Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Aminah
"Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu jenis buah tropis yang mempunyai nilai komersial cukup tinggi dan peluang pasar yang prospektif di Indonesia, terutama di Sumatera Selatan. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan mencatat bahwa pada tahun 1996 luas areal pertanaman Duku Komering adalah 1.448 Ha, dengan total produksi mencapai 31.891 ton, tetapi pada tahun 2001, luas areal pertanaman merosot menjadi 648 Ha (44,75%) dengan total produksi hanya 10.570 ton (35,43%). Upaya pelestarian Duku Komering oleh lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah serta masyarakat/petani belum optimal, karena itu dikhawatirkan pada suatu saat Duku Komering akan langka dan bahkan punah. Kepunahan Duku Komering berarti menghilangkan salah satu sumber plasma nutfah unggul dari keanekaragaman hayati Indonesia.
Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Menummmya kualitas dan kuantitas Duku Komering
2. Menurunnya minat masyarakatlpetani untuk menanam Duku Komering. Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui penyebab turunnya kualitas dan kuantitas Duku Komering.
b. Mengetahui penyebab menurunnya minat masyarakat/petani untuk menanam Duku Komering.
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif analisis. Penelitian dilaksanakan bulan April-Agustus 2002. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Dari tiga kecamatan sampel, dipilih enam desa sampel. Di Kecamatan Cempaka: Desa Sukabumi dan Gunung Bata, di Kecamatan Muara Dua: Desa Ruos dan Gunung Cahya, dan di Kecamatan Tanjung Lubuk: Desa Tanjong Baru dan Desa Ulak Kapal. Jumlah sampel 60 orang petani duku dari 1.308 petani duku. Setiap desa dipilih 10 orang masyarakat/petani sampel dengan metode Random Sampling. Jumah sampel ditentukan dengan metode purposive Sampling. Parameter yang diarnati adalah kualitas dan kuantitas Duku Komering, jenis vegetasi yang terdapat di sekitar tanaman duku, iklim, sosial ekonomi masyarakatlpetani dan sifat fisik-kimia tanah daerah penelitian.
Penelitian ini menghasilkan dua karakter Duku Komering. Karakter pertama adalah Duku Komering yang sifat-sifat unggulnya mendominasi, yang meliputi: rasa yang manis, biji yang kecil dan jarang serta kulit buah yang tipis, terdapat pada daerah Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk. Karakter kedua adalah Duku Komering adalah rasa yang lebih asam, biji yang lebih besar dan lebih banyak, serta kulit buah yang lebih tebal, terdapat pada Kecamatan Muara Dua. Perbedaan mencolok hasil analisis tanah ini terlihat pada kadar kalium yang dapat dipertukarkan (K-dd), tekstur, dan kedalaman humus. Vegetasi pelindung tanaman Duku Komering dibutuhkan di Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk, tetapi tidak di Kecamatan Muara Dua. 67% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering berbuah lebat jika dinaungi pohon durian dan 33% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering tidak membutuhkan naungan. Pola monokultur Duku Komering telah menyebabkan perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian Duku Komering. 91% responden menyatakan kurang berminat untuk menanam kembali Duku Komering karena umur berbuah yang relatif lama. 82% responden menyatakan menanami bekas lahan tanaman duku dengan tanaman jeruk, dan 18% responden menyatakan membiarkan lahan bekas tanaman duku, hal ini memperlihatkan hubungan makin menurunnya luas panen duku dengan meningkatnya luas panen jeruk. Selain waktu berbuah yang relatif lama, semua responden menyatakan bahwa Duku Komering hanya menghasilkan buah lebat dua tahun sekali. Penelitian mengenai Duku Komering belum menyentuh dasar kepentingan dan minat masyarakat Komering untuk melestarikan Duku Komering. Belum ada penyatuan visi dan misi pihak-pihak terkait yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan upaya pelestarian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa:
1. Turunnya kualitas Duku Komering disebabkan karena perubahan habitat. Turunnya produksi/pohon Duku Komering disebabkan karena perubahan pola tanam dari pola campuran menjadi pola monokultur dan turunnya kuantitas luas tanam Duku Komering disebabkan karena menurunnya minat tanam.
