Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing
352 Sih h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Marulak
Jakarta: [publisher not identified], 1979
658.81 Sih d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Roi Victor
"Fitur dashboard yang diimplementasikan pada aplikasi web dan mobile bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam memantau informasi tentang pencapaian target tim keagenan pada PT XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja sistem dalam menyediakan data yang ditampilkan pada dashboard dengan melakukan perancangan serta penerapan data warehouse dan proses ETL. Perancangan data warehouse dan proses ETL dalam penelitian ini menggunakan metode Model Multidimensi. Hasil dari penelitian ini adalah data warehouse dan proses ETL yang digunakan sebagai sumber data pada dashboard.

The dashboard feature that has been implemented in both web and mobile applications is useful to increase the effectiveness and efficiency in monitoring information about the agency target achievement of PT XYZ. The aim of this study is to improve the system performance in providing data that are displayed on the dashboard by designing and implementing data warehouse and ETL processes. Designing of data warehouse and ETL processes in this study used Multidimensional Model method. The results of this study are data warehouse and ETL processes that are used as data sources for the dashboard."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Tornagogo
"Tesis ini merupakan upaya untuk memahami Pengorganisasian Kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Kebayoran Baru sebagai salah satu aparat Pemda DKI Jakarta (khususnya aparat Pemerintah Wilayah Kecamatan setempat) dalam menjaga ketenteraman dan ketertiban masyarakat, serta menegakkan Peraturan Daerah (Perda).
Secara umum hasil penelitian yang bersifat eksploratif ini dapat mengidentifikasikan adanya "Gunung Es Permasalahan" yang sangat ruwet dan kompleks sifatnya, mengenai eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja di dalam Sistem Pemerintahan Daerah Propinsi DKI Jakarta. Namun, secara khusus apa yang dapat diungkapkan dan dibahas dalam tesis ini, hanyalah secuil realitas dari ?Gunung Es Permasalahan? yang terungkap ke permukaan.
Kedudukan dan peranan Satpol PP sebagai aparat Pemda yang secara normatif begitu penting dan mengesankan, sebagaimana diamanatkan di dalam berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Daerah, dan Keputusan Gubernur; dalam kenyataannya di Kecamatan Kebayoran Baru justru mengalami "degradasi" hanya sekadar aparat Tramtib yang kegiatannya lebih terfokus kepada operasi-operasi penertiban yang bersifat represif terhadap berbagai aktivitas masyarakat yang dipandang telah mengganggu kepentingan umum dan melanggar Perda DKI Jakarta Nomor Tahun 1988, seperti penertiban terhadap para Pedagang Kaki Lima (PKL), pedagang asongan, joki "three in one," dan sebagainya. Hal ini terjadi, karena adanya berbagai peraturan hukum dan perundang-undangan yang tidak sinkron bahkan saling bertentangan satu dengan yang lain.
Akibatnya, timbul "citra negatif" terhadap aparat Tramtib (Satpol PP), terutama di mata para "PKL ilegal" yang sering mejadi sasaran operasi penertiban; dan sebaliknya "citra negatif? PKL di mata para petugas Tramtib (Satpol PP) yang sering melakukan operasi penertiban tersebut. Kondisi semacam ini tidak jarang memicu teriadinya konflik di antara keduabelah pihak, yang tidak saja menggangu ketertiban umum, tetapi juga membawa korban harta dan korban fisik di antara masing-masing pihak. Deskripsi dan anlisis pola penyelesaian konflik di atas, juga melengkapi paparan dalam tesis ini."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Charles
"Dalam menghadapi era globalisasi dalam waktu dekat ini peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu solusi yang paling tepat, sebab tanpa SDM yang mampu bersaing dengan SDM yang berasal dari manca negara Indonesia akan menghadapi masa suram di masa yang akan datang. Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan prioritas utama dalam peningkatan kualitas SDM, karena dengan SDM yang berkualitas pelaksanaan pembangunan akan berhasil.
Salah satu unsur yang sangat penting dalam meningkatkan kecerdasan adalah apabila kebutuhan zat yodium dalam tubuh terpenuhi. Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa dengan terpenuhinya zat yodium dalam tubuh manusia intligence Quetion (IQ) akan meningkat dan dengan demikian tingkat kecerdasan juga akan meningkat pula. Tanpa memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dalam era globalisasi nantinya akan menjadi penonton di negara sendiri.
