Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Fauziyah
"Penelitian tugas akhir program magister ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan antibiotika dalam terapi empiris di ruang perawatan intensive care unit (ICU) dalam penanganan infeksi, tanpa harus menunggu hasil kepekaan bakteri.
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri dengan menggunakan rancangan studi potong lintang (Cross Sectional), pengambilan data secara retrospektif terhadap rekam medik dan data dianalisis dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri dengan nilai P = 0,000 (P lebih kecil dari α = 0,05), dengan hasil seftriakson merupakan antibiotika yang paling besar memberikan hubungan terhadap resistensi bakteri.
Dalam penelitian ini disarankan agar dilakukan perputaran penggunaan antibiotika (antibiotic cycling) berdasarkan pada pola penggunaan antibiotika dan pola kepekaan bakteri.

The Relationship Between the Use of Antibiotics on Empirical Therapy with a Sensitivity of Bacteria in Intensive Care Unit at Fatmawati Hospital Jakarta Period January 2009 - March 2010. The research was motivated by the high use of antibiotics in empirical therapy in intensive care unit (ICU) for treatment of infection, without having to wait for the results of bacterial sensitivity.
This study aims to find the relationship between use of antibiotics in empirical therapy with a sensitivity of bacteria by using cross-sectional study design (cross sectional), retrospective data collection of medical records and data were analyzed with logistic regression.
Results showed a significant correlation between the intensity of the use of antibiotics in empirical therapy with a sensitivity of bacteria with P = 0.000 (P less than α = 0.05), with the results of antibiotic ceftriaxone is the greatest give the relationship of bacterial resistance.
In this research suggests the use of antibiotic cycling based on usage patterns of antibiotic and patterns of sensitivity bacteria."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T29036
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fauziyah
"Tata letak geografis Indonesia yang berada pada posisi rawan bencana menyebabkan pentingnya penerapan program pengurangan risiko bencana berbasis inklusif. Di sisi lain, program ini terintegrasi pada perencanaan pembangunan jangka panjang. Salah satunya wilayah yang menerapkan program pengurangan risiko bencana, yakni Kabupaten Sleman. Sleman menempati urutan pertama dalam kepadatan masyarakat dan jumlah komunitas disabilitas terbanyak dibandingkan Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta. Tetapi dalam implementasinya banyak kendala yang dihadapi, seperti tingkat pemahaman yang masih melihat disabilitas sebagai individu yang tidak berdaya, aksesibilitas yang minim, sehingga menyebabkan keterpaparan bencana yang tidak proporsional. Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program pengurangan risiko bencana dan menganalisis faktor pendorong dan penghambat implementasi program di Kabupaten Sleman. Pendekatan postpositivism digunakan dalam penelitian ini dengan teknik pengumpulan data kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa sebagian besar adanya kesesuaian program dengan penerima manfaat, program dengan organisasi pelaksana dan kesesuaian penerima manfaat dengan organisasi pelaksana karena banyaknya program yang telah melibatkan komunitas disabilitas sebagai assessor terkait aksesibilitas yang diberikan dan pelatihan inklusivitas pada para implementor program. Di sisi lain, sinergitas terhadap organisasi penyandang disabilitas dan organisasi pelaksana mulai masif dilakukan. Seiring waktu berjalan, pemerintah pun mulai mengubah mindset dalam memandang disabilitas sebagai kelompok berisiko tinggi yang perlu ditingkatkan kapasitasnya, meskipun belum secara merata pemahaman ini. Beberapa faktor pendorong dalam program ini ialah adanya komitmen dari pimpinan dalam memberikan setiap kebutuhan disabilitas, pelibatan disabilitas mulai dari pembentukan program hingga tahap evaluasi. Namun faktor penghambat dari ragam disabilitas dan ilmu pengetahuan yang terbatas menjadi kendala terbesar pada implementasi program pengurangan risiko bencana berbasis inklusif ini.