2. Turunnya minat tanam masyarakat untuk menanam Duku Komering disebabkan karena umur berbuah lama, interval berbuah dua tahun sekali, dan sifat apomiksis.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti menyarankan:
1. Pemerintah diharapkan dapat memasyarakatkan pola tanam sistem hutan dalam budidaya Duku Komering.
2. Lembaga perguruan tinggi diharapkan dapat melakukan penelitian-penelitian secara lebih intensif yang berkaitan dengan rekayasa sifat genetik Duku Komering
3. Pembentukan kawasan agrowisata Duku Komering diharapkan dapat menyelaraskan pelestarian Duku Komering dan pembangunan daerah.
Daftar Kepustakaan: 44(1968-2002)

Komering Impact of Agro Climate Change on Quality, Quantity and Cultivation Komering's Duku (Lansium domesticum Corr.) Duku Komering is among the tropical fruits that has relatively high commercial value in Indonesia, particularly South Sumatera. High interest of consumers to purchase this fruit is an indication that the produce has a prospective market opportunity. Duku Komering cultivation covered 1.448 ha in 1996, which produced 31.891 ton (Agriculture Department of South Sumatera). This cultivation area decreased to 648 ha (44,75%) in 2001 which only produced 10.570 ton (35,43%) Duku Komering. Conservation of Duku Komering by the Government Agencies, Non Government Organizations and farmers is still in-optimum. This condition could lead to the scarcity and the extinction of the species which was one of valuable genetic source of Indonesia biodiversity.
The Problems formula:
1. Decrease of quality and quantity of Duku Komering
2. Decrease of interest of the fanners to cultivate Duku Komering
The Research purposes:
1. To determine the cause of the decrease of Duku Komering, both in qualitative and quantitative
2. To determine the cause of decrease of interest of the society and fanners in the cultivation of Duku Komering
The research was carried out using survey method. The data received was analyzed descriptive analytically. The survey study was held from April to August 2002. Primer data was collected from a visual observation in the study area and questionnaire-guided interview with respondent. The sample chosen for the study consisted of 60 Duku Komering farmers from a total 1.308 Duku Komering farmers in the selected six villages. Ten farmers was selected from each village by using random sampling method. The determination of sample number was done by using purposive sampling. The selection of study area was done using purposive sampling. Six villages has been chosen from three Sub-Districts using random sampling method. Those are Sukabumi and Gunung Bata Villages (from Cempaka Sub-District), Ruos dan Gunung Cahya Villages (from Muara Dua Sub-District) and Tanjung Baru and Ulak Kapal Villages (from Tanjung Lubuk Sub-District). Parameter being measured is the quality and quantity of Duku Komering, vegetation found around duku plant, climate, farmer's socio-economic condition and physical-chemical characteristic of soil in the study area.
This study showed that there was two different kind of Duku Komering. The first one has got good characters dominated sweet, small seed, and thin peel, which could be found in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. The second one are those with degraded characters sourer taste, bigger seed and thicker peel, these lower character could be found in Muara Dua Sub-District. According the soil tests, a high significant result could be found on exchangeable ion kalium, soil texture, and humus dept. Cover vegetation surrounding duku plant gives an optimum temperature for its growth and production in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. A contradiction could be found in Muara Dua Sub-District when the plant showed an optimum growth and production without the presence of cover vegetation, and would produced smaller fruit if the plant being covered by other plant. A number of 67% respondent in Tanjung Lubuk and Cempaka Sub-District reported that the plant gave a high yield if it's covered by durian plant. 33% respondent in Muara Dua Sub-District reported that the plant does not need any cover plant. Mono-culture practice applied to the plant's cultivation caused a habitat change that could not provide an ideal ecosystem needed by the plant. If the condition cannot be improved, it will lead to the scarcity of Duku Komering. A small number of forest-cultivation systems could be found in some Iocation in this study area. A number of 91% respondent reported that their lack of interest was caused by the plant's relatively long first production after being cultivated, they transform their land to cultivate orange plant (82%), leave their land (18%), and the fact that the plant only give a good production only twice a year (100%). This fact shows a relation between the decrease of Duku Komering cultivation area and the increase orange cultivation area. Some research about Duku Komering has not been well disseminated to farmers/society in Komering. There is no vision and mission in common from related parties to encourage the society to make some conservation actions.
The conclusion:
1. The decrease of Duku Komering's quality is caused by the change of habitat. The decrease of product/tree is caused by the change from mix to mono-culture cultivation. The decrease of plantings area is caused by the decrease of interest in planting Duku Komering.