Untuk mengatasi masalah GAKY pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan untuk membuat kegiatan untuk mengatasi masalah GAKY secara intensif melalui suatu proyek yang disebut proyek IP-GAKY. Proyek ini dibiayai dari dua sumber yaitu dengan biaya pemerintah dan bantuan dari Bank Dunia. Agar proyek dapat berjalan dengan baik perlu didukung oleh tenaga pengelola yang berkualitas baik di pusat mapun di propinsi, terutama dalam menyusun perencanaan kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan.
Karena proyek ini masih baru dan agar kegiatan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pelatihan kepada tenaga pengelola proyek IP-GAKY di propinsi. Sejak tahun 2001 proyek IP-GAKY sudah memfokuskan kegiatan di 9 propinsi dan 24 kabupaten. Para tenaga pengelola proyek relatif masih baru maka perlu dilakukan pelatihan kepada mereka agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dalam upaya pencapaian tujuan.
Hubungan pelatihan dan motivasi terhadap peningkatan kemampuan tenaga pengelola proyek di 9 propinsi dan 24 kabupaten terpilih adalah merupakan topik utama dalam penulisan tesis ini. Penulis ingin melakukan penelitian terhadap hubungan tersebut dan menuangkannya dalam suatu karya tulis ilmiah, agar dengan penulisan ini dapat diambil kesimpulan tentang hubungan dan diberikan saran untuk perbaikannya dimasa yang akan datang.
Metodologi pengumpulan data dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada seluruh popolasi untuk mendapatkan data tentang persepsi peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Jumlah populasi sebanyak 108 orang dan diambil dan diambil secara sensus. Cara kedua dilakukan dengan melakukan test. Test dilakukan dua kali. Test pertama sebelum pelatihan dilakukan dan test kedua setelah pelatihan selesai dilaksanakan. Bentuk test yang diajukan ada tiga bagian.
Bagian pertama test dengan pilihan ganda untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta secara teorits. Test kedua mengerjakan soal untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta dalam penyusunan proposal. Tesis ketiga juga dengan mengerjakan soal untuk mengetahui peningkatan peserta dalam mengerjakan penyusunan rencana biaya.
Hasil pengujian dengan menggunakan korelasi tunggal pearson product moment membuktikan bahwa besarnya kekuatan hubungan antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja adalah sebesar +0.317 (31,7%). Hubungan tersebut tergolong lemah dan signifikan (+r hitung 0,317 +r tabel 0,237) dengan arah hubungan yang searah l sama antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel pelatihan akan meningkatkan variabel kemampuan kerja.
Angka sebesar 0,514 (51,4%) yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi tunggal pearson product moment menunjukkan besamya kekuatan hubungan antara motivasi dengan peningkatan kemampuan kerja. Hubungan tersebut tergolong sedang dan signifikan (+r hitung 0,514 > +r label 0,237) dengan arah hubungan yang searah 1 sama antara motivasi dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel motivasi meningkat maka diharapkan akan memperbesar variabel peningkatan kemampuan kerja.
Pengujian dengan menggunakan korelasi ganda pearson product moment membuktikan bahwa besamya kekuatan hubungan antara pelatihan dan motivasi secara bersama-sama dengan peningkatan kemampuan kerja adalah diperoleh hasil sebesar +0.773 (77,3%). Hubungan tersebut tergolong kuat dan signifikan (+r hitung 0, 773 > +r tabel 0,239) dengan arah hubungan yang searah/sama antara pelatihan dengan peningkatan kemampuan kerja. Artinya variabel pelatihan dan motivasi secara bersamaan mendapatkan perhatian yang besar maka diharapkan akan terjadi peningkatan kemampuan kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Geertruida
"Emping melinjo adalah produk dari biji melinjo bagian dalam yang pembuatannya dilakukan dengan merebus, kemudian dipipihkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari.
Hingga saat ini belum banyak dilakukan penelitian mengenai nilai gizi emping melinjo. Karena emping melinjo umum dikonsumsi masyarakat Indonesia bahkan sudah merupakan komoditi eksport, maka dipandang perlu untuk mengetahui sejauh mana keuntungan dan kerugian bahan makanan tersebut terhadap kesehatan.
Untuk mendapatkan jawaban dilakukan penelitian berupa percobaan eksperimental dengan menggunakan tikus putih. Penelitian terdiri dari 2 tahap yakni :
1. Penelitian pendahuluan untuk mengetahui mutu protein dengan menggunakan metode Net Protein Utilization (NPU) dan Protein Efficiency Ratio (PER).
