesisir Selatan yang berbentuk prosa liris terdapat formula yang menjadi pedoman pengubahan bagi pendendangnya. Formula tersebut terdapat pada tataran kouplet, kelompok baris yang berpasangan, satu baris, dan bagian baris (tingkat frasa, klausa, kata, dan suku kata).
Pada teks dengan Pauah, intensitas pengoperasian formula itu tinggi dalam baris-baris sampiran; banyak ditemukan konstruksi (bagian) baris sampiran yang sama yang dipasangkan dengan baris-baris isi yang berbeda-beda. Pada teks rebab Pesisir Selatan operasional formula itu tampak pada keseluruhan baris dengan satu pola formula. Jadi, dalam masyarakat niraksara, tidak ada teks atau wacana yang baku. Penyelamatan dan pentransformasian hasil budaya dalam masyarakat niraksara sangat tergantung kepada keformulaikan wacana."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>