2. The decrease of interest in cultivating Duku Komering is caused by the genetic character of Duku Komering, namely the length of harvest period, irregular yield of two year interval,, and apomicsis characteristic fruiting.
The suggestion:
1. Government through associated department is expected to socialize the system of forest cultivation system on Duku Komering.
2. More intensive research on the genetic character of Duku Komering is expected to shorten the age of production and regulate the two years interval of production of this fruit
3. Duku Komering cultivation could be carried out by creating agro tourism in cultivating area
Number of References: 44 (1968-2002)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Studi ini mempelajari pola artikulasi kepentingan buruh industri dengan menggunakan pendekatan ilmu politik. Kajian tentang masalah artikulasi kepentingan buruh bisa dibilang cukup banyak, tetapi yang menempatkan buruh sebagai satuan analisis kelompok marjinal (powerless) di perkotaan masih terbatas jumlahnya. Selain itu, studi ini mengaitkan pula dengan studi-studi sebelumnya. Tujuannya adalah memperoleh informasi ilmiah yang memadai mengenai pola artikulasi kepentingan buruh industri.
Mempelajari masalah artikulasi kepentingan buruh sebagai kelompok marjinal dalam masa Orde Baru cukup menarik. Apalagi bila didekati dengan menggunakan perspektif politik, maka persoalan buruh industri dalam mengartikulasikan kepentingan akan memperlihatkan banyak faktor yang terkait didalamnya. Karena itu, penting sekali mengkaji secara ilmiah dengan menggunakan tes yang ada akan banyak membantu dalam memperoleh informasi yang memadai tentang artikulasi kepentingan buruh. Ada tiga permasalahan yang ditelaah dalam studi ini, yaitu pertama, bagaimana pola dan karakteristik artikulasi kepentingan buruh. Kedua, faktor-faktor intern dan ekstern apa yang mempengaruhi pola artikulasi kepentingan buruh. Ketiga, bagaimana hubungan faktor intern dan ekstern terhadap pola artikulasi kepentingan itu. Teori untuk menganalis permasalahan ada dua, yaitu pertama, teori artikulasi kepentingan. Kedua, teori hubungan negara-masyarakat serta konsep korporatisme negara. Instrumen penelitian yaitu kuesioner dan wawancara mendalam.
Dari analisis data terlihat bahwa kemaijinalan buruh berpengaruh terhadap pola arlikulasi kepentingan non-konvensional. Konflik buruh majikan cenderung cukup berpengaruh terhadap pola artikulasi kepentingan non-konvensional. Pengaruh ketidakberfungsian serikat pekerja cenderung menyebabkan buruh tidak dapat mengartikulasikan kepentingan dengan pola konvensional sehingga buruh menggunakan pola non-konvensional. Intervensi negara dalam masalah perselisihan perburuhan menyebabkan buruh mengartikulasikan kepentingan dengan memakai pola konvensional, tetapi apabila buruh sudah berhubungan dengan pihak ketiga (kekuatan LSM/LBH) maka intervensi negara tersebut akan menyebabkan buruh memakai pola non-konvensional untuk mengartikulasikan kepentingannya.
Hasil analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa teori artikulasi kepentingan, hubungan negara masyarakat dan konsep korporatisme negara masih relevan untuk menjelaskan masalah studi ini. Intervensi negara dalam berbagai bidang kehidupan tidak bisa dielakkan dan ini berdampak pada melemahnya kekuatan atau kelompok di luar negara, terutama buruh industri. Negara memiliki otonomi relatif dalam berhadapan dengan kelompok di luar dirinya. Implikasi teoretisnya adalah pola artikulasi kepentingan buruh bersifat campuran, dan itu tergantung kondisi sistem politik. Didukung dengan penggunaan konsep korporatisme maka tampak bahwa penataan kelompok kepentingan secara korporatis menyebabkan buruh semakin marjinal dan buruh semakin kehilangan kekuatan tawar menawarnya dan mencampakkan buruh dari struktur politik. Ini semua tak terpisahkan dari hubungan negara-masyarakat yang menempatkan masyarakat sipil, khususnya buruh industri sebagai pihak yang marjinal (powerless."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Siti Aminah
"Pajak Bilyard sebagai salah satu sumber penerimaan daerah di Kota Depok di Tahun 2004, dalam upaya penetapan targetnya belum optimal. Berangkat dari hal tersebut di atas, penelitian tesis ini bermaksud untuk membahas masalah penetapan target, melalui pelacakan terhadap kapasitas pajak (potensi pungut pajak) sehingga Pemda Kota memiliki pedoman yang objektif dalam penentuan target, dan apabila terjadi gap antara realisasi dengan target dapat dibuat langkah kebijakan-kebijakan untuk mengoptimalkan penerimaan.