2. Penelitian tentang daya cerna nitrogen dan apsorpsi mineral dengan memperhatikan problematik yang didapatkan pada penelitian tahap 1. Pada penelitian tahap pertama yang diperhatikan hanya segi kuantitas dari protein {10%), lemak (10%) dan energy 400 kal. dengan penambahan vitamin dan mineral tanpa perhitungan yang akurat.
Sebaliknya, pada penelitian tahap ke-2, semua zat-zat gizi dalam ransum diperhitungkan dengan cermat, sehingga bernilai gizi adekuat dalam anti mengandung zat-zat gizi lengkap dan dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan tikus percobaan seperti yang dianjurkan oleh National Research Council of the U.S.A.
Pada penelitian tahap ke-2 kegiatan meliputi :
a. Pemberian ransum dengan komponen emping melinjo mentah dalam 4 konsentrasi (0 %, 10 %, 20 %, 40 %).
b. Pemberian ransum dengan komponen emping melinjo mentah dibandingkan dengan emping melinjo goreng dengan konsentrasi sama (40 %).
Kelompok kontrol (0 %) adalah kasein
pada a. kadar protein 15 % (N + 6.25), lemak 5 %, kalsium 0.5 % magnesium 0.04 % phosphor 0.52 %,
pada b. kadar protein 15 %, lemak 15 %, kalsium 0.4 % magnesium 0.04 % phosphor 0.52 % lama penelitian 14 hart dengan hasil aebagai berikut
Pada percobaan tahap - 1
I. kimiawai : - Protein t 10 %
- Komposisi asam amino menyerupai asam amino telur
- Tidak ada asam amino pembatas
Percobaan dengan tikus
- NPU rendah
- PER rendah
- Angka kematian tinggi
- Hepatotoksik
II. Kimiawi:
- Tidak dapat dideteksi adanya penghambat tripsin
- Tidak dapat dideteksi adanya hemaglutinin Percobaan dengan tikus ;
- Semua tikus tumbuh dengan subur sama dengan kontrol, secara umum absorpsi nitrogen, Ca, Mg, P, back, hanya pada kelompok emping melinjo (40 %) menunjukkan absorpsi P rendah. Namun retensi baik.
- Pemeriksaan mikroskopik pada organ-organ vital tidak ditemukan kelainan.
- Kadar kolesterol dan trigliserida plasma darah lebih rendah dibanding kelompok kontrol.
Kesimpulan
1. Emping melinjo tidak dapat digunakan sebagai sumber protein tunggal pada tikus percobaan.
2. Protein emping melinjo mengandung susunan asam amino yang lengkap sehingga memungkinkan tikus tumbuh baik, bila diberikan bersama protein lain yang bermutu baik seperti kasein di dalam ransum yang bernilai gizi adekuat.
3. Kalau emping melinjo digunakan sebagai komponen ransum yang bernilai gizi adekuat tidak dapat dideteksi adanya efek negatif seperti keracunan pangan.
4. Kalau emping melinjo digunakan sebagai komponen ransum yang bernilai gizi adekuat, tidak terlihat adanya efek merugikan tikus percobaan mengenai pertumbuhan, daya cerna nitrogen, absorpsi mineral dan tidak menyebabkan tanda-tanda kelainan pathologis jaringan organ-organ tertentu.
5. Emping melinjo kering dapat digunakan sebagai konponen ransum tikus yang bernilai gizi adekuat, sampai pada kadar 40 g per 100 g makanan.
6. Seandainya hasil dari penelitian emping melinjo pada tikus, dapat diekstrapolasikan kepada manusia, kerugian kesehatan tidak diantisipasi jikalau dikonsumsi dalam jumlah yang umum dilakukan.
Emping melinjo kering dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigiliserida dalam plasma. Saran:
1. Penggunaan emping melinjo sebagai bahan makanan manusia masih perlu diteliti lebih lanjut, diantaranya sebagai hasil olah dengan cara merebus, menggoreng dan sangan.
2. Perlu diteliti lebih lanjut kemampuan emping melinjo menurunkan plasma cholesterol dan trigliseida yang dikaitkan dengan penelitian epidemiologis diantara konsumen emping melinjo dan mereka yang tidak mengkonsumsinya.

Gnetum gnemon LINN., also called tulip tree, is found throughout the islands of the Indonesian archipelago. Locally, this tree is known as melinjo tree, and its young stems and leaves, young and ripe fruits are used in a traditional dish.