Indonesia’s disaster-prone geographic condition makes it imperative for the government to implement an inclusive disaster risk reduction program. On the other hand, such program has been integrated into the national long term development plan. One of the regencies that implements a disaster risk reduction program is the Sleman Regency. Sleman ranks first in population density and the number of disability communities when compared to other regencies/cities in D.I. Yogyakarta. However, its implementation faces numerous obstacles, such as low level of understanding, that views disabled people as helpless individuals, and minimum accessibility, which result in a disproportionate exposure to disasters. This thesis aims to describe the implementation of disaster risk reduction program in Sleman Regency and analyze the factors which facilitate and inhibit program implementation. This research utilizes a post-positivism approach, with qualitative data collection method. This thesis found that for the most part, the program is compatible with the beneficiaries and implementing organizations. Such can also be said for the beneficiaries and implementing organizations. The reason for the compatibility is because the program has brought in the disability communities to act as assessors for matters related to accessibility and conducted inclusivity training for program implementers. The synergy between disability and implementing organizations has increased. Over time, the government has changed its mindset and started to view disability communities as a high-risk group which require capacity building, although such understanding is not yet widespread. Some of the driving factors are the leadership’s commitment in providing the needs of the disability communities and the involvement of disability communities in all stages of the program, from formulation until evaluation. On the other hand, the inhibiting factors for this inclusive disaster risk reduction program are the different types of disabilities and limited knowledge of program implementers regarding disability."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fauziyah
"Obat berpotensi tidak tepat (potentially inappropriate medications / PIMs) umumnya terjadi pada usia lanjut dengan multi morbiditas dan polifarmasi. PIMs menjadi salah faktor penyebab kejadian tidak diinginkan (KTD). Penelitian ini mengembangkan instrumen identifikator PIMs versi Bahasa Indonesia melalui adaptasi dari kriteria STOPP version 2, mengidentifikasi PIMs menggunakan instrumen STOPP versi Bahasa Indonesia, dan menilai hubungan PIMs dengan KTD. Adaptasi instrumen meliputi terjemahan kedepan, terjemahan balik, tinjauan pemegang otoritas, tinjauan tim ahli, dan pra uji. Tahap ini melibatkan penerjemah, pemegang otoritasi STOPP version 2, tim ahli, dan 34 apoteker rumah sakit umum (RSU). Tahap validasi diikuti 230 apoteker RSU di Indonesia dengan desain survei melalui post sampling. Tahap identifikasi PIMs dan menilai hubungan dengan KTD, melibatkan 63 pasien usia ≥ 60 tahun, multi morbiditas, dan menjalani hospitalisasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data kategorikal dan dikotom dalam dalam jumlah (%), diskrit dalam mean ± SD. Analisis menggunakan Content validity ratio (CVR), content validity index (CVI), Pearson correlation, explanatory factor analysis (EFA) dan Cronbach alpha untuk validitas dan reliabilitas. Mann Whitney U Test untuk menilai perbedaan rata-rata (means) antara kelompok pasien dengan obat teridentifikasi PIMs dan tanpa PIMs. Analisis chi-square dan Kappa untuk menilai hubungan antara PIMs dengan KTD, pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adaptasi instrumen STOPP version 2 ke Bahasa Indonesia dapat diterima. Setiap kriteria memberikan CVR > 0,75, r Pearson > 0,45 (p < 0,001), dan faktor loading > 0,4. Reliabilitas instrumen sebesar 0,978. Subyek penelitian pada tahap identifikasi PIMs melibatkan pasien usia 70 ± 7,7 tahun, komorbiditas 6,6 ± 2 CCI, terapi obat 9,9 ± 3,1 obat, dan lama hari rawat 16,3 ± 10,3 hari. Ada perbedaan rata-rata bermakna untuk variabel polifarmasi dan lama rawat antara dua kelompok subyek (p <0,001). Hubungan antara PIMs dengan KTD menunjukkan nilai kemaknaan, p < 0,001 dan nilai Kappa sebesar 0,72 (p < 0,001). Obat yang teridentifikasi PIMs dan menyebabkan KTD adalah golongan antihipertensi, obat dengan efek kolinergik, antikoagulan, dan OAINS. Mayoritas KTD yang diderita pasien, seperti hipotensi orthostatik (sesuai kriteria K3), hiponatremi (sesuai krietria A3 dan D4), perdarahan (sesuai kriteria C3 dan C5), dan penurunan LFG (sesuai kriteria E4). Penelitian menghasilkan instrumen STOPP versi Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel dan hasil identifikasi PIMs memberikan pengukuran kesepakatan yang baik.

Potentially inappropriate medications (PIMs) commonly occur in the elderly with multiple morbidity and polypharmacy. PIMs are one of the factors causing adverse events (AEs). This study developed an Indonesian version of the PIMs identifier instrument through adaptation of the STOPP version 2 criteria, identifying PIMs using the Indonesian version of the STOPP instrument, and assessing the relationship between PIMs and AEs. Adaptations of the instrument include forward translation, reverse translation, authority review, expert team review, and pre-test. This stage involved the translator, the holder of STOPP version 2 authorization, a team of experts, and 34 general hospitals (GH) pharmacists. The validation phase was followed by 230 pharmacists at the RSU in Indonesia with a survey design through post sampling. The identification phase of PIMs and assessing the relationship with AEs involved 63 patients aged ≥ 60 years, multimorbidity, and underwent hospitalization at Cipto Mangunkusumo National Hospital. Data were categorical and dichotomous in numbers (%), discrete in mean ± SD. Data were analyzed with content validity ratio (CVR), content validity index (CVI), Pearson correlation, explanatory factor analysis (EFA) and Cronbach alpha for validity and reliability. Mann Whitney U test to assess the mean difference (means) between groups of patients with PIMs and without PIMs. Chi-square and Kappa analysis to assess the association between PIMs and AEs, at α = 0.05. The results showed that the adaptation of the STOPP version 2 instrument to Indonesian was acceptable. Each criterion gives a CVR> 0.75, Pearson's r> 0.45 (p <0.001), and a loading factor> 0.4. The reliability of the instrument was 0.978. Research subjects at the PIMs identification stage involved patients aged 70 ± 7.7 years, comorbidity 6.6 ± 2 CCI points, drug therapy 9.9 ± 3.1 drugs, and length of stay 16.3 ± 10.3 days. There was a significant mean difference for polypharmacy variables and length of stay between the two groups of subjects (p <0.001). The correlation between PIMs and AEs showed a chi-square value of p <0.001 and a Kappa value of 0.72 (p <0.001). Drugs identified as PIMs and causing AEs are antihypertensive, drugs with cholinergic effects, anticoagulants, and NSAIDs. The majority of adverse events suffered by patients, such as orthostatic hypotension (according to K3 criteria), hyponatremia (according to A3 and D4 criteria), bleeding (according to criteria C3 and C5), and decreased eGFR (according to criteria E4). The study produced a valid and reliable Indonesian version of the STOPP instrument and the results of the identification of PIMs provided a good measure of agreement to AEs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library