Pendekatan yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian tesis ini, terutama untuk mengetahui besarnya potensi riil pajak bilyard pada tahun t, diperoleh dengan cara mengalikan tarif pajak bilyard dengan keseluruhan omset bilyard. Kapasitas Pajak Bilyard, diestimasi dengan sistem Fiskal Refresentatif. Karena cara ini selain lebih mudah dibanding cara lain (cara langsung/regresi) juga dapat dilacak basis pajaknya. Di samping ada kelemahan yaitu data dari Dipenda-dipenda apakah benar keakuratannya. Cara Sistem Fiskal Refresentatif yang digunakan menyertakan beberapa daerah lain sebagai acuan dengan karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama.
Berdasarkan hasil hitungan dapat diketahui potensi riil pajak Kota Depok yang penelitiannya di lapangan di lakukan pada Bulan Desember 2004 s/d Februari 2005 adalah Rp 278.484.426,00 dengan rata-rata perkiraan penerimaan perbulan sebesar Rp 23.070.035,50 dan kapasitas pajaknya dengan basis pajak yaitu jumlah bilyard yang ada di dipenda/yang rill di lapangan. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa tarif efektif rata-rata pungutan pajak untuk setiap bilyard yang beroperasi adalah 2.607.903,63. dari Kota dan Kabupaten yang dijadikan pembanding Kota Bogor sebesar 4.491.620,208 merupakan yang terbaik dan lebih mendekati rata-rata, diikuti Kota Bekasi sebesar 2.414.191,176, dan Kota Depok sebesar 2.369.899,706 tarif efektifnya masih di bawah walaupun walaupun selisihnya tidak terlalu jauh dari rata-rata, sedangkan Kabupaten Bogor sebesar 1.155.904,762 masih jauh dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan adanya kelemahan dalam pengelolaan pajak bilyard yang tercermin dari tarif efektifnya di Kabupaten Bogor. Adapun upaya pemungutan pajak bilyard (tax effort) yang diperoleh dari perhitungan saat setelah memasukkan 2 bilyard yang belum terdaftar yaitu P Bilyard dan Q Bilyard adalah 90,87%, dengan kapasitas panerimaan Pajak Bilyard tahun 2004 sebesar Rp 44.334.361,71 sedangkan realisasi penerimaan pajaknya Rp. 40.288.295,-. Hal ini terjadi karena adanya potensi Wajib Pajak Bilyard yang belum dimasukkan sebagai wajib Pajak di Kota Depok.
Apabila realisasi penerimaan pajak bilyard tahun sebelumnya tadi, dijadikan dasar untuk menghitung dan menetapkan target, selain angkanya tidak optimal, implikasinya kasalahan ini akan terbawa lagi ke tahun berikutnya dan sangat menpengaruhi target yang akan dibuat dan cenderung menjadi rendah.
Panyebab lain menjadi rendahnya target yang dibuat adanya pemahaman yang keliru dalam menilai prestasi kerja di lingkungan Dinas Penghasil Penerimaan. Dimana suatu prestasi kerja dinilai atas pencapaian suatu target, akibatnya untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi, akan ada kecenderungan menentukan target yang rendah.
Berdasarkan hipotesa, target yang didasari perkiraan (taksasi) efektifitas pemungutannya sangat efektif, namun bila perhitungan target berdasarkan potensi sebenarnya dilapangan, maka pemungutan Pajak Bilyard selama tahun 2004 masih belum efektif (optimal), karena masih jauh dari kapasitas yang sebenarnya.