The seeds of the ripe fruits are eaten after roasting. The seeds may also be processed in household-food industries into flattened and dried flakes called "emping melinjo". Prior to consumption, emping melinjo is usually fried in coconut fat which renders it crispy with a specific bitter taste. Emping melinjo is also exported to Middle East countries and the Netherlands (Departemen Perindustrian, 1988).
The nutritional value of emping melinjo has not yet been studied in detail. A feeding trial using rats fed emping melinjo as the sole source of protein showed a low protein efficiency ratio when compared with skim milk (Oey, 1979). Budiarso and Sihombing (1989) reported that livers of rats fed diets containing melinjo seeds as major ingredient had perilobular necrosis.
These studies suggest that emping melinjo has low nutritional value and may even contain toxic substances. However, the diets used consisted of emping melinjo as sole source of protein supplemented with vitamin and mineral mixtures.
This is very different from the situation in Indonesians who consume emping melinjo as a snack, side dish or as a component of the rice menu. Thus, a study was performed with rats fed nutritionally adequate diets with varying levels of emping melinjo, either in dried/unfried or dried/fried form. The nutritional value of emping melinjo was assessed on the basis of growth performance, histology of selected organs, selected blood measures, nitrogen digestibility, and mineral absorption.
In the first experiment, purified diets were used containing 0, 10, 20 or 40 % (w/w) of dried/unfried emping melinjo. The control diet (without emping melinjo) contained casein as sole source of protein and was formulated according to the recommendations of the National Research Council: it contained 5 % of fat. The four experimental diets were balanced for nitrogen, fat, calcium, magnesium and phosphorus. There were 8 male rats per dietary group; the experimental period lasted 14 days. The rats had free access to food and demineralized water.
Feed intake and weight gain were not significantly affected by emping melinjo in the diet. Cecum weight, including contents, was raised markedly after feeding emping melinjo. Feces production rose after consumption of emping in a dose-dependent fashion, but dry matter content fell. Histological examination showed that liver and jejunum were unaffected' by the feeding of emping, but nephrocalcinosis was induced.
The amount of emping melinjo in the diet did not affect hematocrit values and blood hemoglobin concentrations. Plasma triglyceride and cholesterol concentrations were significantly lowered by emping melinjo in a dose-dependent fashion.
Apparent nitrogen digestibility was gradually decreased with increasing emping melinjo concentrations in the diet. The highest dietary concentration of emping used, i.e. 40 %, significantly reduced the apparent absorption of calcium, magnesium and phosphorus.
As a component of the human diet, melinjo is not consumed in its dry form but after frying in coconut fat. It could be suggested that dried/fried melinjo does not negatively affect mineral and nitrogen absorption because eiher possible anti-nutritional factors are denaturated by frying or the nutrients in emping become more accessible to digestive processes. The second experiment was carried out to test this suggestion. In addition, the solubility of minerals in the ileal lumen was determined to obtain clues as to the mechanism underlying the inhibitory effect of emping on mineral absorption. Soluble minerals in the ideal lumen are considered to be available for absorption as opposed to insoluble minerals.
There were three experimental diets: a control diet, a diet containing 40 % dried/unfried emping and a diet containing 40 % dried/fried emping (corrected for the fat taken up while frying). The high-fat diets (15 % fat) were carefully balanced for nitrogen, fat, calcium, magnesium and phosphorus. There were 12 male rats per dietary group, which had free access to food and demi ne ral i zed water; the experimental period lasted 14 days.
Feed intake did not differ significantly between the three experimental groups, but weight gain was some what depressed by both dried/unfried and dried/fried emping. The two emping preparations raised cecum weight and feces production, while the dry matter content of feces dropped.
As was observed in experiment 1, the feeding of dried/unfried emping at a level of 40 % of the diet significantly reduced the apparent absorption of nitrogen, calcium, magnesium and phosphorus. Frying of emping caused disappearance of the inhibitory effect on calcium and magnesium absorption whereas nitrogen and phosphorus absorption were still reduced, albeit to a lower extent.
Dried/unfried and dried/fried emping in the diet raised both the amount of solid and liquid phase in the ileum. The concentrations of soluble calcium and magnesium were decreased by dried/unfried as well as dried/fried emping. The concentration of phosphorus in the liquid phase of the ileal lumen was lowered by dried/unfried but not by dried/fried emping.