Masih belum optimalnya upaya pemungutan Pajak Bilyard di Kota Depok dimana realisasi penerimaan jauh di bawah potensi riilnya, sebagian besar disebabkan faktor-faktor berikut: (i) ketidakmampuan pemda untuk menprediksi tingkat pemanfaat meja bilyard perhari, baik terhadap objek maupun subjek pajak, karena tidak didukung oleh kualitas dan kuantitas SDM yang memadai. (ii) sarana dan prasarana yang tersedia belum cukup memadai, terutama sarana transportasi kendaraan bermotor yang menpunyai mobilitas tinggi (seperti sepeda motor), untuk melakukan observasi/sensus, sehingga ketidak tersedianya dapat berdampak pada rendahnya produktivitas, karena lebih memilih yang prioritas yaitu dalam menagih pajak yang ada. (iii) kurangnya keterbukaan dan pihak pengelola sebagai pihak yang menbantu pemda dalam mengimformasikan melalui laporan atas perolehan pajak bilyard yang dipungut sesuai dengan semestinya(cenderung rendah). (iv) kurangnya pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh petugas pemungut. Yang memang punya kewenangan yang sangat luas (disamping menetapkan pajak, sekaligus memungut pajak) berpeluang terhadap terjadinya kolusi dengan pengelolah Bilyard. (v) Belum adanya (kurangnya) pencatatan yang baik di semua bilyard sehingga sulit melacak potensi sebenarnya tanpa mengadakan sensus/observasi langsung.
Dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak bilyard perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM perlu peningkatan kualitas dengan peningkatan pendidikan dan keterampilan,pelatihan, perlu dukungan anggaran untuk peningkatan SDM, memberlakukan prosedur pungut yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku serta perlu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan guna tindakan perbaikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Makalah ini mcmbahas tentang pengelompokan data melalui metoda K-Muans Clustering. Hasil penjgelompokan metoda tersebut digunakan untuk memetakan data rataan nilai UMPTN IPA per kabupaien/kodya di seluruh Indonesia, dengan menggunakan Arc-View GIS versi 3.1. Dari hasil pemetaan tersebut diharapkan data yang merupakan rataan nilai UMPTN IPAtlersebut akan Iebih mudah dan menarik untuk dibaca. Terutama bagi pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan. Dengan melihai hasil pemetaan tersebut diharapkan mereka bisa meningkatkan kualilas pendidikan atau melakukan perbaikan-perbaikan dalam dunia pcndidikan di Indonesia secara global, sesuai dengan kualitas pcndidikannya"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
SAIN-8-2-2003-12
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Perusahaan jasa transportasi udara (JTU) , sangat peka terhadap lingkungan politik, ekonomi internasional dan negara tempat persinggahan. Negara dimana gross domestik produknya tinggi merupakan pangsa pasar yang berarti, karena potensi pasar cukup tinggi. Tetapi keuntungan yang diperoleh bisa sangat marginal, karena persaingan, pelbagai biaya dan lingkungan usaha yang cepat berubah. Karena itu pemilihan sektor yang menguntungkan harus dilakukan dengan teliti.
Sejak tahun 1986, dengan manajemen baru dari P.T Garuda Indonesia maka perusahaan ini memperoleh kemajuan dalam pemasaran JTU ini. Jumlah penumpang yang memakai JTU ini naik terus, hanya pada tahun 1990 mengalami penurunan akibat perang teluk. Kenaikan pemasaran antara 1986-1990 kami pelajari untuk memperoleh pengalaman dalam mempelajari pemasaran JTU Garuda Indonesia dan JTU lainnya. Faktor muat penumpang naik, jumlah pesawat terbang yang tak beroperasi sedikit demi sedikit berkurang, yang pada akhirnya dirasakan kekurangan pesawat terbang.