The addition of dried/unfried emping melinjo to the diet of rats at the expense of isonitrogenous amounts of nitrogen caused a lowering of the absorption of nitrogen, calcium, magnesium and phosphorus. This effect is either completely or partly abolished by frying of the emping melinjo Frying of dried/emping did not increase the concentrations of calcium and magnesium in the liquid phase of the ileum so that its stimulatory effect on calcium and magnesium absorption remains obscure. Frying of emping did raise the ileal solubility of phosphorus. Frying of emping did raise the Meal solubility of phosphorus. The still some what reduced absorption of phosphorus as seen after the feeding of fried emping is probably the result of unavailable phosphorus as phytate in the emping. The reduced absorption of nitrogen in rats fed either dried/fried or fried emping could relate to the presence of poorly digestible material in the intestine as evidenced by the increased weight of solid phase in the deal lumen. This undigestible material probably represents polysaccharides which raise microbial activity in the cecum leading to the formation of fatty acids and thereby elevating the water content of feces. The undigestible polysaccharides in emping melinjo, if and when present, could also be responsible for its cholesterol lowering activity."
1992
D309
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Luxembur Jason
"Luxembur Jason Sihombing dalam Pengaruh Kredit Terhadap Usaha Industri Kecil Guna Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Daerah. Tesis ini menjelaskan bagaimana pengaruh kredit terhadap industri kecil yang meliputi pengaruh terhadap jumlah produksi industri kecil itu sendiri, jumlah penyerapan tenaga kerja sebagai akibat adanya kredit usaha kecil serta nilai tambah yang diciptakan oleh kredit terhadap industri kecil dilihat dari aspek ketahanan ekonomi daerah. Temuan penting dalam penelitian ini adalah model regresi linier sederhana Y= a + bx dimana koefisien regresi produksi = 0,023765 dan RS = 65,9% ; koefisien regresi tenaga kerja = 0,45891 dan RS = 75,4%; koefisien regresi nilai tambah = 0,0029090 dan RS = 63,7%. Secara statistik kredit memberikan sumbangan (koefisien determinasi) yang sangat berarti kepada ketiga variabel tersebut sedangkan sisanya sebesar 34,1% dari variabel produksi, 24,6% dari variabel tenaga kerja dan 36,7% dari variabel nilai tambah disebabkan oleh varibel lain yang tidak atau belum masuk dalam model. Dari model diperoleh bahwa kredit usaha kecil lebih dominan dalam menciptakan lapangan kerja baru dengan pengembangan usaha baru dibandingkan dengan jumlah produksi industri kecil dan penciptaan nilai tambah dari industri kecil itu sendiri. Pengembangan industri kecil tidak ditujukan untuk peningkatan nilai tambah dan mendapatkan keuntungan secara ekonomi semata. Kebijakan pemerintah pusat maupun kabupaten Sidoarjo kepada industri kecil merupakan upaya mengembangkan ekonomi daerah dan diarahkan untuk memperkuat perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan. Dengan hadirnya industri kecil dapat menekan biaya tinggi dalam memenuhi kebutuhannya, karena pengembangan industri kecil juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan Jawa Timur dan kepentingan ekspor. Kredit yang diperoleh pengusaha kecil dalam menciptakan lapangan usaha dan memperluas kesempatan kerja telah memberikan kesempatan kerja kepada penduduk sekitar industri kecil, sehingga memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya dan lebih sejahtera. Ini berarti memberi sumbangan positif terhadap pendapatan masyarakat dan terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sidoarjo. Karena semakin jauh suatu perekonomian dari garis kemiskinan semakin tinggi tingkat ketahanannya. Tolok ukur ketahanan daerah ini dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Dari segi pendekatan kesejahteraan, tercukupinya kebutuhan mendasar, kecerdasan, kesehatan lahiriyah, ketaqwaan dan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas pelayanan telah terpenuhi dapat dikatakan sejahtera. Dari parameter keamanan, ketentraman, ketertiban, keselamatan dan kemampuan untuk mengadakan pertahanan pada penduduk, maka keamanan telah terwujud. Posisi kabupaten Sidoarjo berada pada tingkat kemakmuran yang lebih baik setingkat dibawah PDRB perkapita Surabaya. Pentingnya industri kecil untuk memperkuat perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan dengan pemerataan pendapatan, untuk saat ini hingga ke depan perlu dilakukan pembinaan terhadap industri kecil dengan tidak slogan-slogan semata baik dalam penyediaan modal (kredit) dengan suku bunga yang tidak mematikan pengusaha kecil, membantu dalam pemasaran baik pasar dalam negeri maupun luar negeri, membantu dalam manajemen usaha dengan memberikan pendidikan dan latihan yang sesuai dengan kondisi pengusaha kecil di daerah. Sehingga industri kecil dapat memperkuat perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan, selanjutnya akan berpengaruh positif terhadap ketahanan daerah dalam bidang sosial.