Untuk memperoleh pangsa pasar yang baik, selain upaya melalui kerja sama komersil, maka promosi wisata seperti VISIT INDONESIA YEAR 1991, konperensi PATA di Bali, di Bandung dan pada tahun depan adalah VISIT ASEAN YEAR 1992, perlu peramalan, perencanaan dan antisipasi JTU dalam menjaring para wisatawan. Fasilitas pendukung dari pemasaran yaitu lkomputerisasi/reservasi otomatis, keandalannya perlu dinaikkan, untuk memberikan JTIJ yang bermutu. Kelincahan dari petugas dilapangan perlu ditingkatkan, supaya pemakai jasa mendapatkan seat yang dikehendaki, yaitu tempat dan waktu yang tepat."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Siti Aminah
"Tiga permasalahan TB di Indonesia yaitu TB sensitif, TB Resistan Obat (TB-RO) dan TB-HIV. TB-RO merupakan masalah yang menghawatirkan, angka penemuan kasus TB-RO setiap tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan angka pengobatan. Penggunaan paduan jangka pendek untuk pengobatan pasien TB-RO sejak September 2017 merupakan salah satu upaya menekan peningkatan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend dan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB Resistan Obat (TB RO) dengan paduan Shorter Treatment Regiment (STR) di Indonesia Tahun 2017-2019. Penelitian menggunakan desain kohort restropektif. Sumber data adalah semua pasien TB RO paduan jangka pendek yang terdaftar dalam sistem informasi TB MDR Subdit Tuberkulosis. Metode sampling adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dan uji cox regression. Sebanyak 3.100 pasien disertakan dalam analisis, didapat angka keberhasilan pengobatan adalah 41,94%. Hasil analisis menunjukkan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, kepatuhan, hasil pemeriksaan sputum awal pengobatan, pola resistensi monoresisten dan poliresisten, serta wilayah tempat tinggal. Kepatuhan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan. Perlu dilakukan upaya penguatan kepatuhan dengan melakukan konseling sedini mungkin, pendamping PMO dari non petugas dan inisiasi grup dukungan pasien di setiap faskes MDR.

TB problems in Indonesia are TB sensitive, Drug-Resistant TB and TB-HIV. TB-RO is the most challengging problem, the number of case finding is increase every year, but treatment rate is decrease. The use of short-term regiment since September 2017 is one of strategy to reduce default of TB treatment. This research was conducted to see trends and factors related to the TB treatment success rate among patients with Drug Resistance TB (TB RO) using Shorter Treatment Regiment (STR) in Indonesia 2017-2019. The study desain is restropective cohort. Data sources are all patients of TB RO using STR regiment, which is enrolled in the e-TB manager, Sud Directorate of Tuberculosis, MoH RI. The sampling method is total sampling that meets the inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the chi-square test and the cox regression test. As many as 3,100 patients were included in the analysis, the treatment success rate was 41,94%. The results of the analysis showed that factors related to treatment success were age, adherence, results of initial sputum examination of treatment, patterns of monoresistant and polyresistant resistance, and area of ​​residence. Adherence is a dominant factor related to treatment success. Efforts should be made to strengthen compliance by conducting counseling as early as possible, PMO assistants from non-helath officers and initiating patient support groups in each MDR facility."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah T
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Logka proposisi dan logika predikat merupakan bahasa dalam matematika yang tujuan utamanya merumuskan argumentasi dalam logika matematik dengan simbol-simbol. Dalam tugas akhir ini dibanas aturan sintetik dan aturan semantik dari masing-masing bahasa itu dan metoda penentuan keabsahan kalimat-kalimat dalam kedua bahasa itu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Studi ini mempelajari interelasi negara, pasar, dan masyarakat melalui kajian pembangunan BRT-Transjakarta. Penulis tidak bermaksud menguji teori/konsep interelasi negara, pasar, dan masyarakat yang dibangun oleh para teoretisi, tetapi digunakan untuk membantu dalam memahami dinamika interelasi yang berkembang menuju kontestasi dan kolaborasi menggunakan metode penelitian kualitatif.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa interelasi negara, pasar, dan masyarakat mengalami pergeseran dari gaya dominasi (state authority) ke gaya pasar (competition). Bergesernya interelasi itu tampak dalam pembangunan BRT-Transjakarta. Negara dikondisikan oleh logika kuasa bisnis yang dilatari oleh kepentingan pemerintah untuk mengontrol operator dalam rangka mewujudkan transportasi berkelanjutan. Ekonomi pasar tidak dapat berjalan tanpa negara yang bertindak sebagai regulator dan penentu kebijakan politik.
Kolaborasi negara dan pasar merupakan preskripsi kebijakan dan jalan keluar yang baik untuk menciptakan transportasi berkelanjutan. Namun, tanpa keterlibatan masyarakat, kolaborasi negara dan pasar/swasta tidak dapat menjadi preskripsi yang dapat diandalkan.
Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan melalui desakannya kepada negara untuk memberikan jaminan pelayanan minimum yang dapat menjadi dasar bagi masyarakat untuk turut mengontrol peran negara secara tepat.