Luxembur Jason Sihombing in Role of Credit in Small Industry for Enhancing Regional Economic Resilience. This thesis discusses the role of credit in small industry including impacts on total products of small industry, total manpower absorption as a result of the existence of credit for small enterprises as well as added value resulting from credit on small industry seen from the aspect of regional economic resilience. Important findings from this research are simple linear regression model Y= a + bx, where product regression coefficient = 0.023765 and RS = 65.9%; manpower regression coefficient = 0.45891 and RS = 75.5%; added value coefficient = 0.0029090 and RS = 633%. By statistics, credit gives significant contribution (determinant coefficient) to these three variables, while the remaining 34.1% of production variable, 24.6% of labor variable and 36.7% of added value variable are caused by other variables that are not or have not been included in the model. The model returned that credit for small enterprises is more dominant in creating new job opportunity by developing new business, in comparison to total product of small industry and creation of added value of small industry itself. Small industry development is not simply aimed at improving added value and creating economic profit. Policies of the central government and Sidoarjo Regency on small industry constitute efforts to develop regional economy and are aimed at strengthening regional economy and economic resilience of rural community. The presence of small industry can cut down high costs in meeting their needs, because small industry development is also aimed at meeting the needs of East Java and export interests. Credit received by small industry in creating business opportunity and expanding job opportunity has provided job opportunity for people around small industry centers, so that they earn income for meeting their needs and becoming more prosperous. This means that it gives positive contribution to income of the people and to improve Gross Regional Domestic Product of Sidoarjo. Because the farther an economy from poverty, the higher its resilience level will be. This benchmark of regional resilience adopts prosperity and security approaches. From prosperity approach, the people are said as being prosperous if they can fulfill basic needs, intelligence, physical health, piety and ease to obtain services facilities. From security parameter, security is achieved if the people live in peace, orderliness, and safety and are able to organize resilience in the community. Position of the Sidoarjo Regency in term of prosperity is one level below PDRB per capita of Surabaya. That small industry is essential for strengthening regional economy and economic resilience of rural community by way of even distribution of income, from now and on, it is necessary to develop small industry by providing capital (loan) at interest not killing small enterprises, assisting in both domestic and overseas marketing and in business management, and providing education and training suitable to the condition of small enterprises in the region. Its is hoped that small industry will be able to strengthen regional economy and economy of rural community, which, in turn, will have positive impacts on regional resilience in the field of social affairs."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Poltak
"ABSTRAK
Tantangan pada sistem temu-kembali informasi dewasa ini adalah timbulnya ledakan informasi, sehingga akses ke sumber informasi bukan saja semakin luas, tetapi juga semakin kompleks. Hal ini menyebabkan kesulitan pada masyarakat pencari informasi, dimana dokumen yang diperoleh tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan penelitian ini adalah mencoba untuk menjawab tantangan di atas dengan mengimplementasikan dan mengkaji suatu sistem temu-kembali informasi yang menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST) Hopfield dengan beberapa ukuran kemiripan.
Metode yang diimplementasikan menggunakan suatu paradigma bahwa JST dapat memformulasikan suatu istilah (j) yang diwakili oleh suatu simpul (node atau neuron), dan hubungan antar istilah direpresentasikan oleh neural network links antar simpul tersebut. Keterhubungan diantara istilah (j) dengan istilah lain (k) dalam kumpulan dokumen dihitung dengan menggunakan beberapa ukuran kemiripan, yaitu berdasarkan rumusan Hsinchun Chen[HSI94a], koefisien Jaccard, koefisien Dice, koefisien Cosine[RIJS80, MICH73, SALT88]. Kemudian basil temu-kembali masingmasing dibandingkan dengan hasil temu-kembali pads sistem kueri Boolean.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa JST mampu mengakomodir istilah lain yang tidak dijadikan kueri dan dapat mengatasi kekakuan sistem kueri Boolean. Dokumen yang diperoleh adalah dokumen yang sebagian relevan yang memuat kueri dan yang memuat istilah teraktivasi yang terurut berdasarkan bobotnya. Jumlah istilah teraktivasi berbanding lurus dengan dokumen yang memuat istilah teraktivasi. Peringkat dokumen adalah konsisten, artinya dokumen yang berada pada peringkat atas, juga tetap berada pada range tersebut pada pengukuran kemiripan lainnya, walaupun ada perubahan bobotnya. Dari setiap ukuran kemiripan, diperoleh rata rata precision untuk sepuluh kueri yang diuji-cobakan adalah: precision dengan menggunakan ukuran Cosine = 60,758%, Hsinchun Chen = 59,081%, Jaccard = 58,772%, dan Dice = 58,623%.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Edison
"Las titik adalah salah satu proses sambungan las yang banyak digunakan dalam industri otomotif. Penggunaan parameter las titik yang tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan dalam bentuk patah, retak, perubahan bentuk atau perubahan sifat mekanisnya. Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh parameter las titik terhadap sifat mekanik sambungan las baja karbon rendah, agar diketahui kombinasi variabel las yang paling tepat untuk mendapatkan hasil las yang baik.
Dalam penelitian ini, untuk tebal plat 1 mm arus yang digunakan adalah: 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA dan 10 kA, gaya elektroda 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN dan 3,6 kN dan waktu las 20 detik, 30 detik, 35 detik, 40 detik dan 45 detik. Untuk tebal plat 3 mm arus yang digunakan adalah dari 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA dan 12 kA, gaya elektroda dari 2 kN , 2,4 kN, 2,6 kN 3,2 kN dan 3,6 kN, waktu las dari 20 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik dan 57 detik. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan dengan metode Vickers, pengujian kekuatan geser sambungan dengan metode uji tarik, sedangkan pengujian metalografi dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik.
Dari hasil uji tarik memperlihatkan untuk tebal plat 1 mm, apabila arus di bawah 4 kA tidak terjadi sambungan las, jika arus di atas 6 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Untuk tebal plat 3 mm, jika arus di bawah 8 kA tidak terjadi sambungan las, tetapi jika arus di atas 10 kA kekuatan geser sambungan las mulai turun. Demikian juga waktu las dan gaya elektroda, apabila semakin tinggi dapat menurunkan kekuatan geser sambungan las, hal ini diduga karena arus listrik, waktu las dan gaya elektroda yang tinggi dapat menimbulkan rekristalisasi dan perubahan butir yang dapat menurunkan kekuatan sambungan las logam.
Hasil uji kekerasan memperlihatkan, bahwa semakin besar arus listrik, waktu las dan gaya elektroda, maka kekerasan logam makin besar, hal ini terjadi karena jika parameter las makin besar akan mengakibatkan rekristalisasi dan perubahan fasa pada logam, kejadian ini akan mengakibatkan kenaikan kekerasan logam.
Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai ferit, perlit dan martensit. Dengan demikian dari penelitian ini didapat hasil untuk pelat tebal 1 mm kombinasi yang terbaik adalah arus 6 kA, waktu las 30 detik dan gaya elektroda 2 kN. Untuk tebal plat 3 mm arus 10 kA, waktu las 20 detik, gaya elektroda 3,6 kN.

Welding is one of joining process that commonly used in automotive industry. An inaccurate choice of welding parameters may cause damage to the welding in form of broken, crack, and mechanical properties deterioration. Research on the effect of welding spot variables on mechanical properties of low carbon steel welding join had been done.
The research was focused on determining the best combination of welding parameters to get the best welding result. The welding 1 mm plate width was performed with varying the current of 2 kA, 4 kA, 6 kA, 8 kA, and 10 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds 50 seconds. The welding of 3 mm plate width was done with varying the current of 8 kA, 9 kA, 10 kA, 11 kA, and 12 kA, electrode force of 2 kN, 2,4 kN, 2,8 kN, 3,2 kN and 3,6 kN, and welding time of 20 seconds, 30 seconds, 40 seconds, 50 seconds, 57 seconds. Test of mechanical properties performed includes hardness test using Vickers method, welded movement strength test using stretching test, whereas metallurgical test was performed using optical microscope.
The stretching test result showed that, for 1 mm width plate, if the current was less than 4 kA the welding did not occur, however, if the current is greater than 6 kA the movement strength of join started decreasing. Furthermore, for 3 mm plate width, if the current less than 8 kA the welding did not also occur and if the current was greater than 10 kA the movement strength of joint was decreasing. As for welding time and electrode force, if those parameters become high the movement strength of welding joint may be also decreased. This decreasing was foreseen because those can cause recristalization of grain that that may weaken the welded strength of metal.