Kesimpulan studi ini adalah BRT-Transjakarta sebagai proyek hegemoni kekuatan pemerintah yang didukung oleh birokrasi untuk mensubordinasi kekuatan operator dan masyarakat. Logika pengelolaan dan pengembangan BRT-Transjakarta merupakan cermin dari menguatnya dominasi negara dalam interelasi dengan pasar dan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari regulasi yang dibuat oleh pemerintah untuk memberi kemudahan bagi dirinya sendiri untuk merealisasi kepentingan ekonomi politik dan budaya. Operator menjadi tersubordinasi karena tidak menjadi pemain bebas, tapi dikendalikan oleh regulasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai representasi dari negara. Semuanya itu menjadi fenomena demi terciptanya transportasi yang berkelanjutan, yang oleh masyarakat dipahami sebagai transportasi yang aman, nyaman, selamat, dan terjangkau. Intervensi negara dalam bentuk pemberian subsidi yang besar, telah menjadikan BRT-Transjakarta sebagai komoditas kolektif yang terus berkembang menjadi sumberdaya ekonomi, politik, dan budaya yang diperebutkan oleh para aktornya.

The study analyzes the interrelation among state, market and society in the development of BRT-Transjakarta. The writer did not intend to examine the theory/ concept of interrelation among state, market and society established by theorists. Rather he employed the theories to help understanding the dynamics of the interrelation which leads to contestation and collaboration using qualitative research methodology.
The results of the study show that the interrelation among state, market, and society experienced a shift from domination style (state authority) to market style (competition).
This is shown by the development of BRT Transjakarta. The state was conditioned by the logic of business power where the local government has the interests in controlling the operator in order to have a sustainable transportation. The market economy cannot function without the existence of the state as the regulator and the political policy maker.
The collaboration or alliance between the state and the private sector is the prescribed policy and a good way out to create a sustainable transportation. However, without the involvement of the society, the alliance between the state and the market/private sector will not be a dependable prescription. The involvement of the society is shown through its demand to the state to provide the minimum guaranteed service which can be the basis for the society to control the role of the state properly.
The study concluded that BRT-Transjakarta as a project that shows the hegemony of government power supported by the bureaucracy to subordinate the power of the operator and the society. The logic of the management and the development of BRT Transjakarta is a reflection of the strengthened domination of the state in its interrelation with the private sector and the civil society. This is reflected by various regulations set by the government to facilitate its economic, political and cultural interests. Operators are subordinated and cannot be free agents because they are controlled by the regulations set by the government as the representative of the state. It is all committed to create a sustainable transportation, which the society perceives as a safe, comfortable, and affordable transportation. The state?s intervention in the form of huge subsidies has made BRT-Transjakarta as a collective commodity which continues to grow to become economic, political and cultural resource that is being contested by its actors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D1192
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Implementasi Demokrasi dalam Proses
Perubahan Terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Tahun 1999 ? 2002. Penelitian
ini adalah penelitian yuridis-normatif, dimana alat pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan yang didapat melalui literatur berupa bukubuku,
peraturan perundang-undangan, dan artikel-artikel dari harian umum
maupun dari internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 Tahun 1999 ? 2002 memakai model demokrasi
partisipatif hal ini didasarkan atas teori demokrasi partisipatif yang dikemukakan
oleh David Held. Peran dari masyarakat sebagai bentuk perwujudan demokrasi
partisipatif yang sangat luar biasa dapat dimengerti karena pada dukungan dunia
telekomunikasi yang sudah sangat canggih sehingga dapat memberikan peran dan
peluang yang besar bagi masyarakat untuk ikut telibat dalam proses perubahan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Tahun 1999 - 2002.

ABSTRACT
This thesis discusses the implementation of democracy in the Proceedings
Against the Amendment Act of 1945 Years 1999 to 2002. This study is the
juridical-normative research, where data collection tools used were obtained
through library research literature in the form of books, legislation, and newspaper
articles from the public or from the internet. The results showed that the process
of changing the Constitution of 1945 Years 1999 to 2002 using this model of
participatory democracy based on Participatory democracy theory advanced by
David Held. The role of the community as a form of manifestation of participatory
democracy that is extraordinary world can be understood as support for a highly
sophisticated telecommunications so as to give a role and a great opportunity for
people to participate in the process of change towards telibat Act of 1945 Years
1999 to 2002"
Universitas Indonesia, 2012
S42531
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>