Hardness test result showed that the higher the current, welding time and electrode force, the harder the metal. This phenomenon occurs since the higher the welding variables can cause recristalization and change the phase of metal that heightening the hardness of metal.
Microstructure test result showed that the material contain ferrite, perlite and martensite. As a final result it can be concluded that for 1 mm plate, the best combination of variables is 6 kA of current, 2 kN of electrode force, and welding time of 30 seconds, and for 3 mm plate width is 10 kA of current, 20 seconds of welding time and 3,6 electrode force.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Sinurtina
"Salah satu indikator yang sensitif untuk mengetahui dasar kesehatan suatu negara bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu negara adalah Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu. Kematian ibu masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. SDKI 2002-2003 memperlihatkan bahwa MU di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka ini tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor ibu hamil dengan komplikasi persalinan di Indonesia 1998-2000. Adapun variabelvariabel independen adalah status kesehatan , status reproduksi, pelayanan antenatal dan perilaku sehat ibu hamil. Penelitian ini dilakukan di seluruh propinsi Indonesia kecuali Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Maluku dan Propinsi Papua karena alasan keamanan dimana sedang terjadi pergolakan di ketiga wilayah tersebut.
Desain studi adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Sebagai sumber data digunakan kuesioner SKRT 2001. Sampel dari penelitian ini merupakan sub sample dari modul Susenas 2001, dimana terdapat 16.009 orang perempuan berstatus menikah yang berumur 15-49 tahun dan diidentifikasi hamil sebanyak 738 orang, dan yang berhasil diwawancarai dan ditemukan dari mereka sebanyak 286 ibu yang mempunyai pengalaman terminasi kehamilan pada tahun 1998-2000.
Dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Kejadian komplikasi persalinan adalah 42,3%. Dari hasil analisis bivariat, factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian komplikasi persalinan adalah riwayat komplikasi kehamilan (OR = 6,01), K1 (OR = 1,78), K4 (OR = 2,77), pemeriksaan antenatal (OR = 6,04), penolong persalinan (OR = 3,73) dan tempat persalinan (OR = 2,77).
Dari hasil multivariat, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian komplikasi persalinan adalah riwayat komplikasi kehamilan, K1, K4, pemberian tablet besi/Fe, pemeriksaan antenatal, penolong persalinan dan tempat persalinan.
Upaya pencegahan terjadinya komplikasi persalinan perlu lebih ditingkatkan, dimana deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi dapat dideteksi dan ditangani secepatnya dengan baik. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan perlu ditingkatkan. Bidan desa harus diperbanyak di desa-desa, terutama di daerah-daerah terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan.
Daftar Bacaan : 57 (1980 - 2004)

One of sensitive indicators to find out health degree of a country, even to measure progression level of a country is Infant Mortality Rate and Maternal Mortality Rate. Maternal Mortality Rate is still a major health problem in Indonesia. Study on maternal mortality showed a relatively high maternal mortality was 307 per 100,000 live birth from Indonesia Demographic and health Survey (IDHS) 2002-2003, and this figure is still the highest one if compared to the other ASEAN country.
The research is to find out the relation between factors of pregnancy woman and complication of delivery in Indonesia 1998-2000. As independent variables are reproductive behavior, health status, access to antenatal care and health care behavior of woman. This study was done in all of provinces In Indonesia exclude Nanggroe Aceh Darussalan province, Maluku province and Papua province because of conflict at there areas.
This research used cross sectional design. The source of data was questioners gets from National Household Health Survey 2001. Sample of this study was sub sample of Susenas 2001, which consisted of 16,009 married women aged 15-49 years, and identify there are 777 pregnancy women were interviewed and 286 of them have pregnancy termination in 1998-2000.
Data was analyzed by using univariate, bivariate and multiple logistic regression. The result of this research showed that the delivery complication was 42.3%. Based on bivariate analysis it was known that factors related to the occurrence of delivery complication showed the significant relationship was complication of pregnancy (6.01), time of first ANC visit (1.78), number of ANC visit (2.77), antenatal care from a medical professional (6.04), delivery helper was non health provider (3.73) and delivery at non health facility (2.77).
In order to prevent the occurrence of delivery complication, it needed to improve, beside this, the pregnant mother of high risky should detected earlier well as handle the cases as soon as possible. The use midwives as birth attendant should be improved. The distribution of village midwives should improved, especially in the remote areas which are far from health facilities.
Reference: 57 (1980 -2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>